Tuesday, July 03, 2007

Keluarga

(Tulisan ini adalah revisi atas tulisan yang saya buat untuk kolom Dynatorial dalam buletin Komisi Pemuda 1 GKY Green Ville – Dynamagz edisi Juni 2007)

Ketika Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya, Alkitab mencatat “Allah melihat bahwa semuanya itu baik”. Semuanya baik artinya: tidak ada kejahatan, tidak ada cacat, semua sesuai dengan kekudusan dan keindahan rancangan Tuhan. Itulah dunia yang dijadikan Tuhan.

Dunia hari ini sama sekali berbeda dengan dunia awal yang dijadikan Tuhan karena dosa sudah merusaknya. Dosa merusak segalanya dalam dunia. Dan yang saya maksud segalanya adalah, harfiah, SEGALANYA!

Itu sebabnya Allah menjanjikan langit dan bumi yang baru. Suatu dunia yang baru, suatu dunia yang kembali sesuai dengan kekudusan dan keindahan rancangan Tuhan. Atau boleh kita katakan, suatu dunia surgawi.

Tetapi sebelum sampai ke sana, Allah berulang kali menerobos kehidupan dunia dengan memberikan model kehidupan surgawi. Kemah suci dibangun dengan model yang diperlihatkan Tuhan kepada Musa. Pola ibadah orang Israel dan segala elemennya di perintahkan langsung oleh Allah dengan detil. Melalui kehidupanNya, Yesus datang ke dalam dunia menunjukkan seperti apa model kehidupan surgawi. Dan bahkan Yesus mengajar supaya kerinduan kita adalah “jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga”. Apa yang terjadi di surga kita rindukan, bukan nanti tetapi sekarang, terjadi juga di bumi.

Pola ini bisa diringkas sebagai: Creation (Penciptaan)-Fall (Kejatuhan)-Redemption (Penebusan)-Consummation (Penyempurnaan). Pada waktu Creation segalanya sempurna. Pada waktu Fall segalanya menjadi rusak. Pada waktu Consummation segalanya akan menjadi baru yaitu di surga. Tetapi hari ini kita bukan hanya berada di tengah kondisi Fall tetapi juga ada Redemption dari Tuhan. Maka ada terobosan kehidupan surgawi di tengah dunia yang jatuh ini dan ada pengharapan pembaruan, bukan nanti, tetapi sekarang.

Pola yang sama bisa kita kenakan pada keluarga.

Keluarga adalah bagian dari dunia yang dijadikan Tuhan. Di dalam keluarga, hubungan suami dan istri adalah bentuk hubungan antar manusia yang paling intim dan mencerminkan hubungan Allah Tritunggal. Hubungan antara orang tua dan anak mencerminkan hubungan antara Allah dengan anak-anakNya, yang dididik dan dikasihiNya.

Keluarga juga adalah bagian dari dunia yang dirusak kemudian oleh dosa. Dan itu sebabnya kita melihat banyak kerusakan terjadi dalam keluarga. Untuk menyebut beberapa saja: suami istri saling melukai yang menyebabkan anak juga terluka, orang tua tidak peduli bahkan menyiksa anaknya dengan kata-kata dan tindakannya, mama selalu menuntut dan membandingkan anaknya dengan orang lain, papa tidak memberikan teladan moral, dan seterusnya, dan seterusnya. Keluarga kita dan semua keluarga di dunia sudah dirusak oleh dosa. Kalau tidak ada perubahan, kerusakan itu akan terus berputar menjadi makin besar dari generasi ke generasi.

Tetapi sama seperti elemen dunia yang lain, relasi dalam keluarga juga akan dijadikan baru oleh Tuhan.

Maka hari ini, bukan saja sebagai dorongan, tetapi seharusnya sebagai perintah: “Rindukanlah pembaruan itu!” Dan rindukanlah itu mulai terjadi sekarang juga. Kita memang belum mencapai Consummation, tetapi kita juga bukan hidup dalam kondisi Fall saja. Kita memiliki Redemption!

Kita bisa memulai pembaruan surgawi itu hari ini juga. Paling tidak, kitalah yang mulai menghadirkan pola relasi surgawi itu dalam keluarga kita. Gumulkanlah apa yang Tuhan mau kita kerjakan dalam keluarga kita. Bagaimana harus berkata-kata dan bersikap pada orang tua, suami/istri, anak kita? Bagaimana mendoakan dan mengasihi mereka? Bagaimana terang Tuhan yang ada dalam hati kita bisa bercahaya dalam kegelapan dan kerusakan karena dosa?

Keadaan mungkin tidak akan berubah karena kita belum sampai ke Consummation. Masalah yang kita hadapi dalam keluarga mungkin akan tetap sama atau bahkan bertambah berat. Tetapi doa yang kita panjatkan, kasih dan kebenaran yang memancar dari hidup kita, kuasa Redemption yang kita alami dalam Kristus, tidak akan membuat segalanya persis sama karena mulai ada pola relasi surgawi dalam keluarga kita.

Tuhan memberkati keluargamu!