Saya mengajak kita memikirkan ulang konsep yang sering kita dengar dan bahkan sudah diterima secara umum: “Ke gereja cari Tuhan bukan cari manusia”
Kita ke gereja memang untuk mencari Tuhan dan berjumpa dengan Dia. Alangkah tidak dewasanya kalau kita ke gereja karena kebiasaan, karena teman, karena pacar. Maka saya setuju dengan kalimat di atas.
Tetapi bukankah kita ke gereja juga cari manusia? Kalau hanya untuk cari Tuhan, kenapa harus di gereja? Bukankah Tuhan ada dan bisa ditemui di kamar kita? Dan bukankah semua yang dilakukan di gereja bisa kita lakukan di rumah? Mau menyanyi? Tidak ada masalah. Mau dengar khotbah? Ada banyak kaset khotbah. Mau persembahan? Bisa transfer. Semua tidak ada bedanya.
Perjanjian Lama mengajarkan umat Allah untuk mencari Dia di bait suci. Tempat itu adalah simbol kehadiran Tuhan di tengah-tengah umatNya. Tetapi di dalam Perjanjian Baru, kita disebut sebagai bait Roh Kudus karena Roh Allah berdiam di dalam kita. Kitalah gereja! Maka apa bedanya kita ke gedung gereja dan tidak ke gedung gereja, kalau ‘hanya’ untuk mencari Tuhan?
Kita ke gereja adalah untuk mencari Tuhan bersama-sama dengan manusia yang lain, bersehati menyembah Tuhan sebagai satu kumpulan umat Tuhan, yaitu gereja lokal.
Maka kita ke gereja bukan hanya cari Tuhan tetapi juga cari manusia! Kita ingin mencari orang-orang dimana kita bersama bisa bersehati menyembah Dia. Kita ingin mencari orang-orang dimana kita bisa saling menarik lebih dekat kepada Tuhan, lewat persekutuan yang intim, lewat saling menasihati, lewat melayani bersama. Seperti yang dikatakan oleh Dietrich Bonnhoefer “Kita memerlukan saudara-saudara kita untuk ditarik kepada Kristus”.
Maka betapa salahnya kalau kita ke gereja tanpa peduli kepada orang di sekitar kita. Kita tidak saling menyapa, tidak berbicara. Bahkan waktu menyanyi juga tidak merasa menyanyi sebagai satu kumpulan umat Allah. Waktu berdoa kita juga tidak merasa kita sedang berdoa sebagai satu kumpulan umat Allah.
“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (Mzm 133:1)
Simbol dan cara kehadiran Tuhan boleh berubah. Dulu di bait suci, sekarang dalam diri kita. Tetapi kerinduan Tuhan tidak berubah: melihat umatNya bersama-sama, dengan rukun, dengan saling mengasihi, dengan saling menguatkan, dengan saling menasihati, dengan saling menolong, datang menyembah Dia, sebagai kumpulan umat.
Dan Tuhan katakan “kesanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” (Mzm 133:3b).