Monday, September 14, 2009

Tobit

Tobit adalah seorang yang sangat saleh, berasal dari suku Naftali. Pada waktu seluruh suku Naftali menyembah Baal, ia sendiri tetap setia menyembah di bait Allah di Yerusalem. Ia tidak pernah lupa untuk beribadah di sana pada hari raya, dan membawa persembahan sulung bagi Tuhan dan 30% dari penghasilannya untuk dibagikan kepada orang Lewi dan saudara-saudaranya. Ketika ia dan seluruh Israel dibawa ke pembuangan ke Niniwe, ia tidak meninggalkan kesalehannya. Ia tetap menjaga makanannya sesuai dengan apa yang difirmankan Tuhan dan tetap menolong saudara-saudaranya sesama orang Israel. Ia memberikan makan kepada yang lapar, pakaian kepada yang telanjang dan jika ia melihat salah seorang saudaranya mati, ia akan menguburkannya.

Di masa pemerintahan raja Salmaneser, Tuhan mengaruniakannya posisi yang baik di hadapan raja. Ia ditugaskan membeli barang-barang keperluan raja, maka ia sering bepergian ke Media. Di sana kemudian dia menitipkan 10 talenta perak kepada seorang temannya.

Pada masa pemerintahan Sanherib, keadaan berubah. Tobit tetap melanjutkan kesalehannya. Ketika raja membunuh orang Israel dan melemparkan mayatnya ke luar tembok kota Niniwe, Tobit akan mengambil mayat itu dan menguburkannya. Perbuatan ini membuat raja marah. Ia dicari untuk dibunuh dan seluruh hartanya disita.

Tidak lama setelah itu, Sanherib mati dan digantikan oleh anaknya. Ahikar, sepupunya yang mendapat posisi yang baik di kerajaan, membantunya untuk kembali ke Niniwe.

Pengalaman yang buruk itu tidak menghentikan Tobit untuk berbuat saleh. Ketika ia mendengar ada orang Israel yang mati di pasar, ia kembali mengurus penguburannya sementara orang lain mencela dia karena tidak kapok-kapok melakukan itu. Dalam keadaan najis karena menyentuh mayat, Tobit harus tidur di pekarangan. Dan malam itu, kotoran burung jatuh ke matanya dan membuat dia menjadi buta.

Sejak itu, istrinya harus bekerja menghidupi keluarga. Masalah di dalam keluarga memuncak sampai akhirnya istrinya pun memarahi dia “Dimana perbuatanmu yang baik dan persembahan dan dermamu selama ini?”

Dalam kesedihan, Tobit pun menangis dan berdoa kepada Tuhan, “lebih baik aku mati daripada hidup, ... jangan palingkan wajahMu daripadaku.”

Sementara itu di tempat lain, di Ekbatana di Media, seorang perempuan bernama Sarah anak dari Raguel, juga sedang dihina oleh pembantunya. Sarah sudah menikah 7X dan setiap kali sebelum malam pengantin, suaminya dibunuh oleh setan Asmodeus. Kata-kata pembantunya begitu menyakiti dia. Dalam kesedihannya, ia juga minta kepada Tuhan untuk mati.

Doa kedua orang ini didengar oleh Tuhan. Maka Tuhan mengutus Rafael, salah seorang penghulu malaikat untuk menolong mereka.

Tobit merasa waktu kematiannya sudah dekat karena dia sudah berdoa untuk segera mati. Dia memanggil Tobias anaknya dan memberikan pesan-pesan terakhir. Ia minta Tobias untuk memelihara ibunya, mengingat Tuhan, tetap melakukan kesalehan, mencari istri dari suku yang sama, dan mengambil uang yang pernah dia titipkan di Media. Tobit menyuruh Tobias mencari orang untuk menemaninya pergi ke Media, dan Tobias menemukan Rafael yang menyamar sebagai manusia.

Setelah setuju dengan pembayarannya, Tobias pun berangkat dengan Rafael. Di tepi sungai, mereka diserang oleh seekor ikan besar. Rafael menasihati Tobias untuk menangkap ikan itu, mengambil hati, jantung serta empedunya. Dia memberitahu Tobias bahwa ketika hati dan jantung ikan itu dibakar, asapnya akan mengusir setan, sementara empedunya bisa menjadi obat untuk menyembuhkan kebutaan ayahnya.

Dalam perjalanan, Rafael menyarankan Tobias supaya bermalam di tempat Raguel dan meminta dia untuk menikahi Sarah. Tobias pada awalnya menolak karena dia sudah mendengar cerita tentang Sarah yang 7 calon suaminya selalu mati pada malam pernikahan. Tetapi Rafael menenangkan Tobias dengan mengingatkan dia akan hati dan jantung ikan yang sudah mereka bawa yang bisa mengusir setan.

Setelah tiba di tempat Raguel dan menyampaikan maksud mereka, maka seluruh keluarga setuju. Di malam pernikahan mereka, sebelum tidur Tobias mengajak Sarah untuk berdoa kepada Tuhan, membakar hati dan jantung ikan seperti yang disarankan oleh Rafael. Asap itu mengusir setan Asmodeus dan malaikat membelenggunya.

Sementara itu Raguel begitu pesimis sehingga pagi-pagi dia bangun dan menggali kubur untuk Tobias! Dia sangat bersukacita ketika tahu bahwa Tobias hidup. Dia memuji Tuhan dan melangsungkan pesta besar untuk Tobias dan Sarah.

Sambil pesta berlangsung, Tobias meminta Rafael untuk mengambil uang di Media seperti yang dipesankan oleh Tobit, ayahnya. Tobias tahu bahwa orang tuanya pasti sudah sangat sedih. Maka ia ingin bergegas kembali ke rumah orang tuanya setelah hari-hari pesta berakhir.

Sementara itu, Tobit dan istrinya sangat sedih karena mengira Tobias tidak akan kembali lagi. Betapa sukacitanya ketika mereka dari jauh melihat Tobias datang. Ibunya memeluk dia erat-erat dan mereka bertangis-tangisan. Dan ketika Tobias melihat Tobit ayahnya, ia berlari memeluk ayahnya dan mengoleskan ayahnya dengan obat dari empedu ikan itu. Saat itu juga, Tobit bisa melihat kembali.

Tobit dan Tobias merasa sangat berterima kasih kepada Rafael dan mereka bertekad untuk memberikan upah yang besar kepadanya. Tetapi ketika mereka memanggil dia, Rafael memberitahu mereka siapa dia sebenarnya, dia memuji kesalehan Tobit dan menegaskan bahwa Tuhan mendengar doanya maka dia diutus untuk menolong mereka. Rafael kemudian menghilang dari hadapan mereka.

Tobit hidup sampai berusia 185 tahun. Sebelum meninggal ia berpesan supaya Tobias meninggalkan Niniwe karena kota yang jahat itu akan hancur. Tobit berpesan supaya Tobias tetap berbuat kesalehan, memberikan persembahan dan derma seumur hidupnya. Dia percaya bahwa suatu kali Tuhan akan memulihkan umatNya Israel kembali ke Yerusalem.

Tobias mematuhi pesan ayahnya, ia tinggal bersama dengan mertuanya di Media. Ia hidup sampai berusia 175 tahun dan sebelum meninggal dia mendengar tentang kehancuran Niniwe dan dia bersukacita karenanya.

(Tobit adalah salah satu kitab Apokrifa yang dimasukkan dalam Deuterokanonika oleh gereja Roma Katolik. Mungkin ini adalah kitab yang paling terkenal di antara kitab Apokrifa. Kitab Tobit adalah novel yang ditulis sekitar abad ke-2 SM. Nilai-nilai Yahudi dari kitab ini sangat kentara. Selama ini kalau membuat drama tentang penderitaan, referensi kita adalah kitab Ayub. Mungkin kitab ini bisa menjadi alternatif. It's a very interesting story indeed.)