Wednesday, August 24, 2011

Mazmur 103:13-18

(Tulisan ini adalah bahan saat teduh untuk Retreat Young Adult Fellowship GKY Sg 7-9 Aug 2011)
 
Membaca Mazmur 103:13-18 ini membuat kita merasa sangat diberkati. Begitu terkenalnya Mazmur ini di kalangan orang Kristen: Allah sayang kepada kita! Tapi tunggu dulu. Membaca Mazmur ini dengan lebih teliti membuat kita melihat ada 3 hal yang diungkapkan kepada kita:

1. Kasih Allah
Dengan sangat indah ia memang menggambarkan kasih Allah kepada kita “seperti bapa sayang kepada anak-anaknya”. Begitu sayangnya Allah kepada kita sehingga ayat-ayat sebelumnya mengatakan kasih itu “setinggi langit di atas bumi” (103:11).

2. Kita ini fana
Tuhan tahu bahwa kita ini fana, hanya hidup sementara dalam dunia. Dia “ingat bahwa kita ini debu” (103:14) dan “hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya maka tidak ada lagi ia” (103:15-16). Kita ini bukan apa-apa, kita ini hanya lewat saja dalam dunia ini, hari-hari kita bagi Allah sangatlah singkat. Bagi kita, hidup yang sementara seringkali berarti menikmati hidup ini sepuasnya. Tapi bagi Allah hidup kita yang sementara ini membuat Dia menaruh belas kasihan kepada kita.

3. Mereka yang takut akan Dia
Ini yang paling sering terlewatkan oleh kita, yaitu Tuhan sangat menyayangi “debu” ini, “rumput dan bunga di padang yang sebentar ditiup angin” ini, bukan sembarang orang. Tapi mereka “yang takut akan Dia” (103:14), mereka “yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya” (103:18).

Dunia yang kita tinggali ini bukanlah surga. Dunia ini juga bukan tempat tinggal kita untuk selamanya. Kita hanya mampir dalam dunia ini. Tapi apa yang kita lakukan selama kita mampir dalam dunia ini? Bersenang-senang? Mengejar maunya kita sendiri? Mencari keuntungan, kenyamanan, kepuasan sendiri? Kalau saya boleh pakai gambaran lain, mungkin seringkali Allah melihat kita dari atas dan geleng-geleng kepala. Waktu Dia lihat kita hidup untuk diri sendiri, waktu Dia lihat kita berbuat dosa, waktu Dia lihat kita tidak peduli akan orang lain, Dia geleng-geleng kepala, mengurut dada dan kasihan pada kita. Dia tahu kita hanya debu dalam dunia ini, sebentar lagi waktu kita akan lewat. Hanya karena kasihan Dia tidak timpakan kepada kita setimpal dengan dosa kita.

Suatu kali ada seseorang yang pernah bertanya kepada Max Lucado: “Ketika anak cucu anda tahu bahwa engkau hidup di dalam zaman dimana 1.75 milyar manusia hidup dalam kemiskinan dan 1 milyar manusia kelaparan, bagaimana mereka akan menilai respons anda?” Pertanyaan itu membuat dia tidak bisa tidur semalaman. Apa respons dia terhadap dunia yang seperti ini? Bagaimana nanti anak cucunya akan menilai respons dia? Apa jawab kita kalau kita juga ditanya pertanyaan yang sama?

Mungkin kita sudah mampir dalam dunia ini selama 20 tahun atau lebih, apa yang sudah kita lakukan selama ini? Apa yang sudah kita lakukan untuk teman kantor kita? Tetangga kita? Saudara kita di gereja? Apa yang sudah kita lakukan untuk kerajaan Tuhan?

Max Lucado menulis sebuah buku dengan judul: Outlive Your Life: You Were Made to Make a Difference. Kita memang sementara, tapi lakukanlah sesuatu melampaui hidupmu itu! Lakukanlah sesuatu yang bernilai. Lakukanlah sesuatu untuk membuat perbedaan selama engkau mampir dalam dunia ini.

Kita tidak harus melakukan yang besar. Small things can make a big difference. Kesulitan dan masalah memang banyak, ada orang kelaparan disana, ada orang tidak bisa sekolah disitu, ada orang dianiaya di tempat lain, ada bencana alam di tempat lain lagi, ada yang menangis di sini, dan seterusnya. I cannot do everything, but I can do my thing. I can do one thing that God has called me to do! Seperti sebuah orkestra, tiap orang memainkan bagiannya dan conductor yang mahir akan menghasilkan musik yang agung. Mainkan bagian kecil kita dan percayalah bahwa Allah akan menghasilkan sesuatu yang agung dari padanya.

Seperti bapa sayang kepada anak-Nya, demikianlah Tuhan menyayangi kita yang adalah debu ini, yang takut akan Dia dan ingat melakukan titah-Nya.