Wednesday, January 01, 2014

2014

Kalau “waktu” itu seperti garis lurus yang sangat panjang, maka di situ kita pasti menemukan banyak
sekali tonggak-tonggak pemberi tanda. Beberapa tonggak itu sifatnya umum, seperti: Tahun baru, Natal, Paskah, dll. Beberapa sifatnya sangat pribadi (dan biasanya ini banyak sekali) seperti: Ulang tahun, lulus sekolah, mulai bekerja, pembukaan bisnis, ulang tahun pernikahan, dst, dst. Manusia selalu tertarik dengan tonggak-tonggak itu.

Tonggak-tonggak itu ibarat pos perhentian di dalam perjalanan hidup. Ketika sampai di sebuah tonggak, kita merasa sudah menyelesaikan satu babak. Maka kita cenderung berhenti, mengingat apa yang di belakang, mengevaluasi, lalu mengambil tekad, menarik nafas panjang…. dan mulai berjalan lagi ke tonggak berikutnya.

Tonggak-tonggak itu ibarat “Bab” dalam buku. Mereka menjadi penanda untuk memudahkan kita mengingat apa yang terjadi di antara tonggak yang satu dengan yang lain. Bayangkan sulitnya membaca buku yang tanpa pembagian Bab, langsung bersambung dari halaman 1 sampai 300!

Tonggak-tonggak itu ibarat bendera warna-warni di tengah hamparan pasir coklat. Mereka membuat hidup menjadi tidak monoton. Tiap kali mencapai tonggak yang baru, seperti ada semangat yang baru, harapan yang baru, senyum yang baru.

Tetapi tonggak demi tonggak yang kita lalui bukan hanya mendorong kita untuk maju... terus... tanpa arah... tanpa ada ujungnya...! Tonggak demi tonggak yang kita lalui bukan hanya menjadi penanda sudah berapa jauh kita berjalan tetapi juga memberikan tanda sudah berapa dekat kita pada ujung jalan. Maka tonggak-tonggak itu ada, diberikan Tuhan, untuk menolong kita hidup lebih bijaksana.

Hari ini sudah 1 Januari 2014. Maka, selamat tahun baru! Kita sudah sampai di satu tonggak lagi!

Saatnya berhenti, 
menoleh ke belakang, 
mengevaluasi, 
menemukan kekuatan baru dari Tuhan,
lalu memandang ke depan, 
mengambil tekad, 
menarik nafas panjang…. 
dan mulai berjalan lagi ke tonggak berikutnya dengan lebih bijaksana. 

Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"… Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
-Mazmur 90-