Tugas hamba Tuhan adalah mengajarkan Firman Tuhan. Pada waktu berkhotbah, dia harus menguraikan dan menjelaskan Firman Tuhan dengan setia. Dia harus menggali Firman Tuhan, mengerti artinya dan merenungkannya, kemudian memikirkan cara bagaimana supaya dia bisa menyampaikannya dengan sebaik mungkin. Maka urutan logisnya adalah mengerti-merenungkan-menyampaikan.
Tanpa mengerti dan merenungkan, apa yang disampaikan? Tapi inilah kelemahan besar di dalam gereja. Coba lihat bagaimana orang Kristen menilai suatu khotbah. Ada yang merasa yang penting khotbahnya lucu, humornya segar. Sebaliknya ada yang sangat tidak senang dengan khotbah yang banyak humor karena khotbah menurut dia harus serius. Tapi yang diperhatikan hanyalah cara penyampaiannya! Lalu bagaimana isinya? Apa isinya? Apakah bagian yang akan dikhotbahkan itu sungguh dia baca, dia pikirkan, dia mengerti dan renungkan, sebelum dia sampaikan?
Khotbah yang main-main, bukanlah khotbah yang banyak humor tetapi khotbah yang tidak dipersiapkan dengan baik. Khotbah yang serius, bukanlah khotbah yang disampaikan dengan muka serius dan suara berteriak tetapi khotbah yang dipersiapkan dengan baik. Prosesnya? Mengerti-merenungkan-menyampaikan.
Mengerti - Semua orang bisa merasa mengerti padahal tidak. Firman Tuhan bisa dimengerti dalam berbagai lapisan makna, bisa sangat sederhana dan bisa sangat dalam. Sayangnya banyak yang berhenti di makna yang sederhana saja dan tidak menggali lebih dalam. Coba tanya kepada pengkhotbah yang saudara kenal, waktu yang dia pakai untuk mempersiapkan 1 khotbah? Coba tanya juga, kapan terakhir dia membaca buku teologi atau tafsiran yang baik? Buku rohani apa yang dia baca? Berapa banyak yang dia baca? Saudara mungkin akan kaget mendengar jawabannya (kalau saudara tidak kaget, mungkin karena saudara juga tidak mengerti seberat apa seharusnya tugas seorang pengkhotbah). Di sisi yang lebih ekstrim, banyak orang bahkan salah mengerti Firman, seperti para pekabar Injil kemakmuran, tetapi celakanya mereka justru sangat populer. Mereka bisa pintar bicara, contoh yang mengena, ilustrasi yang menyentuh, kutipan Firman Tuhan yang terasa tepat, maka jemaat pun mengalir datang. Tetapi mengerti Firman bukan tugas mudah.
Merenungkan - Firman Tuhan harus direnungkan oleh si pengkhotbah. Seorang pengkhotbah harus menyampaikan apa yang dia percaya adalah kebenaran dan dia gumuli di hadapan Tuhan dengan kesungguhan. Maka dia harus merenungkannya dulu.
Menyampaikan - Kalau dua hal di atas sudah baik, sangat sayang kalau di bagian ini dia kurang baik. Dia harus berpikir bagaimana pendengarnya mengerti apa yang sudah dia mengerti dan renungkan.
Ini tugas hamba Tuhan dan saya sangat sedih dengan banyaknya hamba Tuhan yang tidak lagi menjalankan tugas ini dengan baik. Saya tidak katakan saya sudah baik karena saya juga masih terus bergumul untuk tugas ini. Setiap jemaat harus mendukung hamba Tuhan, orang yang mereka pisahkan khusus untuk melayani Firman Tuhan, untuk mengajarkan Firman Tuhan dengan baik. Sayangnya, jemaat hanya puas dengan penyampaiannya atau pembawaannya yang berkharisma, atau dengan pelayanannya yang penuh perhatian, atau mungkin manajemennya yang luar biasa. Dan hamba Tuhan pun lupa tugas utamanya, mengajarkan Firman. Dan lingkaran ini akan masih terus berputar seperti ini.
Tuhan, kasihani kami!