Tuesday, November 07, 2006

Ke Gereja Harus Memberi Bukan Menerima?

Saya mengajak kita memikirkan satu konsep lagi tentang hidup bergereja yang juga sudah diterima secara umum: “Ke gereja harus memberi bukan hanya menerima”.
Kita harus ‘memberi’: memberi tenaga, waktu, uang, bahkan perasaan. Kita tidak boleh hanya mau ‘menerima’: menerima khotbah yang baik, suasana yang baik, persekutuan yang baik. Maka kalau kita menemukan suatu gereja dalam keadaan yang ‘kurang baik’, kita tetap harus bertahan dan memberi.

Perhatikan kata hanya di atas. Kalau ada kata hanya, kalimat di atas sangat tepat. Tetapi sayangnya ketika diaplikasikan, yang terdengar di telinga kita adalah kalimat yang tanpa hanya: “Ke gereja harus memberi bukan menerima”.

Dampak dari kalimat ini adalah:

1. Kita yang melayani, tidak terlalu peduli apakah jemaat ‘menerima’ sesuatu di gereja kita. Kita anggap bagaimanapun mereka harus setia, harus datang, harus melayani.

Entah darimana datangnya konsep seperti ini. Konsep Alkitab jelas berbeda.

"Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul… gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus…" (Efesus 4:11-16)

Paulus bicara ini dalam konteks hidup bergereja. Untuk apa Tuhan memberikan rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar? Supaya jemaat yang bersekutu itu, diperlengkapi untuk melayani membangun tubuh Kristus dan bertumbuh makin dewasa dalam iman.

Maka kalau jemaat merasa kering, tidak ‘menerima’ apa-apa, tidak diperlengkapi, tidak bertumbuh, bagaimana mungkin kita mengharapkan mereka datang? Alangkah bersalahnya kita yang tidak ‘memberikan’ apa-apa tapi mengharapkan mereka datang.

2. Banyak orang yang ke gereja sudah tidak 'menerima' apa-apa, tetapi tetap memaksakan diri karena merasa harus setia, harus datang, harus melayani.

Ini yang menyebabkan banyak gereja masih tetap punya jemaat yang ‘setia’. Jemaat merasa “this is my church”, dan apapun yang terjadi saya tetap datang. Padahal mereka sudah ‘hancur-hancuran’ secara rohani. Mereka tidak ‘menerima’ apa-apa dan tidak tahu harus berbuat apa.

Tiap orang Kristen harus melihat lagi kenapa ke gereja: supaya bertumbuh! Bagaimana bisa bertumbuh di gereja? Atau kenapa bertumbuh itu di gereja? (lihat artikel “Ke Gereja Cari Tuhan?” – 1 Nov 2006) Ada 2 hal: Pertama lewat pengajaran Firman. Kedua lewat persekutuan umat Tuhan, yang bersama melayani, bersama beribadah, bersama mengasihi Tuhan dan sesama.

Pertumbuhan adalah sesuatu yang sangat Tuhan rindukan terjadi pada seluruh umatNya. Maka sama seperti gereja bertanggung jawab pada pertumbuhan jemaatnya, kita juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan diri kita.

Kita memang tidak boleh hanya mau menerima. Tetapi kita juga harus berjuang untuk ‘menerima’, demi pertumbuhan rohani kita yang dirindukan Tuhan.

Kalau kita tahu kita sudah ‘sakit’ dan sudah tidak bisa menolong diri sendiri, lalu masih berpikir kita bisa, mungkin kita hanya tunggu waktu sampai kita betul-betul collapse.