dan struktur kalimat dalam bahasa Inggris yang nantinya juga mempermudah kita membaca buku teologi dalam bahasa Inggris. Kita juga seringkali akan tertolong untuk lebih tepat mengerti Firman Tuhan karena
Tetapi membaca Alkitab dalam bahasa Indonesia juga banyak keuntungannya. Alkitab bahasa Indonesia (di luar yang Bahasa Indonesia Sehari-hari) hanya ada satu versi. Dan inilah keuntungan kita (ok, saya tahu ada kerugiannya juga)! Kita semua membaca dan menghafal Alkitab yang sama persis kata-katanya. Dengan cepat kita bisa 'nyambung' begitu ada sepotong saja kalimat atau ayat dalam Alkitab disebutkan. Dan setiap kali ada kalimat atau ayat dibacakan ingatan kita akan kalimat atau ayat itu makin diperkuat.
Bandingkan misalnya dalam dunia bahasa Inggris yang memiliki banyak versi terjemahan Alkitab. Sebagai contoh, di bawah ini saya cantumkan Yohanes 3:16 dari dua terjemahan bahasa Inggris yang populer:
For God so loved the world, that he gave his only Son, that whoever believes in him should not perish but have eternal life. (ESV)
For this is the way God loved the world: He gave his one and only Son, so that everyone who believes in him will not perish but have eternal life. (NET)
Bayangkan sulitnya menghafal! Dalam bahasa Indonesia, begitu ada yang mengatakan: "Karena begitu besar kasih Allah..." Kita sudah tahu itu pasti Yoh 3:16.
Dulu ketika membaca Alkitab secara berurutan dari Kejadian sampai Wahyu, saya selalu menggunakan Alkitab bahasa Indonesia (kecuali ketika Bible Study). Tapi sejak beberapa tahun lalu saya membacanya berganti-ganti, kadang bahasa Indonesia, kadang bahasa Inggris dan itupun dengan berbagai versi (NRSV, RSV, NIV, ESV, LEB, dll). Saya mulai sadar ada banyak ayat yang saya mulai lupa. Saya tahu ada ayat seperti itu, tapi kalimat persisnya bagaimana saya tidak tahu lagi. Bahkan saya menemukan bahwa saya juga mulai lupa posisi ayat A atau B ada dimana di Alkitab.
Mungkin ini karena saya membaca Alkitab bahasa Inggris dalam berbagai versi sehingga sulit untuk menghafal. Tapi saya pikir kalaupun saya setia membaca satu versi saja, rasanya tetap efeknya terhadap daya hafal saya tidak akan sebaik kalau saya membaca Alkitab dalam bahasa Indonesia. Bagaimanapun bahasa Indonesia saya jaauhhhh… lebih baik dari bahasa Inggris saya. Tentu beda bagi mereka yang mimpi pun sudah pakai bahasa Inggris :-)
Sekarang saya sedang membaca Alkitab berurutan lagi dari Kejadian dan sudah hampir menyelesaikan Yeremia. Saya membacanya dengan menggunakan versi LEB (Lexham English Bible) dan ESV. Tapi setelah Yeremia selesai, saya pikir sebaiknya saya menggunakan bahasa Indonesia saja untuk membaca Ratapan sampai Wahyu. Nanti ketika mulai mengulang lagi membaca Alkitab, baru saya akan coba menggunakan bahasa Inggris lagi, tapi satu versi saja.
How about you? Ada pengalaman lain?