Thursday, January 29, 2009

Sahabat Yang Aneh

Alkitab memakai banyak istilah melukiskan hubungan kita dengan Tuhan dan salah satu yang sangat personal adalah ‘sahabat’. Suatu kali ketika saya sedang merenungi hubungan saya dengan Tuhan, saya mencoba membayangkan Tuhan sebagai sahabat saya sebagaimana yang Dia janjikan. Seperti apa sebenarnya persahabatan kami?

Sebagai sahabat, saya jelas bukan sahabat yang baik. Saya sangat sering membuat Dia kecewa, bahkan tanpa ragu menyakitiNya. Saya tahu apa yang tidak Dia suka tapi tokh saya lakukan. Saya seringkali memanfaatkan Dia dan tidak memikirkan perasaanNya. Bahkan ketika Dia ingin berkomunikasi, saya seringkali menutup telinga. Sebagai sahabat, saya ini pengkhianat, jahat, malas, keterlaluan.

Lalu saya bertanya apa yang dirasakan Tuhan sebagai sahabat saya? Seorang sahabat tentu akan marah bahkan benci.

“Apakah Engkau marah Tuhan?”

Sangat aneh ketika saya menemukan bahwa Tuhan tidak membenci saya. Tuhan benci kepada kegagalan, dosa, dan kejahatan saya, tapi dia tidak membenci saya.

“Tuhan, bukankah apa yang saya lakukan tidak bisa dipisahkan dari diri saya? Saya sendiri yang melakukan semuanya, dengan sadar dan entah berapa ratus atau ribu kali. Mengapa Engkau tidak membenci saya?”

Saya jadi merasa tidak enak hati dengan Tuhan. Ketika terjadi konflik di antara sahabat maka hubungan akan terasa menjadi kaku dan ada yang mengganjal. Itu yang saya rasakan. Tetapi saya mencoba bertanya,

“Tuhan, apakah Engkau juga rasa ada yang mengganjal?”
 
Tuhan menjawab, “Ya, jelas ada yang mengganjal, ada sesuatu yang merusak relasi kita”
 
“Lalu bagaimana Tuhan?”

Tuhan diam …........... dan Dia ingatkan saya apa yang sudah Dia lakukan.

Saya tidak habis pikir! Benar-benar tidak habis pikir! Saya yang salah, tapi Tuhan malah menyelesaikannya dengan memberikan diriNya untuk saya di kayu salib. Dan sampai hari ini, Dia sabar melihat saya sering melakukan berbagai hal yang merusak relasi kami. Dia tetap tidak membenci malah terus mengulurkan tanganNya untuk berbaikan lagi.

“Tuhan, apakah Engkau rasa ada yang mengganjal?”

“Ya tentu, tapi Aku sudah bereskan. Tinggal giliran kamu yang bereskan. Buka hatimu, bertobat, terima anugrah-Ku.”
 
Engkau sahabat yang aneh Tuhan… terlalu baik… terlalu baik...