Sunday, July 15, 2012

Berbagai Gelar Teologi

(4th Revision - With minor addition)

Dunia pendidikan teologi bagi jemaat kebanyakan sangat rumit, bukan hanya soal apa yang dipelajari disana (ada yang berpikir sekolah teologi mengajar urutan Kejadian-Wahyu, maka pertanyaannya “udah sampai kitab apa?”), tapi juga soal gelarnya. Banyak jemaat hanya tahu pokoknya depannya ‘S’, ‘M’ atau ‘D’.  Banyak hamba Tuhan pun tidak terlalu jelas soal ini. Lebih rumit lagi karena negara yang berbeda, bahkan sekolah yang berbeda, bisa memberikan arti yang berbeda untuk gelar yang diberikan.

Berikut ini saya coba menyederhanakan penjelasan untuk gelar-gelar teologi yang umum dikenal di Indonesia:

Undergraduate Degree
Bagi mereka yang belum punya gelar S1 umum, maka pilihannya hanyalah mengambil program: Sarjana Theologi (S.Th) atau jika di luar negeri disebut Bachelor of Theology (B.Th), atau Bachelor of Arts in Theology atau Divinity, atau Bachelor of Divinity (B.D.).
Note: Di beberapa tempat, B.D memiliki pengertian yang berbeda. Misalnya di Moore (Australia), B.D hanya boleh diambil oleh mereka yang sudah memiliki gelar S1 - mungkin setara dengan Master of Divinity (M.Div), sementara di Cambridge University (UK), B.D bahkan setara dengan Ph.D.

Undergraduate or Postgraduate Degree?
Bagi mereka yang sudah punya S1 umum, maka pilihannya lebih luas:
1. Master of Theological Studies (MTS)/Master of Christian Studies (MCS). Biasanya ini program untuk mereka yang hanya mau belajar teologi tapi tidak bertujuan menjadi hamba Tuhan full time. Programnya umumnya 2 tahun.
2. Master of Art (MA) - dalam berbagai bidang. Sejajar dengan program MTS/MCS. Programnya umumnya juga 2 tahun. Perbedaannya adalah bidang studi dalam Master of Arts biasanya lebih spesifik.
3. Master of Divinity (M.Div). Biasanya M.Div dianggap lebih tinggi dari MTS/MCS/MA karena jumlah SKS yang lebih banyak. Programnya umumnya 3 tahun. Mata kuliah dalam program M.Div mencakup banyak bidang sehingga menjadi program studi teologi yang bersifat komprehensif. Di Amerika (dan mungkin banyak negara lain), gelar M.Div adalah untuk mereka yang mau melayani full time di gereja atau ditahbis menjadi pendeta. Bahkan di banyak gereja, seseorang tidak akan ditahbis menjadi pendeta tanpa gelar M.Div.
4. Master of Ministry (M.Min). Program ini di beberapa tempat hanya untuk mereka yang sudah punya gelar teologi sebelumnya (S.Th/BD/B.Th, MTS/MCS, MA, M.Div). Maka in that sense, ini program post-graduate. Tapi ini bukan program riset akademis, hanya berupa refleksi lebih jauh akan pelayanan. Saya anggap ini sebagai program ‘refreshing’ untuk para hamba Tuhan. Tapi di beberapa tempat program ini juga bisa diambil oleh mereka yang tidak punya gelar teologi (asal punya S1 umum). Maka in that sense, program ini juga seperti program MTS/MCS/MA. Tetapi dalam kasus yang terakhir ini, M.Min akan dipandang lebih rendah daripada MTS/MCS/MA karena jumlah kreditnya lebih sedikit. Programnya sekitar 1-2 tahun.

Berbagai Master di atas sebetulnya ambigu. Disebut Master karena sudah punya S1. Tapi di dalam bidang teologi, mereka adalah undergraduate (kecuali M.Min di beberapa tempat) karena sebetulnya semua itu adalah gelar tahap pertama dalam bidang teologi. Sebagai contoh: Di TTC, mahasiswa Bachelor of Divinity dan Master of Divinity kuliah bersama dan seluruh mata kuliah dan tuntutan sama. Tapi ketika lulus, yang sudah punya S1 umum diberikan M.Div dan yang belum punya S1 diberikan BD. Sesederhana itu! Tetapi berbagai program Master di atas juga memang Master betulan karena dari situ, asalkan mampu (tentu dengan tuntutan yang besar), mereka bisa langsung meneruskan ke jenjang Ph.D (kecuali M.Min). Sementara mereka yang hanya memiliki gelar Sarjana Theologi (S.Th)/Bachelor of Theology (B.Th)/Bachelor of Divinity (B.D) tidak bisa langsung ke Ph.D. (Kecuali Bachelor of Divinity di beberapa tempat, lihat keterangan di atas).

Postgraduate Degree (Master)
Master of Theology (M.Th). Di dalam bidang teologi, M.Th adalah Master ‘yang sebenarnya’ karena program ini hanya boleh diambil oleh mereka yang punya gelar teologi sebelumnya. Dan berbeda dengan semua program Master yang undergraduate di atas, program ini bersifat riset akademis. Kadang orang bingung kenapa sudah punya Master (M.Div) kok ambil Master (M.Th) lagi? Jelas beda sekali!

Sekarang ini di Indonesia karena peraturan pemerintah, muncul kebingungan mengenai gelar Master of Divinity (M.Div) dan Master of Theology (M.Th). Pemerintah hanya mengenal jenjang S1, S2 dan S3. Dalam skema itu, kemana M.Div harus dikategorikan? Banyak sekolah teologi mengambil kebijakan mengubah program M.Div nya menjadi M.Th. Tetapi yang saya sesalkan adalah tidak adanya kesepakatan antara sekolah-sekolah teologi di Indonesia mengenai cara pengubahannya. Ada yang menambahkan tuntutan, misalnya menambahkan mata kuliah atau menambahkan tuntutan menulis thesis. Ada yang mengubahnya menjadi M.Th Praktika yang tanpa penulisan thesis (dibedakan dengan M.Th Teologi yang harus menulis thesis). Maka sekarang pengertian apa itu M.Th menjadi sangat berbeda di antara sekolah-sekolah teologi.

Tambahan: Saya dengar sekarang di Indonesia, pemerintah mengkategorikan M.Div dan D.Min sebagai gelar profesi dan bukan gelar akademis (mungkin saya salah). Artinya tidak dianggap sebagai gelar S2 dan S3 di dalam konteks akademis. Sementara itu, gelar seperti MA justru dianggap S2 (saya tidak tahu bagaimana mengenai gelar MTS/MCS). Ini memang membingungkan karena di luar negeri mereka yang memiliki gelar M.Div sebenarnya bisa langsung mengambil D.Th/Ph.D.

Postgraduate Degree (Doctor) - Profesi
Doctor of Ministry (D.Min) adalah program untuk mereka yang punya gelar teologi (biasanya M.Div) dan sudah sekian tahun melayani sebagai hamba Tuhan. Program ini mengajak untuk menata kembali kaitan antara teologi dengan pelayanan mereka. Programnya berupa refleksi teologis kadang dicampur dengan riset lapangan. Penekanannya adalah bagaimana menerapkan teologi dan kemampuan berpikir kritis dalam pelayanan. Seringkali ini disebut sebagai Doctor dalam profesi, beda banget dengan Doctor dalam riset akademis. Programnya biasanya dirancang 3-5 tahun part time, untuk para hamba Tuhan yang tidak bisa meninggalkan pelayanan untuk studi. Sebagai pembanding, jika D.Min bisa diselesaikan dalam 3-5 tahun secara part time, D.Th/Ph.D memerlukan 3-7 tahun full time.

Postgraduate Degree (Doctor) - Riset
Dalam bidang teologi, Doctor yang bersifat riset akademis hanyalah Doctor of Theology (D.Th/D.Theol)/Theological Doctor (Th.D) dan Philosophical Doctor (Ph.D)/Doctor of Philosophy (D.Phil). 

Sebagian orang berpikir Ph.D lebih tinggi dari D.Th. Sebetulnya tidak begitu (kalau tidak percaya silakan research di google atau bandingkan di berbagai sekolah). Boston University dan Duke University misalnya memberikan kedua gelar itu, dan jelas di dalam katalog mereka bahwa keduanya sejajar, tuntutannya sama, lama kuliahnya sama, semua sama. Perbedaannya adalah Ph.D biasanya diberikan oleh University dan bersifat inter-disciplinary (dikaitkan dengan berbagai ilmu yang lebih luas), sementara D.Th biasanya diberikan oleh Seminari/Divinity School dari University. Maka Ph.D bisa mengajar di Universitas atau Seminari sementara biasanya D.Th hanya mengajar di Seminari. Ditambah lagi, Ph.D adalah gelar yang lebih umum dan 'terkenal' dibanding D.Th. Mungkin itu yang menyebabkan orang berpikir Ph.D lebih tinggi dari D.Th. Andy Rowell, di dalam blognya (http://www.andyrowell.net/andy_rowell/2009/03/advice-about-duke-thd-and-phd-programs-in-theology.html) memberikan perbandingan program Th.D dan Ph.D di Duke University.

Program D.Th/Ph.D di UK, Singapore, Australia (dan saya tidak tahu negara mana lagi) dirancang untuk minimal 3 tahun full time. Dari hari pertama masuk sampai lulus hanya mengerjakan disertasi, tanpa ada kuliah wajib. Program D.Th/Ph.D di USA dirancang untuk minimal 4 (atau 5 tahun) full time. Selama 2 tahun (atau 3 tahun) pertama mengikuti kuliah, 1 tahun persiapan dan ujian komprehensif, lalu 1 tahun mengerjakan disertasi. Larry Hurtado, di dalam blognya (http://larryhurtado.wordpress.com/2014/09/18/phd-studies-in-the-uk-and-edinburgh-in-particular/) memberikan sedikit gambaran perbandingan program Ph.D di UK dan US.

Apa yang saya sebutkan di atas hanya sebagian dari berbagai gelar dalam bidang teologi. Dengan berbagai variasi yang ada, sebetulnya tidak mudah mengenali nilai gelar seseorang. Maka jangan hanya melihat huruf depannya: “S”, “B”, “M” atau “D”. Jangan hanya melihat gelarnya apa atau lulusan dari negara mana, tapi kita perlu tahu dulu dari universitas/seminari mana. Setelah itu baru bisa mencari tahu seperti apa universitas/seminari itu dan seperti apa program itu di situ. Sejujurnya banyak gelar teologi "abal-abal". Sekalipun gelar sungguhan dan berasal dari sekolah sungguhan tapi mutunya bisa sangat dipertanyakan.

Sebenarnya sama seperti waktu kita mendengar orang punya Sarjana Teknik dari universitas A di kota A atau dari universitas B di kota B, maka kita langsung bisa membayangkan bedanya. Demikian pula gelar teologi. Saat ini, di Indonesia, dengan berbagai pengertian yang berbeda akan program M.Div dan M.Th, juga menuntut kita untuk tahu persis apa gelarnya, darimana gelar itu, dan seperti apa programnya, baru bisa menentukan "nilai" gelar itu.

Bagi pembaca yang bukan hamba Tuhan, saya harap tulisan ini menolong memperjelas dan bukan memperbingung. Bagi pembaca yang hamba Tuhan, jika tahu ada informasi di atas yang salah, silakan berikan comment dan kita bisa diskusikan.