Wednesday, January 11, 2012

Pendeta vs Penginjil


Foto waktu saya ditahbiskan menjadi Penatua Khusus SInode GKY - Juni 2009

Seringkali saya ditanya, “apa sih bedanya pendeta dengan penginjil?” Pertanyaan sederhana tapi serius karena menunjukkan betapa banyaknya orang Kristen yang tidak mengerti tentang gereja – yang dia datangi tiap minggu.

Saya belum pernah mendengar ada yang memberi penjelasan tentang itu. Maka pertanyaan itu akhirnya menggantung di pikiran jemaat (dan mungkin juga hamba Tuhan?). Satu-satunya jawaban yang tersedia adalah dari fenomena yang terlihat: ‘Pendeta boleh membaptis, memimpin perjamuan kudus, memimpin pemberkatan nikah’ sementara penginjil tidak boleh. ‘Penginjil ditahbis menjadi pendeta’ sementara pendeta tidak ditahbis menjadi penginjil. Itu fenomenanya. Dan karena dunia mengajarkan bahwa yang lebih pastilah lebih tinggi. Kesimpulannya pendeta lebih tinggi dari penginjil dan pentahbisan berarti kenaikan jabatan. Benarkah begitu? Ada beberapa masalah disini:

Pertama, saya perlu luruskan dulu masalah istilah. Istilah ‘penginjil’ yang umumnya dikenal di gereja sekarang, sebetulnya tidak sama dengan pengertian di Alkitab. Di Alkitab tidak ada indikasi bahwa ‘penginjil’ (atau pemberita Injil di dalam Alkitab) lebih rendah daripada ‘pendeta’ (atau ‘gembala’ di dalam Alkitab). Keduanya adalah fungsi atau panggilan dari Tuhan, karunia yang Allah berikan untuk gerejaNya. Sulit membedakan dengan saklek. Mungkin sederhananya: Mereka yang melayani di gereja disebut ‘pendeta’ dan mereka yang pelayanannya mengabarkan Injil di luar gereja disebut ‘penginjil’.

Kesalahannya di gereja sekarang adalah: Pokoknya mereka yang belum ditahbis menjadi ‘pendeta’ disebut ‘penginjil’. Maka istilah ‘penginjil’ bukan lagi menunjuk pada panggilan dan karunia Tuhan, tapi pada keadaan sebelum ditahbis!! Ini salah kaprah yang sudah sangat meluas.

Kedua, tidak ada sedikitpun indikasi di dalam Alkitab ada orang Kristen yang lebih tinggi atau lebih rendah. Yang ada hanyalah fungsi. Lalu apa itu pendeta? Pendeta adalah orang2 yang Tuhan panggil untuk melayani umat Tuhan, menggembalakan, mengajar Firman Tuhan. Panggilan mereka adalah dari Tuhan. Tapi tidak bisa setiap orang yang mengaku menerima panggilan Tuhan lalu menjadi pendeta. Panggilan itu harus dikonfirmasi oleh jemaat Tuhan.

Jemaat perlu waktu untuk melihat dan yakin bahwa orang itu sungguh dipanggil Tuhan untuk melayani Firman Tuhan full time di gereja itu. Setelah yakin, maka gereja mengkonfirmasi panggilan dia dalam pentahbisan. Jadi pentahbisan bukan kenaikan jabatan, tapi konfirmasi. Pendeta bukan lebih tinggi, tapi sudah dikonfirmasi.

Pertanyaannya mereka yang belum dikonfirmasi disebut apa? Di gereja2 Tionghoa di Indonesia, mereka biasa disebut ‘Penginjil’ atau ‘Guru Injil’. Dan inilah sumber salah kaprahnya.

Maka yang disebut ‘penginjil’ atau ‘guru Injil’ di dalam gereja saat ini adalah orang2 yang merasa dipanggil Tuhan untuk melayani Firman Tuhan full time di gereja, tapi belum ditahbiskan karena gereja masih perlu waktu untuk melihat dan mengkonfirmasi pelayanan mereka.

Pertanyaan terakhir, lalu bagaimana dengan mereka yang lamaaaaaa… melayani di gereja tapi tidak ditahbis? Terus-terusan menjadi ‘penginjil’ selama puluhan tahun?

Setiap gereja seharusnya punya kriteria untuk mengenali panggilan menjadi pendeta di dalam diri seseorang. Standar kriterianya bisa berbeda untuk setiap gereja. Tetapi jelas tidak cukup dan tidak boleh kriterianya hanya masalah waktu pelayanan (sudah pelayanan sekian tahun maka harus ditahbis) dan kebutuhan gereja (kalau jumlah pendeta kurang maka dilakukan penahbisan). Mungkin ada orang yang terpanggil untuk mengerjakan jenis pelayanan tertentu di gereja tetapi tidak tidak terpanggil khusus untuk pelayanan Firman Tuhan dan sakramen (sebagai pendeta) atau mungkin dianggap tidak mampu untuk kepemimpinan sebagai pendeta di gereja itu. Tetapi kriterianya harus jelas dulu.

Saya tahu masalahnya tidak sesederhana itu. Tapi yang saya mau adalah konsepnya dulu yang dipikirkan, praktisnya dan teknisnya belakangan. Jangan sekedar berpikir praktis: Hamba Tuhan masuk – pelayanan – kalau ‘bagus’ dan ‘diperlukan’ ya jadi pendeta, kalau nggak ya sudah terus saja jadi penginjil.