Sunday, July 25, 2010

Iblis Telah Mencegah Kami

Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu-- aku, Paulus, malahan lebih dari sekali--, tetapi Iblis telah mencegah kami (1 Tes 2:18)

Paulus pernah datang ke Tesalonika, memberitakan Injil dan mendirikan gereja di sana. Tetapi karena kerusuhan disana (dikisahkan dalam Kis 17:1-10), maka mereka bergegas dipaksa oleh jemaat untuk meninggalkan kota itu. Peristiwa ini disebut oleh Paulus sebagai "we were torn away from you" (1 Tes 2:17 NIV - terj. LAI: terpisah dari kamu). Paulus tahu tugasnya di Tesalonika belum selesai, ada hal-hal yang belum dia ajarkan kepada mereka, maka ketika harus pergi dia merasa seperti dirampas dari jemaat Tesalonika.

Itu sebabnya dia berkata bahwa dia "sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk" jemaat Tesalonika lagi (1 Tes 2:17). Dan di dalam ay.18 sekali lagi dia katakan bahwa mereka ("kami" - mungkin Paulus dan Silas atau rekan-rekan lainnya) telah berniat untung datang kepada jemaat Tesalonika. Dan mereka tidak main-main, bukan sekedar ingin, tapi sungguh-sungguh berusaha.

Untuk menekankan maksudnya, Paulus berkata "aku" - paling tidak "aku sendiri" sudah berusaha dan bukan sekali tapi lebih dari sekali. Istilah Yunani yang dipakai adalah "satu kali dan dua kali" yang bisa diterjemahkan "lagi dan lagi, berkali-kali". NIV menterjemahkannya sebagai "I, Paul, did, again and again". Sangat besar usaha Paulus untuk kembali kepada mereka.

Tetapi -dia katakan- "Iblis telah mencegah kami". Istilah "mencegah" kurang kuat. Istilah Yunani yang dipakai adalah enekopsen yang berasal dari dunia militer yang dipakai ketika tentara menghancurkan jalan supaya tidak bisa dilalui oleh musuh. Ini istilah perang! Iblis menutup jalan, menutup kemungkinan, menghentikan usaha Paulus dan rekan-rekannya untuk maju terus ke Tesalonika. Untuk apa? Supaya Paulus tidak bisa memperlengkapi jemaat Tesalonika lebih jauh, supaya Paulus tidak bisa menjadi berkat di sana, supaya jemaat Tesalonika bisa lebih mudah dikacaukan, atau entah apa lagi tujuan Iblis. Bagaimana Iblis menutup jalan itu tidak dijelaskan kepada kita, tetapi Paulus sangat jelas bahwa pekerjaan pelayanannya terhambat karena pekerjaan Iblis.

Pernahkah kita berpikir seperti Paulus? Ketika pelayanan terhambat, mungkin karena penyakit, mungkin karena keributan di antara pelayan, atau karena halangan-halangan lain, adalah karena pekerjaan Iblis (tidak selalu memang tetapi paling tidak Iblis senang melihatnya). Pelayanan bukan sekedar sibuk-sibuk mengerjakan ini dan itu atau mengatur berbagai hal supaya rapi, tetapi ini adalah peperangan rohani!

Alangkah beratnya peperangan ini kalau seringkali kita mempermudah musuh untuk menyerang kita dengan kebodohan, kesombongan dan dosa di antara kita sendiri. Kita berebut posisi, kita saling curiga, kita marah kepada saudara-saudara kita karena alasan sederhana, kita malas berbagian, bagaimana kita bisa berperang dengan baik?

Dan alangkah tidak mungkinnya kita menangkan perang ini dengan kekuatan sendiri. Kita hanya dan hanya bekerja, ditempel dengan "a little prayer". Iblis terus giat bekerja, mencegah, menutup, menghancurkan, menghentikan. Dan kita ingin melawannya dengan kekuatan kita? No way! Kita harus berdoa dan berdoa dengan sungguh-sungguh meminta pertolongan Tuhan. Be aware! We are in spiritual warfare. Iblis adalah musuh yang sangat real, tapi ingat dia bukan musuh yang mahakuasa karena yang mahakuasa hanyalah Tuhan.

Wednesday, July 14, 2010

Starting a New Semester in TTC

I withdrew as a student of Trinity Theological College almost 5 months ago. Time flies, and now here I am, being an M.Th student again at TTC.

Last semester, I enrolled in "NT Text and Canon" class. It had just started for a month or so when I knew that I couldn't continue my study. By the kindness of my lecturer, Prof. Tan Kim Huat, I was allowed to continue attending his lectures to the end of semester (even though they have to be held in Coffee Bean)! I am touched by his kindness and commitment to teach.

This semester I am taking "Paul as Missionary in Acts". I thought that I would do nothing related to Paul in my M.Th program because "NT Text and Canon" should be my last course before the guided study. By the grace of God, I now have a chance to study Paul. Knowing that I am thinking of writing my thesis on the Gospel of John, some people said that I should start doing something on John by now, not on Paul. But I am happy with this. I have done a course on NT background (Ancient Texts for NT Studies), another course on NT Text and Canon (though I didn't write a paper for that). And now I get the chance to study Paul before continue to John. Studying these 2 giant apostles is a must for all NT students. So that's wonderful, no need to change it!

Beside that M.Th course, I am also auditing an undergrad's class: NT Exegesis. I don't have to submit any paper for this one but I really want to put much effort on it.

That's all, 2 courses, should be more than enough to fill up all the lacunas in my schedule.

At the same time, my ministry in GKY Singapore is not getting easier, indeed it is getting tougher. More ministry to do, more people to pastor, more things to pray for. Yet somehow I am confident that I can still manage my time. I will try my best to choose what to do and not to do and also try to be more discipline (fiuhh.. this will be tough).

I pray that this present semester, with all the difficulties and unpredictable things that I have to deal with, will not lead me to the 'grave' but lead me closer to God. May God's presence and help be always tangible for me.

Friday, July 02, 2010

Undangan Khotbah - 2

Maafkan saya kalau apa yang saya tuliskan di bawah ini tidak enak untuk dibaca, tetapi saya ingin sekali mengungkapkan ini khususnya bagi rekan-rekan hamba Tuhan. Pengalaman sekian tahun melayani sebagai pengkhotbah mengajar saya untuk tidak lagi merasa bangga ketika diundang berkhotbah. Ketika suatu tempat mengundang kita untuk berkhotbah, ada beberapa macam alasan yang mungkin ada:

1. Kita diundang berkhotbah karena "politik".
Maksud saya, mungkin karena kita punya posisi dan orang tidak enak jika tidak mengundang kita (saya banyak mendengar kasus seperti ini, yang mengundang sebenarnya terpaksa mengundang atau yang mengundang hanya ingin supaya hubungan baik terjaga). Mungkin juga karena posisi kita maka kalau kita diundang, akan ada kerja sama dan pengertian yang lebih baik antara dua pihak: gereja kita dan gereja dia. Mungkin juga karena kalau kita diundang, si pengundang berharap kita juga akan balik mengundang dia (serius!). Atau alasan-alasan lainnya (tidak mungkin saya sebutkan semuanya), yang pada intinya adalah kita diundang bukan karena mereka mengenali karunia berkhotbah dalam diri kita tetapi karena keuntungan yang didapat dengan mengundang kita.

2. Kita diundang berkhotbah justru karena khotbah kita jelek (atau minimal tidak terlalu bagus)!
Maafkan saya kalau terlalu keras. Saya tahu ada hamba Tuhan yang sengaja mengundang pengkhotbah tamu yang memang tidak terlalu bagus khotbahnya supaya dirinya tidak terlihat terlalu jelek kalau nanti dibanding-bandingkan oleh jemaat. Ada yang mengundang pengkhotbah yang bagus dari luar kota, tapi tidak mau mengundang pengkhotbah yang bagus dari kota yang sama. Ada yang mengundang pengkhotbah yang bagus dari sinode gereja lain, tapi tidak mau mengundang pengkhotbah yang bagus dari sinode gereja yang sama. Macam-macam variasinya tapi semua intinya sama: insecurity.

3. Kita diundang berkhotbah karena relasi.
Maksudnya kita diundang berkhotbah hanya karena si pengundang kenal dengan kita. Lagi-lagi, karena dia tidak enak jika tidak mengundang kita dan ingin menjaga relasi dengan kita. Dia tidak akan mengundang kita kalau dia tidak kenal.

4. Kita diundang berkhotbah karena "selera" yang salah.
Saya seringkali tidak habis pikir bagaimana mungkin orang suka dengan khotbah tertentu, yang objectively sangat buruk. Ada orang yang hanya melihat kharisma, ada yang melihat masa lalu (dulu dia bagus, tapi ingat itu "DULU"), ada yang melihat humor, dan ada juga yang melihat gaya tertentu sebagai khotbah yang "dalam" dan bagus tanpa mengerti isinya. Banyak orang tidak bisa menilai khotbah (kiranya Tuhan mengampuni kesalahan kami yang kurang mengajar dengan baik).

5. Kita diundang berkhotbah karena anda memang diberi Tuhan karunia berkhotbah.
Point saya adalah, apa sih yang dibanggakan ketika diundang untuk berkhotbah? Nothing! Kalaupun kita diundang karena kita memang punya karunia berkhotbah, lalu apa yang dibanggakan? Itu dari Tuhan! Ide khotbah, kemampuan bicara, dan kuasa yang menyertai, semua dari Tuhan! Apalagi kalau kita diundang berkhotbah karena alasan-alasan yang salah, apa yang kita banggakan? Kebanggaan membuat kita tidak pernah memperbaiki diri.

Bagi para pengundang pengkhotbah, mari ingat kembali tanggung jawab kita kepada Tuhan. Jangan permainkan mimbar dan jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita. Jangan pakai hak mengundang pengkhotbah untuk kepentingan diri kita. Bagi para pengkhotbah, kita memang tidak pernah tahu motivasi si pengundang dan juga tidak perlu terlalu peduli, tapi kalau kita menerima undangan khotbah, tidak perlu bangga tapi mari berkhotbah sebaik-baiknya kepada jemaat Tuhan dan untuk Tuhan.

Sekali lagi maaf kalau saya terlalu keras. Saya hanya ingin kita aware dengan masalah ini.