Alkitab dengan jelas sekali menegaskan bahwa kita semua, tanpa terkecuali, adalah orang-orang berdosa. Tidak peduli berapa tinggi atau rendahnya pendidikan kita, tidak peduli berapa kaya atau miskinnya kita, tidak peduli juga apakah kita orang Kristen atau bukan, kita manusia yang sama-sama berdosa. Dan karena orang-orang Kristen yang juga berdosa itu berkumpul di gereja, maka gereja juga bisa disebut sebagai kumpulan orang berdosa.
Itu sebabnya kita banyak menemukan dosa di dalam gereja. Ada ketidakadilan, perebutan kekuasaan, iri hati, ketamakan, keegoisan, dan segala macam dosa lainnya di tengah lingkungan gereja. Maka lucu sekali kalau ada orang yang meninggalkan gereja karena kecewa melihat orang Kristen melakukan dosa. Lha wong memang orang berdosa kok! Gereja bukan kumpulan malaikat, tetapi kumpulan orang berdosa.
Pertama, saya tidak mengatakan kita harus memaklumi dosa. Memaklumi itu beda dengan mengerti. Memaklumi dosa adalah menganggap dosa itu tidak apa-apa, tetapi mengerti adalah tahu dan paham mengapa itu terjadi.
Saya berikan contoh. Ketika di dalam pelayanan gereja ada yang iri melihat orang lain ‘sukses’ dan dipuji orang, kita bisa mengerti bahwa hal itu keluar dari ego dan keinginan dia untuk terlihat signifikan. Kita bisa mengerti bahwa memang sulit bergumul dengan dosa ‘supaya dilihat orang’. Kita bisa mengerti bahwa tidak banyak orang yang bisa dengan sepenuh hati melayani sekalipun tidak dilihat dan dipuji orang. Tetapi kita TIDAK BISA MEMAKLUMINYA! Dosa tetap adalah dosa. Kita tidak memaklumi dosa, tetapi mengerti mengapa ada banyak dosa terjadi di kalangan orang percaya dan di tengah gereja. Dan kita berdukacita untuk itu, kita memohon Tuhan yang terus membentuk anak-anakNya dan menjauhkan dosa dari tengah umatNya.
Kedua, satu hal sangat penting yang harus kita ingat adalah, orang yang percaya kepada Kristus bukanlah orang berdosa biasa. Kristus sudah menyucikan kita dan menebus dosa kita. Kristus sudah membangkitkan kita dan menghidupkan kita dari kematian rohani. Maka gereja memang adalah kumpulan orang berdosa, tetapi kumpulan orang berdosa yang sudah ditebus oleh Kristus. Ini perbedaan besar!
Orang yang percaya kepada Kristus memang masih bisa dan seringkali melakukan dosa, tetapi dosa itu sudah menjadi suatu ‘barang’ yang asing baginya karena dia adalah ciptaan baru. Dia sudah dihidupkan dari kematian rohani, maka dia tidak lagi hidup dalam dosa. Tetapi karena dia pernah hidup dalam dosa dan masih hidup dalam dunia berdosa, tarikan untuk berbuat dosa sangat kuat. Itu sebabnya seringkali kita melihat orang yang sudah percaya kepada Tuhan pun melakukan dosa. Tetapi perbedaan yang sangat besar dengan orang yang tidak percaya adalah, dia sudah dan sedang disucikan terus oleh Tuhan karena Roh Kudus ada di dalam dirinya. Dia adalah bagian dari keluarga Allah yang suatu kali nanti, bersama kita dan semua orang percaya, akan berdiri di hadapan Tuhan.
Ketiga, jangan pernah menjauhkan diri dari gereja karena dosa orang-orang di dalamnya. Ada ungkapan dari orang yang kecewa kepada gereja “makin lihat dapurnya gereja, makin tahu kotornya, maka lebih baik jangan lihat dapurnya”. Ungkapan itu menyatakan “lebih baik tidak banyak terlibat dan kenal banyak orang di gereja, daripada kita kecewa karena menemukan banyak dosa”. Tetapi bukan itu yang Tuhan maksudkan. Yesus mati untuk gerejaNya! Kita dan saudara-saudara kita sesama orang percaya, adalah orang-orang berdosa yang sudah ditebus oleh Kristus. Kita saling membutuhkan untuk mendorong dan menarik satu sama lain makin dekat kepada Kristus. Maka kita tidak bisa dan tidak boleh mengabaikan saudara-saudara kita yang lain, dengan mementingkan rasa nyaman kita dengan tidak mau tahu dosa orang lain.
“Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita daripada segala dosa” (1 Yoh 1:6-7)
Monday, April 23, 2007
Wednesday, April 18, 2007
Yohanes 7
“Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (Yoh 7:24).
Yohanes 7 mencatat beberapa penghakiman manusia kepada Yesus yang dilatarbelakangi berbagai asumsi yang salah:
1. Ay.3-5. Saudara-saudara Yesus meminta Dia pergi menunjukkan diri pada orang banyak “tampakkanlah diriMu kepada dunia”. Mereka mengatakan itu bukan karena mereka ingin Yesus menjadi terkenal, tetapi sebagai sindiran. Ay.5 mengatakan “Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya”.
Saya kira salah satu alasan mengapa mereka tidak percaya adalah: 'Mereka merasa kenal Yesus!' Dari kecil tinggal serumah, dibesarkan bersama, kok bisa tiba-tiba Dia menonjolkan diri? Penghakiman mereka kepada Yesus berdasarkan asumsi ‘kita ini sama’.
Tetapi mereka salah. Mereka tidak sama dengan Yesus. Mereka dilahirkan oleh Maria dari Yusuf, sementara Yesus dilahirkan oleh Maria yang dinaungi oleh Roh Kudus. Mungkin mereka tidak tahu itu. Atau mungkin Maria pernah ceritakan kepada mereka tetapi mereka tetap tidak percaya.
2. Ay.12. Di antara orang banyak, ada yang mengatakan “Ia orang baik”, ada yang mengatakan “Ia menyesatkan rakyat”. Darimana penghakiman seperti ini?
Mereka yang mengatakan “Ia orang baik”, mungkin terpesona melihat bagaimana Yesus membuat mukjizat. Mereka yang mengatakan “Ia menyesatkan rakyat”, mungkin melihat ajaran Yesus yang berbeda dengan ajaran para ahli Taurat. Dan asumsinya, kalau berbeda dengan ahli Taurat artinya sesat.
3. Ay.26-27. Sebagian orang semakin bingung apakah benar Yesus adalah Mesias (Kristus)? Tetapi ada ganjalan yang membuat mereka tidak bisa percaya. Bagi mereka ‘Kristus tidak mungkin diketahui darimana asalnya’, maka kalau ada orang yang diketahui asal-usulnya, orang itu pasti bukan Kristus.
Alkitab tidak pernah ajarkan ini, tetapi konsep yang salah itu dijadikan patokan untuk menghakimi Yesus.
4. Ay. 41-43. Di sini terjadi perdebatan. Ada yang mengatakan “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang”, bahkan ada yang mengatakan “Ia ini Mesias”, tetapi ada yang mengatakan “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea”.
Alkitab memang mengatakan Mesias akan datang dari Betlehem bukan dari Galilea. Maka tepat juga pengetahuan Alkitab mereka yang mengatakan “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea”. Tetapi ini sangat ironis. Mereka tahu apa yang diajarkan kitab suci bahwa Mesias berasal dari Betlehem, tapi mereka tidak tahu bahwa Yesus memang berasal dari Betlehem!
Orang-orang tersebut semua menghakimi Yesus dengan tidak adil. Yesus mengatakan “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (ay.24).
Bagaimana 'menghakimi dengan adil'? Mari kita lihat dua kelompok orang yang menghakimi Yesus dengan lebih adil:
1. Para penjaga bait Allah. Mereka diperintahkan untuk menangkap Yesus, tetapi mereka tidak berani. Maka ketika mereka kembali, para imam kepala dan orang Farisi bertanya: “Mengapa kamu tidak membawaNya?” (ay.45). Jawaban para penjaga itu luar biasa: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (ay.46).
Mereka bukan teolog, mereka hanya takjub mendengar kalimat-kalimat Yesus. Kalau menurut apa yang nampak, mereka pasti berani menangkap Yesus. Tetapi mereka melihat di balik apa yang nampak, ada kuasa yang begitu besar. Begitu menggetarkannya kalimat-kalimat Yesus sampai mereka melihat 'Yesus bukan manusia biasa', dan mereka tidak berani menangkap Yesus.
2. Nikodemus. Dia mencoba membela Yesus di hadapan orang-orang Farisi, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum Ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?”. Dan dia dihina “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea”.
Mengapa Nikodemus berbeda dengan orang Farisi lain? Nikodemus ingin mencari kebenaran dan kehendak Allah. Waktu semua pemimpin melawan Yesus, Nikodemus malah merenung. Itu sebabnya malam-malam dia pernah datang kepada Yesus. Walaupun sangat berbahaya untuk dia, tetapi dia lakukan karena ingin mencari kebenaran. Dan Nikodemus bisa mengenal Yesus.
Betapa seringnya manusia berani menghakimi Yesus dari hati yang tercemar dosa dan tidak peduli kebenaran!
Pada waktu kita menyatakan penilaian kita pada Yesus, bagaimana kita menilai Dia? Siapa Yesus menurut kita? Adilkah kita?
Yohanes 7 mencatat beberapa penghakiman manusia kepada Yesus yang dilatarbelakangi berbagai asumsi yang salah:
1. Ay.3-5. Saudara-saudara Yesus meminta Dia pergi menunjukkan diri pada orang banyak “tampakkanlah diriMu kepada dunia”. Mereka mengatakan itu bukan karena mereka ingin Yesus menjadi terkenal, tetapi sebagai sindiran. Ay.5 mengatakan “Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya”.
Saya kira salah satu alasan mengapa mereka tidak percaya adalah: 'Mereka merasa kenal Yesus!' Dari kecil tinggal serumah, dibesarkan bersama, kok bisa tiba-tiba Dia menonjolkan diri? Penghakiman mereka kepada Yesus berdasarkan asumsi ‘kita ini sama’.
Tetapi mereka salah. Mereka tidak sama dengan Yesus. Mereka dilahirkan oleh Maria dari Yusuf, sementara Yesus dilahirkan oleh Maria yang dinaungi oleh Roh Kudus. Mungkin mereka tidak tahu itu. Atau mungkin Maria pernah ceritakan kepada mereka tetapi mereka tetap tidak percaya.
2. Ay.12. Di antara orang banyak, ada yang mengatakan “Ia orang baik”, ada yang mengatakan “Ia menyesatkan rakyat”. Darimana penghakiman seperti ini?
Mereka yang mengatakan “Ia orang baik”, mungkin terpesona melihat bagaimana Yesus membuat mukjizat. Mereka yang mengatakan “Ia menyesatkan rakyat”, mungkin melihat ajaran Yesus yang berbeda dengan ajaran para ahli Taurat. Dan asumsinya, kalau berbeda dengan ahli Taurat artinya sesat.
3. Ay.26-27. Sebagian orang semakin bingung apakah benar Yesus adalah Mesias (Kristus)? Tetapi ada ganjalan yang membuat mereka tidak bisa percaya. Bagi mereka ‘Kristus tidak mungkin diketahui darimana asalnya’, maka kalau ada orang yang diketahui asal-usulnya, orang itu pasti bukan Kristus.
Alkitab tidak pernah ajarkan ini, tetapi konsep yang salah itu dijadikan patokan untuk menghakimi Yesus.
4. Ay. 41-43. Di sini terjadi perdebatan. Ada yang mengatakan “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang”, bahkan ada yang mengatakan “Ia ini Mesias”, tetapi ada yang mengatakan “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea”.
Alkitab memang mengatakan Mesias akan datang dari Betlehem bukan dari Galilea. Maka tepat juga pengetahuan Alkitab mereka yang mengatakan “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea”. Tetapi ini sangat ironis. Mereka tahu apa yang diajarkan kitab suci bahwa Mesias berasal dari Betlehem, tapi mereka tidak tahu bahwa Yesus memang berasal dari Betlehem!
Orang-orang tersebut semua menghakimi Yesus dengan tidak adil. Yesus mengatakan “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil” (ay.24).
Bagaimana 'menghakimi dengan adil'? Mari kita lihat dua kelompok orang yang menghakimi Yesus dengan lebih adil:
1. Para penjaga bait Allah. Mereka diperintahkan untuk menangkap Yesus, tetapi mereka tidak berani. Maka ketika mereka kembali, para imam kepala dan orang Farisi bertanya: “Mengapa kamu tidak membawaNya?” (ay.45). Jawaban para penjaga itu luar biasa: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (ay.46).
Mereka bukan teolog, mereka hanya takjub mendengar kalimat-kalimat Yesus. Kalau menurut apa yang nampak, mereka pasti berani menangkap Yesus. Tetapi mereka melihat di balik apa yang nampak, ada kuasa yang begitu besar. Begitu menggetarkannya kalimat-kalimat Yesus sampai mereka melihat 'Yesus bukan manusia biasa', dan mereka tidak berani menangkap Yesus.
2. Nikodemus. Dia mencoba membela Yesus di hadapan orang-orang Farisi, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum Ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?”. Dan dia dihina “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea”.
Mengapa Nikodemus berbeda dengan orang Farisi lain? Nikodemus ingin mencari kebenaran dan kehendak Allah. Waktu semua pemimpin melawan Yesus, Nikodemus malah merenung. Itu sebabnya malam-malam dia pernah datang kepada Yesus. Walaupun sangat berbahaya untuk dia, tetapi dia lakukan karena ingin mencari kebenaran. Dan Nikodemus bisa mengenal Yesus.
Betapa seringnya manusia berani menghakimi Yesus dari hati yang tercemar dosa dan tidak peduli kebenaran!
Pada waktu kita menyatakan penilaian kita pada Yesus, bagaimana kita menilai Dia? Siapa Yesus menurut kita? Adilkah kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)