Tuesday, January 14, 2014

“Main Mata” Dengan Pelayanan

Selama masa studi ini, saya bertekad untuk sebisa mungkin full-time. Tentu bukan berarti mengurung
diri dan tidak melakukan apa-apa selain belajar. Saya masih berkhotbah (walaupun jauh lebih jarang daripada dulu), memimpin KTB, menulis blog, bertemu dengan banyak orang, menjalankan hobi fotografi dan tentunya juga jalan-jalan :-) Tetapi semuanya serba dikurangi. Fokus utama, kegiatan utama, porsi terbesar waktu saya, adalah untuk studi.

Kadang saya diminta untuk lebih banyak melakukan ini dan itu atau memberikan waktu lagi untuk ini dan itu. Sebisa mungkin selalu saya tolak. Tapi sedikit buka rahasia, sebetulnya saya sering tergoda untuk mau! Tanpa diminta pun, seringkali saya tergoda. Melihat kebutuhan, ingin rasanya turun tangan. Mendengar masalah, ingin rasanya terlibat menangani. Kadang bahkan saya merasa studi jadi penghalang. Saya jadi curiga dengan diri sendiri. Kenapa saya merasa begitu?

Melayani adalah mengikuti pimpinan Tuhan. Ada masanya Tuhan perintahkan untuk kerjakan ini dan itu, ada masanya Tuhan perintahkan untuk istirahat, ada masanya Tuhan perintahkan untuk persiapan – studi. Seperti Musa, 40 tahun di istana Firaun belajar, 40 tahun di padang gurun juga belajar dengan cara lain, dan 40 tahun mati-matian mengerjakan pelayanan. Sekarang ini, Tuhan perintahkan saya untuk studi.

Kalau begitu, mengapa saya ingin terlibat lebih banyak pelayanan sekarang ini? Mengapa saya “main mata” dengan pelayanan? Kalaupun motivasi saya murni, itu berarti saya tidak sabar menunggu waktu Tuhan! Jangan-jangan saya punya savior-syndrome – “hanya saya yang bisa menolong”. Jangan-jangan saya merasa diri mampu – “orang lain tidak ada yang bisa”. Jangan-jangan saya hanya sok pintar dan sok tahu – “ah.. tidak ada yang mengerti”. Jangan-jangan saya ingin terlihat hebat – “biar orang lihat betapa luar biasa saya ini”. Jangan-jangan saya tidak sabar, tidak tekun, ingin yang instan, sementara studi itu harus lamaaaa… sekali menunggu memetik hasilnya. Jangan-jangan saya ingin terlihat produktif – karena kelihatannya studi itu tidak produktif. Bagaimanapun “betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu” (Yeremia 17:9).

Akhirnya saya memantapkan hati lagi bahwa saat ini perintah Tuhan untuk saya adalah studi. Bagian saya adalah taat. Fokus dan prioritas saya sekarang ini haruslah studi dan bukan “main mata” dengan pelayanan.