Tuesday, April 09, 2013

Jonathan Edwards: A Guided Tour of His Life and Thought – Stephen J. Nichols

Saya tertarik membaca buku ini sebagai buku biografi. Ternyata biografi Edwards hanya dibahas di
bagian awal dan mengambil tempat tidak sampai 20% saja dari buku ini. Sisanya adalah pembahasan dari beberapa tulisannya dan khotbahnya.

Setelah selesai membaca bagian biografi itu, hampir saja saya tidak meneruskannya karena merasa pembahasan tulisan dan khotbah Edwards akan membosankan. Tapi setelah saya teruskan sedikit, ternyata Stephen J. Nichols berhasil mengerjakan tugasnya dengan baik. Pilihannya atas beberapa tulisan dan khotbah Edwards sangat baik dan cara dia menguraikannya pun menarik.

Edwards adalah seorang tokoh besar. Martin Lloyd Jones mengatakan: “Saya tergoda, mungkin dengan bodoh, untuk membandingkan orang Puritan dengan pegunungan Alpen, Luther dan Calvin dengan pegunungan Himalaya, dan Jonathan Edwards dengan Gunung Everest! Bagiku dia selalu tampak seperti orang yang paling mirip dengan rasul Paulus.”

Tulisan-tulisan Edwards tidak mudah untuk dibaca karena sangat rumit dan ditulis dengan gaya dan konteks abad ke-18. Maka Nichols menulis buku ini sebagai introduksi untuk mengenal Edwards dan khususnya pemikirannya yang berpengaruh besar dalam kekristenan. Sejak tahun 1950 saja, ada kira-kira 3000 buku, disertasi, artikel yang ditulis mengenai Edwards. Nichols memberikan beberapa alasan mengapa Edwards sangat menarik:

Pertama, hidup pribadinya menarik. Dia adalah kakek dari wakil presiden ke-3 Amerika Serikat. Dia diangkat menjadi gembala di gereja paling bergengsi di Amerika pada usia 26, dan ironisnya dipecat 22 tahun kemudian. Dia melayani sebagai misionaris kepada orang Indian dan kemudian menjadi presiden dari Princeton University. Dia juga seorang suami dan ayah yang sangat baik dari 11 orang anak, penuh kasih dan perhatian kepada mereka. Dia juga membimbing separuh dari Amerika karena banyaknya calon gembala yang magang pelayanan di bawah bimbingannya.

Kedua, dia juga adalah “prince of pastors”, khotbahnya dan jiwa penggembalaannya luar biasa.
Ketiga, dia menunjukkan hidup yang sangat berpikir. Dia menyimpan banyak sekali buku catatan dari masa dia kuliah sampai akhir hidupnya. Di sana dia menulis berbagai pemikiran dan ide, kadang hanya beberapa baris kadang beberapa halaman. Dia bisa kembali ke sebuah catatan beberapa puluh tahun kemudian dan menambahkan refleksi baru. Dia mengembangkan sistem tulisan cepat dan referensi silang yang begitu detil dan tersamar sehingga sangat sulit untuk dipecahkan. Dia tidak pernah berhenti berpikir. Sambil menunggang kuda, ketika mendapat ide dia akan duduk dan menulis. Ketika musim dingin dan tidak bisa berhenti, dia menempelkan potongan kain dengan warna tertentu di bajunya untuk mengingatkan dia akan ide tertentu yang sempat muncul. Ketika sampai di tempat tujuan, bajunya bisa sudah penuh dengan potongan kain berwarna warni.

Keempat, Edwards memikirkan dan menulis berbagai topik yang sangat luas. Dia menyelidiki alam dan kegiatan laba-laba terbang, dia menyelidiki Alkitab, mempelajari etika, dan bergumul dengan pertanyaan teologi. Maka hari ini berbagai ahli dari bidang literatur, sejarah, filsafat, teologi, para gembala dan jemaat, semua mempelajari dan membaca Jonathan Edwards.

Kelima, Edwards menarik karena ketaatannya yang sepenuhnya kepada Tuhan. Di dalam diri Edwards kita melihat keseluruhan – hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan – yang diberikan untuk Tuhan.

Banyak orang Kristen tahu sedikit tentang Jonathan Edwards – paling tidak namanya. Tapi kesulitan dan tidak tahu harus mulai dari mana untuk membaca Edwards. Buku ini bukan saja memperkenalkan kehidupan dan karya Edwards, tetapi juga memberikan referensi buku-buku mana yang membahas tentang Edwards.
Good book!