Photo credit: Willy Siauw (www.willysiauw.com)
Di dalam kebaktian pentahbisan pendeta sinode GKY, biasanya salah satu orang yang ditahbiskan diminta untuk menyampaikan khotbah sulung mewakili rekan2 yang lain. Beberapa hari sebelum pentahbisan, saya diberitahu bahwa saya yang diminta untuk menyampaikan khotbah sulung tersebut. Saya diberi waktu maksimal 10 menit, maka saya mencoba untuk menyampaikan apa yang menurut saya paling esensial dan penting untuk disampaikan. Di bawah ini adalah khotbah singkat yang saya sampaikan waktu itu:
Saya punya waktu 10 menit untuk menyampaikan pikiran, janji dan tekad saya. Pada waktu saya diminta untuk menyampaikan khotbah sulung mewakili rekan2 yang lain, saya mencoba untuk flash back ke belakang dan mengingat2.
Salah satu pergumulan yang saya alami pada waktu masih di sekolah teologi adalah, saya bertanya2, apa artinya menjadi hamba Tuhan? Semua orang melayani Tuhan, tapi apa yang membedakan pelayanan semua orang Kristen dengan sekelompok orang Kristen yang disebut hamba Tuhan? Saya tahu istilah ini kurang tepat karena sebetulnya semua orang adalah hamba Tuhan. Tapi kita terlanjur menggunakan istilah ini.
Saya bergumul cukup lama untuk memikirkan dan menemukan apa sebetulnya panggilan kami, tugas kami, yang Tuhan bebankan, sehingga kami dipisahkan dan disebut sebagai hamba Tuhan?
1 bagian Alkitab di dalam Kis 6:1-6 memberikan petunjuk yang sangat penting apa yang dipikirkan oleh para rasul tentang tugas utama mereka, fokus utama mereka sebagai hamba Tuhan.
Pada waktu itu orang Kristen baru berkumpul bersama sebagai gereja. Gereja PB baru dimulai, dan siapa yang melayani? Para rasul melayani segala hal di dalam jemaat. Saya bisa membayangkan bahwa segala urusan, apapun juga di dalam gereja, ditangani oleh mereka. Dan bagian ini memberitahu kita bahwa para rasul akhirnya sadar mereka bukanlah superman. Mereka kewalahan. Sementara jemaat bersungut-sungut karena ketidakberesan dalam pengaturan pembagian makanan bagi janda2 miskin. Atau boleh kita sebut jemaat complain dengan kurang rapihnya administrasi, kurangnya perhatian kepada jemaat, kurangnya pelayanan sosial.
Maka para rasul mengambil keputusan untuk menceritakan pergumulan mereka kepada jemaat. Dan menarik, para rasul berkata bahwa yang paling mereka khawatirkan adalah mereka tidak memuaskan Tuhan karena “kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja”. Karena itu mereka meminta supaya jemaat memilih 7 orang untuk mengerjakan tugas pelayanan meja, pelayanan diakonia, pelayanan administrasi, pelayanan pemerhati itu sementara mereka “dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman”. Dan ini berlanjut dalam sejarah gereja. Orang yang memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman. Itulah yang disebut hamba Tuhan!
Pelayanan Firman bisa dikerjakan oleh semua orang Kristen. Tetapi seriusnya pelayanan itu menuntut adanya orang-orang yang mengkhususkan waktu untuk mempelajari Firman Tuhan dan mengajarkannya dengan setia. Dan karena pelayanan mereka menuntut kepekaan mengenal kehendak Tuhan, kebutuhan manusia, dan memohon anugrah Allah, maka doa adalah bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan Firman.
Maka saya percaya menjadi hamba Tuhan berarti selalu mengingatkan diri akan hal ini. Dia bukan seorang event organizer, mengatur berbagai acara yang wah. Dia bukan seorang CEO gereja, yang bisa mengatur strategi bagaimana gereja bertumbuh. Dia bukan seorang administrator ulung, yang kerjanya menangani administrasi. Dia adalah seorang pelayan Firman. Dengan belajar, menyampaikan Firman, berdoa dan memimpin sakramen. Sekalipun dia melakukan berbagai kegiatan, tapi tugas utamanya adalah belajar Firman dan mengajarkan Firman. Berdoa dan mengajak jemaat berdoa. Itu hamba Tuhan.
Hari ini banyak orang Kristen mengharapkan hamba Tuhan mengerjakan semua urusan gereja karena berpikir bahwa tugas hamba Tuhan adalah menjalankan gereja (running the church). Selama kegiatan terorganisir, ada program yang inovatif, maka dia hamba Tuhan yang baik. Hari ini banyak orang Kristen mengharapkan hamba Tuhan pokoknya banyak membesuk, banyak memperhatikan. Tidak peduli apa yang dia lakukan, apa yang dia bicarakan, sudut pandang apa yang dia sampaikan, pokoknya asal dia datang, membesuk, berdoa, dia hamba Tuhan yang baik. Hari ini banyak orang Kristen mengharapkan hamba Tuhan pokoknya khotbah, apapun khotbahnya, berapapun sedikitnya dia persiapan dan merenungkan Firman, pokoknya dia khotbah. Saya kira Alkitab tidak ajarkan itu. Dan banyak hamba Tuhan lupa panggilannya yang utama, mereka sibuk lakukan banyak hal yang mengalihkan perhatian mereka dari doa dan pelayanan Firman.
Kalau sdr perhatikan jubah pendeta Protestan hampir selalu berwarna hitam. Jubah ini sangat mirip seperti toga yang dipakai pada waktu seseorang diwisuda. Dan memang itulah artinya.
Gereja di abad pertengahan menekankan pelayanan sakramen untuk tiap orang yang ditahbis menjadi pastur. Tapi para reformator mengubah itu, jubah pendeta Protestan adalah jubah akademis. Jubah ini melambangkan orang yang belajar dan diangkat oleh gereja untuk menjadi pengajar Firman.
Maka hari ini, di hadapan Tuhan dan di hadapan saudara, jemaat Tuhan, saya mewakili rekan2 yang lain berjanji untuk seumur hidup menjadi pelayan Firman: Belajar Firman Tuhan sedalam mungkin dan berusaha mengajarkannya sebaik mungkin. Berdoa dengan sungguh2, mengalami Tuhan dalam doa dan mengajak jemaat berdoa. Dan terakhir, untuk melakukan semuanya tidak demi keuntungan pribadi, tidak demi apapun, tapi demi kasih kepada Tuhan dan kepada saudara, jemaat Tuhan. Dan kami berjanji untuk menaruh jemaat Tuhan di dalam hati kami.
Demi nama Tuhan, saya minta, ingatkanlah kami para hamba Tuhan untuk menjadi pelayan Firman. Tegurlah kami ketika kami sibuk mengerjakan segala sesuatu yang lain tapi mengabaikan pelayanan Firman Allah. Mintalah untuk kami belajar dan mengajarkan Firman. Dan doakanlah kami agar urapan Tuhan dan kuasa Tuhan sungguh dicurahkan untuk kami. Dan kiranya berkat Tuhan dicurahkan untuk gerejaNya. Amin.