Saturday, May 14, 2011

Mengapa ada 'Singer'?

Di dalam ibadah di beberapa gereja kita suka menemukan ada beberapa orang yang berdiri di depan, ikut menyanyi dengan microphone. Mereka disebut 'Singer'.

Beberapa gereja mungkin tidak pernah memikirkan apa fungsi 'singer'. Alasan praktis yang biasanya dikemukakan: Untuk menolong worship leader menyanyi (apalagi kalau worship leader-nya kurang PD) dan supaya ada kesan meriah dengan adanya beberapa orang yang berdiri di depan.

Paling tidak ada 2 hal yang seharusnya dipertimbangkan untuk menempatkan singer di dalam sebuah ibadah:

1. Suara

Singer ada untuk menolong worship leader dan jemaat dalam menyanyi. Maka suara sangat penting. Dengan kata lain, jangan sampai singer justru menyanyi dengan tidak baik atau lebih parah lagi false.

2. Ekspresi/Sikap

Jemaat bukan hanya mendengar suara singer tapi juga melihat ekspresi mereka. Ekspresi mereka bisa menolong jemaat menyanyikan pujian itu dari hati atau bisa merusak semuanya.

Beberapa waktu yang lalu saya menyaksikan sebuah konser musik, berupa paduan lagu kontemporer dan tarian. Ada worship leader, ada paduan suara dan juga ada tim penari. Musik dan lagu yang dinyanyikan sangat baik dan theologically sound. Tarian juga dilakukan dengan energik, yang wanita melakukan gerakan seperti tarian balet dan yang pria membawa bendera.

Jelas tarian dilakukan supaya 'memperkuat' lagu yang dinyanyikan, membuatnya lebih berkesan, lebih 'masuk' bagi kita dengan memberikan tarian yang menggambarkan semangat dan pesan lagu-lagu yang dinyanyikan. Lagu-lagunya banyak mengenai kebesaran Allah, kekuatan Allah, keindahan Allah. Dan tarian mereka - seharusnya - dimaksudkan untuk menggambarkan itu.

Tapi ternyata hasilnya tidak seperti itu bagi saya. Tarian mereka bukan memperkuat lagu yang dinyanyikan tapi malah agak mengganggu. Saya coba menganalisa mengapa saya terganggu:

Pertama, koreografinya agak monoton (hampir serupa untuk semua lagu) sehingga saya tidak lagi merasakan penekanan yang jelas untuk lagu berbeda. Malahan koreografi yang monoton itu mengaburkan keunikan pesan setiap lagu.

Kedua, ekspresi wajah mereka yang kadang senyum-senyum saling 'memberi kode' di antara mereka, atau kadang tidak tersenyum (ketika harusnya tersenyum), atau terlalu serius (ketika saya kira harusnya tersenyum), juga sangat mengganggu. Saya tidak menghakimi bahwa mereka tidak punya jiwa memuji Tuhan karena saya pasti tidak bisa melihat hati mereka. Tetapi bukankah mereka tampil untuk 'memperkuat' lagu yang dinyanyikan? Saya jadi berpikir buat apa ada tarian? Bukankah tarian itu untuk memperkuat pesan, tapi mengapa malah memperlemah?

Demikian pula dengan adanya singer di dalam ibadah. Seringkali saya menemukan mereka tidak memperkuat tapi memperlemah ibadah dengan suara dan ekspresi/sikap mereka. Sayangnya banyak yang tidak mempedulikan ini karena “yang penting ada singer” atau “dari dulu selalu ada singer”. Saya tidak bermaksud mengatakan kita tidak perlu singer. Bukan! Tapi kita harus pikirkan bagaimana ibadah diperkuat! Salah satunya dengan mempertimbangkan apakah perlu singer atau tidak, bagaimana penempatan posisi singer, bagaimana melatih singer, dan bagaimana memilih singer.