Thursday, October 03, 2013

Specialist or Generalist?

Dulu orang belajar teologi sebagai kesatuan, belajar Alkitab dengan bahasa asli, belajar teologi, filsafat, dan penerapannya dalam kehidupan dan pelayanan. Komplit! Tentu bukan berarti setiap orang sama ahlinya dalam setiap hal. Masing-masing pasti punya keahlian sendiri. Tetapi kaitan antara bidang-bidang dalam teologi itu masih sangat besar.

Sekarang ini, bidang-bidang di dalam teologi sudah berkembang begitu rupa sehingga akhirnya setiap orang benar-benar harus memilih konsentrasinya (itupun sebetulnya masih dibagi lagi menjadi konsentrasi yang lebih kecil-kecil). Dia bisa menghabiskan puluhan tahun hanya untuk belajar bidangnya sendiri, dan itu pun tidak selesai. Bidang-bidang dalam teologi menjadi sangat terpisah sehingga seorang yang ahli dalam bidang yang satu bisa tidak mengerti (atau hanya mengerti sedikit sekali) bidang yang lain. Masing-masing specialist dalam bidangnya.

Salah satu privilege sebagai doctoral student di TTC adalah diundang untuk mengikuti Faculty Colloquium. Para dosen TTC secara bergiliran (atau kadang profesor tamu yang sedang diundang) akan mempresentasikan sebuah paper. Semua yang hadir diharapkan sudah membaca paper tersebut, maka presenter hanya akan menjelaskan ringkasan paper-nya, lalu salah satu dosen lain akan memberikan tanggapan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Baru kemudian sesi tanya jawab bebas.

Saya sudah dua kali mengikuti Faculty Colloquium tersebut dan selalu tertarik dengan paper yang disampaikan. Tapi yang juga menarik bagi saya adalah ketika memperhatikan sesi tanya jawab.

Para dosen TTC adalah para teolog dari berbagai bidang yang berbeda – teologi sistematika, liturgika, etika, dan biblika (PL dan PB). Bisa ditebak apa yang terjadi? Kadang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka membuat saya terkejut, karena apa yang diasumsikan biasa dalam sebuah bidang bisa menjadi sesuatu yang “aneh” bagi bidang lain. Mereka ahli dalam bidangnya tapi bisa sedikit sekali mengerti bidang lain.

Studi dalam program D.Th in New Testament berarti saya sedang studi menjadi specialist dalam Perjanjian Baru – bahkan lebih tepatnya hanya dalam tulisan Paulus – lebih tepatnya lagi surat Galatia. Bayangkan betapa kecilnya yang saya pelajari! Persis seperti dalam kedokteran, pertama menjadi dokter umum – artinya belajar semuanya secara umum. Lalu menjadi specialist, misalnya bagian penyakit dalam. Kalau mau diteruskan, dia akan menjadi sub-specialist, misalnya hanya ginjal saja (maaf kalau saya salah).

Saya berharap melalui studi ini saya bisa mendalami satu bidang ini semampu saya. Tapi saya tidak ingin berhenti disitu dan menjadi specialist.

Saya tidak ingin menjadi scholar, yang artinya harus sangat specialist dan terus-terusan berkutat di bidang itu dan menjadi ahli di situ. Saya adalah pastor, dan menjadi pastor haruslah generalist. Seorang pastor harus tahu banyak hal. Dia harus mengerti soal ibadah, konseling, manajemen gereja, pastoral, pemuridan, teologi, homiletik, dll.. dll.. dan terutama dia harus belajar Alkitab – Perjanjian Lama, Perjanjian Baru. Maka setelah studi ini selesai, saya ingin kembali menjadi generalist, walaupun mudah-mudahan, dengan pola pikir specialist.