Tuesday, June 11, 2013

Sickness and Spirituality

Blaise Pascal berdoa supaya Tuhan menggunakan dengan baik penyakitnya di tahun-tahun terakhir dan tergelap dalam hidupnya:

Lord, whose spirit is so good and so sweet in all things, and who are so merciful that not only the blessings but also the misfortunes that come upon your elect are the fruit of your mercy, grant me the grace not to question as a heathen might the state to which your justice has reduced me. You gave me health so that I might serve you, and I made a wholly profane use of it. Now you send me sickness in order to correct me; do not allow me to use this as an excuse to irritate you by my impatience. I have used my health badly, and you have justly disciplined me for it; do not allow that I use badly now your instructions. And since the corruption of my nature is so profound that it spoils even your favors, see to it, oh my God, that your all-powerful grace makes your chastisements salutary to me; and that, having lived undisturbed, in the bitterness of my sins, I taste the heavenly sweetness of your grace during the beneficial illnesses with which you have afflicted me.

Tuhan, yang Roh-Nya begitu baik dan manis dalam segala sesuatu, dan begitu murah hati sehingga bukan hanya berkat-berkat tetapi juga kemalangan-kemalangan yang dialami orang pilihan-Mu adalah buah dari kemurahan-Mu, karuniakanlah anugrah kepadaku untuk tidak mempertanyakan keadaanku yang disebabkan keadilan-Mu ini, seperti yang mungkin dilakukan orang kafir. Engkau memberi aku kesehatan supaya aku bisa melayani-Mu, dan aku menggunakannya dengan penuh kecemaran. Sekarang engkau mengirim penyakit kepadaku untuk meluruskanku; jangan biarkan aku menggunakan ini sebagai alasan untuk membuat-Mu jengkel dengan ketidaksabaranku. Dan karena kerusakan naturku begitu dalam sehingga bahkan merusak kebaikan-Mu, jagalah, oh Tuhanku, sehingga anugrah-Mu yang mahakuasa menjadikan penyucian-Mu ini bermanfaat bagiku; dan supaya, setelah sekian lama aku hidup dalam kepahitan dosa-dosaku tanpa gangguan, sekarang aku merasakan manisnya anugrah-Mu selama sakit yang bermanfaat ini yang kau timpakan kepadaku.

Saya sama sekali tidak yakin apakah saya bisa mengucapkan doa yang sama seperti Pascal. Kita cenderung menjauh dari penyakit dan melihatnya sebagai musuh. Ketika mengalaminya, dalam bentuk ekstrim kita marah kepada Tuhan dan bertanya kenapa, dalam bentuk lebih normal kita berdoa supaya cepat sembuh. Pendek kata, penyakit itu hanyalah sebuah gangguan dan kejahatan yang harus segera dilenyapkan.

Benar bahwa Allah menciptakan dunia bebas penyakit. Tapi sejak kejatuhan dalam dosa, penyakit tidak terhindarkan. Dan Tuhan kemudian memakainya juga untuk maksud-maksud-Nya.

Maka Pascal tidak melihat penyakit hanya sebagai gangguan atau musuh, tetapi sebagai alat anugrah Tuhan. Penyakit bisa dipakai Tuhan untuk meluruskan dia. Penyakit bisa menjadi alat menyucikan dia. Penyakit bisa dipakai Tuhan untuk membuat dia mengalami manisnya anugrah Tuhan.

Satu hal penting untuk diingat: Tuhan tidak bekerja dengan sistem ‘pembalasan’ - dosamu apa maka hukumannya apa. Kadang kita memang harus menanggung konsekuensi dari perbuatan kita yang dulu. Mis: dulu kita makan sembarangan lalu kena kolestrol tinggi. Tetapi Tuhan tidak memberi kolestrol dengan tujuan menghukum kita! Itu adalah konsekuensi. Kalau kita percaya bahwa segala hukuman dosa kita sudah ditanggung oleh Kristus, maka kita harus percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan sistem ‘pembalasan’ seperti itu.

Lebih jauh lagi, kalau kita terus menerus menyesali kesalahan kita di masa lampau, kita hanya akan berputar-putar di penyesalan. Maka Pascal, sebaliknya, mengajak kita fokus pada bagaimana Tuhan bekerja melalui apa yang kita alami – apapun itu (dalam hal ini penyakit yang dialami).

Sikap seperti ini akan membuat siapapun yang mengalami penyakit atau kelamahan atau cacat, atau keadaan lain yang tidak menyenangkan, ketika pulih, disegarkan oleh anugrah Tuhan. Dan ketika tidak pulih pun, dikuatkan untuk menerima batasan yang baru dan bekerja lagi.

Sekali lagi saya tidak yakin bisa seperti itu! Ah.. kiranya Tuhan beranugrah.

Friday, June 07, 2013

Menyelidiki Kesejarahan Yesus (Investigating Jesus) - John Dickson

Pertama kali mengetahui tentang John Dickson adalah melalui membaca disertasinya ketika saya
sedang menulis thesis. Dia seorang sejarahwan Kristen, ahli Perjanjian Baru, dan menulis disertasi yang sangat bagus (walaupun saya tidak seluruhnya setuju dengan kesimpulan dia).

Belakangan saya baru tahu bahwa ternyata dia terkenal di antara komunitas Kristen di Australia. Dia bukan hanya scholar tapi juga ‘selebriti’ presenter televisi dan menulis buku yang juga populer. Buku ini adalah salah satunya.

Judul asli buku ini adalah Investigating Jesus. Di Indonesia diberi judul Menyelidiki Kesejarahan Yesus. Buku ini secara format bisa dikategorikan buku populer karena banyaknya foto dan lukisan di dalamnya.  Tetapi isi buku ini sebetulnya tidak terlalu sederhana. Dickson mencoba menjelaskan bagaimana menilai kesejarahan kehidupan Yesus. Apakah Yesus betul-betul pernah ada sebagai manusia? Bagaimana menilai bukti-bukti yang ada? Apakah dokumen Perjanjian Baru bisa dipercaya?

Dickson membahas sejarah pencarian terhadap Yesus dari masa awal sampai sekarang ini. Bagaimana Yesus dan kesejarahannya dipandang dari perspektif berbagai zaman? Lalu dia membahas mengenai berbagai sumber untuk mengetahui tentang Yesus dari Injil Gnostik, dokumen-dokumen non Kristen lainnya dan dari Perjanjian Baru. Apa yang dia bahas seperti meringkaskan banyak hal yang berkaitan dengan studi Perjanjian Baru.

Maka buku ini tidak terlalu 'enteng' walaupun juga tidak terlalu 'berat'. Tapi saya kira buku ini tidak akan terlalu menarik (kecuali gambar dan fotonya) bagi mereka yang tidak menyukai topik ini. Tapi bagi mereka yang menyukai masalah akademis, buku ini memberikan ringkasan yang menarik tentang kesejarahan Yesus dan juga sebagian studi Perjanjian Baru.

Sepanjang buku ini, Dickson mencoba memberikan argumennya bukan dari sisi iman
tapi dari sisi sejarah. Dia mengajak kita berpikir secara logis dengan didukung bukti dan pendapat para ahli. Dan dia berkesimpulan bahwa inilah elemen-elemen inti kehidupan Yesus yang telah diketahui:

seorang guru (dan menurut laporan) penyembuh dari Galilea yang bernama Yesus pernah memproklamasikan kedatangan Kerajaan Allah, minum anggur dan makan bersama “para pendosa”, memilih dua belas rasul, bersitegang dengan pemuka-pemuka agama, mencela bait Allah di Yerusalem, dan menderita sampai mati di kayu salib Romawi; yang sesaat setelah-Nya para pengikut-Nya menyatakan bahwa mereka telah melihat-Nya bangkit kembali, mengumumkan bahwa ialah Sang Mesias yang lama ditunggu itu, dan berusaha semampu mereka untuk memelihata dan menyebarkan (awalnya secara lisan, kemudian dalam tulisan) kisah kehidupan tuan mereka yang layak dikenang.