Wednesday, March 23, 2011

Twice Born - And Then? - Andrew Gih

Bulan lalu saya baru membaca buku Andrew Gih - "Twice Born - And Then?" Buku ini separuhnya berisi autobiografi dari Andrew Gih dan separuh lagi berisi naskah khotbahnya.

Autobiografinya tidak ditulis berurutan dan sama sekali tidak lengkap tapi berisi berbagai kisah yang menurut saya sangat menarik. Nama Andrew Gih masih cukup terkenal di Indonesia karena dia adalah pendiri dari SAAT - Malang dan juga gereja serta sekolah Kalam Kudus.

Salah satu cerita yang sangat menyentuh adalah ketika dia menerima panggilan menjadi hamba Tuhan di dalam kebaktian yang dipimpin oleh Paget Wilkes, seorang misionari dari Inggris. Berikut adalah cuplikan ceritanya yang saya terjemahkan bebas:

Aku merasa bahwa panggilan itu adalah bagiku. Aku mengalami desakan dari dalam bahwa aku harus mengambil keputusan. Ketika orang-orang maju ke depan berlutut mempersembahkan diri, aku merasa aku harus maju ke sana juga, tapi terjadi pergumulan dalam hatiku. Aku bisa meninggalkan pekerjaanku dan pergi berkhotbah, tapi darimana nanti dukungan keuangan untuk mama?

Dan kejadian-kejadian masa lalu muncul kembali dalam pikiranku. Setelah papa meninggal, mama bekerja sangat keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dia bangun sangat pagi dan bekerja sampai malam sekali ketika anak-anak sudah tidur. Aku tidak pernah lupa. Aku masih bisa mendengar mama menenun dan memintal. Aku punya tiga adik perempuan, yang paling kecil baru berusia beberapa bulan. Mama tidak sanggup memelihara kami semua, maka ia harus memberikan adik yang paling kecil ke orang lain...

Kadang-kadang ketika kami bangun tengah malam dan mendengar mama masih bekerja, kami memanggil "Mama, ayo istirahat". Mama akan berkata "Jangan ribut. Mama masih akan bekerja sedikit lagi"". Dalam hatiku yang masih kecil aku berkata, "Betapa baiknya mama kami, bekerja keras, menderita, berkorban, hanya untuk kepentingan anak-anaknya, untuk membesarkan mereka". Waktu itu aku memutuskan dalam hati bahwa pada waktu aku besar, jika aku bisa bekerja, aku harus mendukung dia sebagai balasan.

Aku ingat suatu kali waktu kami pulang, tidak ada makan siang. Kami memanggil mama dan berkata kami lapar. Mama mengumpulkan kami di sekitarnya. Kami merasakan tangannya bergetar, suaranya bergetar, lalu air mata mengalir di matanya. Dia berkata, "Anak-anak, maafkan mama. Kita tidak punya apa-apa untuk dimasak saat ini. Dua tangan mama tidak cukup untuk mengirim kalian ke sekolah, memberi makan dan memberi pakaian untuk kalian". Kami semua menangis di sekeliling mama. Dia memberitahu kami supaya rajin belajar dan tidak memberitahu orang lain tentang kemiskinan kami. Mama ingin kami dihormati dan tidak ingin kami mengasihani diri. Kami pergi ke sekolah dengan perut kosong, dan sebelum masuk ke kelas kami menghapus air mata kami. Apa artinya anak yatim? Apa artinya kemiskinan? Apa artinya kelaparan? Kami tahu semuanya.

Hal-hal seperti ini membuatku memutuskan untuk tidak bergantung pada orang lain. Aku ingin mendukung mama supaya orang tidak menghina kami tapi menghormati kami. Dan sekarang datang panggilan Tuhan. Aku bergumul untuk melepaskan pekerjaanku. Ya, aku tahu Tuhan mencintaiku. Yesus Kristus mati bagiku, Dia memberikan segalanya bagiku. Aku mencintai Dia dan tahu harus memberikan diriku kepadaNya. Sepertinya aku bisa memberikan segalanya yang lain bagi Dia, tapi bukan mamaku. Ketika aku sedang bergumul, kalimat berharga dari Tuhan sendiri datang kepada saya. "Aku tidak akan meninggalkanmu atau melepaskanmu. Letakkanlah bebanmu kepadaKu". Dan Dia memberiku kemenangan. Aku menyerahkan diri kepadaNya. Puji Tuhan untuk keputusan itu. Aku tidak akan menyesalinya.

Ketika cerita itu sampai ke mama, aku bisa melihat kekecewaan dan kesedihan dalam hatinya. Dia selalu lembut dan tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar, maka dia mendengarkan sambil aku memberitahu dia keinginanku untuk bekerja dan pergi keluar dan belajar berkhotbah. Dia tidak berkata apa-apa, tapi masuk ke kamarnya. Aku mengikutinya beberapa menit kemudian. Sebelum aku masuk ke kamarnya, aku mendengar dia terisak-isak. Aku masuk dan melihat dia berbaring di ranjang sambil menangis.

"Mama, kenapa?" Aku bertanya.

"Oh", dia terisak, "Mama tadi berpikir bahwa mama akan harus menenun dan memintal sampai tengah malam lagi".

Kalimat itu membuat hatiku hancur. Oh, mama, mamaku yang sangat setia, yang berkorban sangat banyak bagiku! Aku tidak bisa tahan melihat kesedihan hatinya. Aku hampir ingin kembali menarik persembahan diriku, tapi aku diingatkan akan firman Tuhan, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku, dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat 10:37-38).

Dan kisah selanjutnya adalah Andrew Gih menjadi hamba Tuhan yang luar biasa dipakai oleh Tuhan. Pengaruh pelayanannya meluas ke beberapa negara dan ribuan orang bertobat melalui pelayanannya.
Mengenai keluarganya, ia tidak menceritakan bagaimana keuangan keluarganya setelah ia menjadi hamba Tuhan, tetapi ia menceritakan bagaimana kemudian seluruh keluarganya termasuk mamanya menjadi percaya.

Saya tidak bermaksud cerita ini diterapkan langsung kepada setiap kita dan kita melakukan yang sama seperti Andrew Gih. Bagi setiap orang ada pimpinan Tuhan yang khusus dan juga anugrah yang khusus. Tapi mari belajar percaya kepada Tuhan dan rela menyerahkan diri kepada Tuhan seperti Andrew Gih.

Monday, March 21, 2011

Panca Indra Untuk Ibadah

Kita manusia sangat terikat dengan materi, apa yang kita lihat, dengar, cium, raba dan rasa. Maka panca indra kita adalah pintu masuk yang sangat penting untuk kita belajar, mengerti, menangkap kesan, dan akhirnya menyentuh hati.

Untuk setiap hal ada indra yang relevan. Apa yang kita anggap baik adalah apa yang memberi kesan baik melalui setiap indra yang relevan dengan itu. Itu sebabnya makanan bukan hanya rasanya yang penting tapi juga penyajiannya (lihat) dan harumnya (cium). Jika kita masuk kamar hotel, yang akan membuat kita suka bukan hanya design-nya yang enak dilihat, tapi juga bau kamar itu (cium) dan kehalusan seprainya (raba). Waktu kita menonton teater, yang dimanjakan terutama adalah mata kita dan telinga kita, tapi kalau ruangannya bau sampah pasti juga tidak nikmat untuk kita.

Demikian pula untuk ibadah. Bukankah kelima indra kita bisa berfungsi di dalam ibadah!?
Melalui indra pendengaran, kita mendengar musik, suara pujian, pembacaan Alkitab dan juga khotbah. Betapa pentingnya suara di dalam ibadah, saya rasa kita semua tahu.

Melalui indra penglihatan, kita melihat dekorasi ruang ibadah, pakaian pemimpin ibadah, ekspresi para pemimpin ibadah dan sebagainya. Banyak orang menekankan ibadah yang minimalis (tidak usah pakai apa-apa yang penting hati), tapi saya kurang setuju karena di dalam Perjanjian Lama jelas ibadah bukan minimalis tapi maksimalis (coba lihat bagaimana Tuhan menyuruh Musa merancang tempat ibadah, pakaian imam, dsb)! Perhatikan juga ritual, tindakan, sikap para imam di dalam Perjanjian Lama ketika melakukan ibadah. Sangat mengesankan!

Melalui indra penciuman, kita merasakan suasana. Perhatikan betapa bedanya suasana hati kita jika ruangannya bau obat atau bau dupa atau bau lainnya. Apa yang kita cium mungkin berkesan pada kita lebih dalam dari apa yang kita dengar. Mungkinkah itu juga sebabnya di bait Allah dulu ada bau kemenyan yang khusus dibakar di bait Allah? Sehingga setiap kali masuk, jemaat terbiasa merasakan, "ini bait Allah".

Melalui indra perasa, kita mencicipi roti dan anggur. Tuhan dulu meminta orang Israel makan sayur pahit waktu Paskah, mengingatkan mereka akan pahitnya perbudakan mereka di Mesir. Kita sekarang makan roti dan anggur sebagai lambang tubuh dan darah Kristus, ingat akan kasih-Nya dan menerima berkat-Nya.

Melalui indra peraba, kita bisa merasakan banyak hal. Tahun lalu di dalam kebaktian Jumat Agung GKY Singapore, kami membagikan paku kepada setiap jemaat sebelum mengajak untuk berdoa. Melihat dan meraba paku membuat perbedaan.

Pengalaman ibadah seperti ini disebut multi sensory worship. Dan dasarnya adalah karena indra kita diciptakan Tuhan sebagai pintu masuk menuju pikiran dan hati kita. Kita semua perlu benar-benar memikirkan terus ibadah kita di gereja masing-masing.

Monday, March 14, 2011

The Pastor's Soul Series

Bagi para hamba Tuhan, kalau-kalau belum pernah memperhatikan, saya ingin merekomendasikan satu seri yang menarik "The Pastor's Soul Series".

Seri ini terdiri dari 5 buku yang ditulis oleh penulis yang berbeda: The Power of Loving your Church, Pastoral Grit, Preaching With Spiritual Passion, Listening to the Voice of God, Leading With Integrity.

Pertama kali tahu dan melihat judul buku-buku dalam seri ini, saya berpikir bahwa ini akan menjadi seri yang sangat menjanjikan. Tetapi setelah membaca dua di antaranya, saya sadar tidak ada yang sempurna (karena saya kurang puas dengan salah satunya). Walaupun begitu, saya yakin banyak hal bisa kita pelajari (dan pikirkan dengan kritis) dari para penulis buku ini.

Buku-buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang praktis, luwes, dan jujur dalam mengungkapkan pergumulan hamba Tuhan. Dua buku dalam seri ini yang sudah saya baca adalah:

The Power of Loving Your Church. Banyak insights menarik yang saya dapat dari buku ini. Khususnya tentang pola hubungan gereja dan gembalanya dan pentingnya untuk bertahan di satu gereja.
Listening to the Voice of God. Beberapa bab di awal cukup menjanjikan tapi terus terang saya agak kecewa dengan beberapa bab akhir. Penulis tidak dengan tajam bicara tentang mendengar suara Allah tapi seperti terseret menceritakan pergumulannya dalam relasi dengan beberapa orang.







Saya berniat membaca tiga buku lain di dalam seri ini. Selalu menarik dan bisa belajar sesuatu dari kehidupan, pergumulan dan pengalaman orang lain. Dan yang penting adalah kita bisa 'bercermin' karena membaca kisah mereka membuat kita berpikir tentang hidup pelayanan kita sendiri. Tanpa sering 'bercermin', kita bisa lupa 'wajah' kita. Maka saya menganjurkan rekan-rekan hamba Tuhan untuk membaca seri ini.

Friday, March 11, 2011

The Screwtape Letters - C.S. Lewis

Minggu lalu saya baru selesai membaca buku "The Screwtape Letters" karya klasik C.S. Lewis. Ada 2 hal yang saya rasakan waktu membaca buku ini:

1. Saya terlambat membaca buku ini. Buku ini ditulis tahun 1942, jauh sebelum saya menjadi hamba Tuhan, jauh sebelum saya menjadi orang Kristen, bahkan jauh sebelum saya lahir. Maka satu-satunya penyesalan membaca buku ini adalah: Saya baru membacanya sekarang!

2. Semua orang Kristen harus membaca buku ini. Buku ini seringkali dikutip di dalam buku-buku lain atau khotbah-khotbah, tapi akan sangat lain kalau kita membacanya sendiri.

C.S. Lewis menulis buku ini dalam bentuk "kumpulan surat" setan senior bernama Screwtape kepada setan yunior bernama Wormwood yang ada di bawah pengawasannya. Mengenai hal ini dia bercanda "Saya tidak punya maksud menjelaskan bagaimana surat-surat yang sekarang saya terbitkan ini jatuh ke tangan saya". Tentu saja semua surat-surat ini adalah hasil imajinasi C.S. Lewis. Seperti membaca percakapan 1 arah, semua adalah surat dari Screwtape kepada Wormwood dan tidak ada surat balasan dari Wormwood.

Pada waktu membaca buku ini, saya makin sadar akan pekerjaan setan dalam berbagai bentuk di sekitar hidup manusia. Setan dan pekerjaannya sangat nyata. Berbagai "tipuan" dan "cara" setan menjauhkan manusia dari Tuhan disampaikan oleh C.S. Lewis dengan menarik. Tapi di saat yang sama, C.S. Lewis menekankan bahwa pekerjaan Tuhan juga sangat nyata.

Sayangnya buku ini tidak terlalu mudah dibaca dalam bahasa Inggris (cukup banyak kata-kata yang sulit dan memaksa saya untuk buka kamus), paling tidak untuk saya. Setahu saya sudah terbit terjemahannya dalam bahasa Indonesia, tapi saya tidak tahu bagaimana kualitas terjemahannya. Bagaimanapun, berusahalah membaca buku ini. Saya sendiri ingin membaca ulang buku ini.

Sunday, March 06, 2011

God's Own Fool

Buat teman-teman yang tadi datang ke kebaktian GKY Singapore, ini klip yang tadi ditampilkan di dalam khotbah saya. Judulnya "God's Own Fool" dari Michael Card. Istri saya menemukan klip lagu "God's Own Fool" di youtube. Setelah di-download, istri saya kemudian mengedit, mengganti gambar2nya dan menambahkan teks bahasa Indonesia. Dan ini hasilnya yang tadi ditampilkan.

May God bless you all through this!