“Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: “Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit…. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (dari Luk 10:17-20)
Konteks bagian ini adalah, Yesus baru saja mengutus 70 orang muridNya berdua-dua mendahului Dia ke setiap kota yang hendak dikunjungiNya. Ketika mengutus, Yesus memberi pesan bagaimana mereka harus melayani:
1. Jangan memberi salam, cepat dan jangan bersantai-santai.
2. Kalau masuk rumah katakan shalom.
3. Kalau orang itu menerima, maka tinggal dalam rumah itu, makan apa yang dihidangkan dan layani mereka.
4. Kalau orang itu menolak, maka tinggalkan dia. Orang itu yang akan rugi.
Wah, ini pelayanan yang sangat berotoritas.
Dan pada waktu itu, mereka sudah kembali dengan gembira. Murid-murid itu gembira karena pelayanan mereka berhasil. Mereka bukan saja memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, tetapi mereka juga mengalami bagaimana setan-setan takluk kepada mereka demi nama Yesus.
Atas laporan mereka, Yesus menjawab: “Aku melihat setan jatuh seperti kilat dari langit”. Apa artinya? Ketika para murid menyaksikan bagaimana setan yang memperbudak manusia, merasuk manusia, dipaksa untuk taat kepada mereka dalam nama Yesus, itu adalah tanda bahwa Kerajaan Allah menguasai kerajaan setan. Pengalaman mereka membuktikan bahwa kejatuhan setan itu sudah dimulai.
Saya membayangkan suksesnya pelayanan mereka. Mereka memberitakan Kerajaan Allah. Mereka diterima oleh masyarakat. Mereka berhasil menyembuhkan orang sakit. Mereka mengusir setan. Maka di banyak tempat, mereka mungkin dipuji orang, pelayanan mereka dihargai. Mungkin mereka seperti ‘selebritis rohani’.
Dan tibalah kalimat yang mengejutkan: “Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu…”
Yesus memperingatkan mereka agar jangan bersukacita karena keberhasilan pelayanan. Apa yang salah? Bukankah pelayanan mereka murni diberkati Tuhan, ‘perang rohani’ mereka menangkan dengan sukses, iblis dikalahkan demi nama Yesus?
Tetapi Yesus ingin katakan ada yang lebih penting: “…tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga”. Bersukalah atas apa yang Allah telah lakukan bagimu: namamu tertulis dalam kitab kehidupan.
Kalau kita mau jujur, seringkali mana yang lebih membuat kita bersukacita? Diselamatkan Tuhan atau sukses melayani?
Adalah salah untuk bersukacita terlalu banyak atas pelayanan, atas apa yang ‘kita kerjakan untuk Tuhan’. Jauh lebih bersukacita, bahkan mustinya menjadi sukacita kita yang paling dasar, yaitu atas apa yang 'Tuhan kerjakan untuk kita': nama kita tercatat dalam kitab kehidupan.