Wednesday, March 14, 2007

Kejadian 1-11

Kitab Kejadian pasal 1-11 bercerita tentang sejarah awal umat manusia. Di dalamnya kita menemukan kisah bagaimana dunia dan manusia diciptakan, bagaimana manusia jatuh ke dalam dosa, bagaimana dosa itu menyebar, bagaimana air bah diturunkan oleh Tuhan, dan seterusnya.
Kejadian 1-11 sebetulnya bukan satu-satunya literatur yang menceritakan sejarah awal umat manusia. Hampir semua dunia beradab di daerah Timur Dekat kuno (Timur Tengah sekarang) mempunyai literatur yang juga menceritakan sejarah awal umat manusia. Tetapi ketika literatur-literatur itu dibandingkan dengan kitab Kejadian, maka kita menemukan perbedaan yang besar.

Di bawah ini adalah perbandingan beberapa ciri-ciri mereka:

Literatur lain
  1. Ada kisah penciptaan para dewa
  2. Politheisme (ada banyak dewa)
  3. Ada perang kosmik antar dewa dalam peristiwa penciptaan
  4. Manusia dicipta untuk jadi budak dewa
  5. Ketika penciptaan selesai, dunia tidak sempurna, tetapi perlahan-lahan makin baik
Kejadian 1-11
  1. Allah tidak diciptakan
  2. Monotheisme (hanya 1 Allah yaitu Allah yang Esa)
  3. Allah mencipta hanya dengan Firman dan semua jadi
  4. Manusia dicipta dalam gambar dan rupa Allah. Allah malah memberikan mandat kepada manusia untuk berkuasa atas alam semesta. Bahkan ketika manusia diciptakan, bukan manusia yang menyediakan manakan Allah tetapi justru Allah yang menyediakan keperluan manusia
  5. Ketika penciptaan selesai, semuanya sangat baik, tetapi kemudian justru menjadi rusak karena dosa manusia
Salah satu contoh literatur yang mirip dengan Kejadian 1-11 adalah Enuma Elish (dari milenium pertama sebelum Masehi), yang merupakan catatan paling lengkap dari daerah Mesopotamia tentang penciptaan. Di dalamnya dikisahkan bahwa dewa Marduk mengalahkan dewi Tiamat (seorang dewi yang kejam). Lalu dengan menggunakan mayat Tiamat, ia menciptakan langit dan bumi. Lalu ia menciptakan juga manusia untuk melakukan segala pekerjaan di dunia yang dibenci oleh para dewa, seperti menyediakan makanan. Dan para dewa kemudian membuat kota Babel untuk menghormati Marduk.

Contoh lain adalah Gilgamesh Epic (ditulis sekitar 2600 SM). Di dalamnya berisi cerita pengalaman dari seorang bernama Utnapishtim. Dia pernah diberitahu oleh dewa mengenai rencana akan adanya banjir besar yang melanda seluruh bumi. Utnapishtim ini kebetulan menyembah dewa yang tidak setuju dengan rencana air bah itu, maka ia diberitahu oleh dewa itu untuk membuat bahtera dan masuk bersama keluarganya dan pasangan-pasangan binatang. Setelah air bah mulai, ternyata para dewa pun ketakutan karena merasa air bah itu sudah di luar kontrol mereka. Setelah badai berlangsung 7 hari, air mulai surut dan bahtera itu mendarat di puncak gunung. Utnapishtim lalu melepaskan burung merpati, layang-layang, gagak, dan ketika gagak itu tidak kembali dia tahu air sudah surut. Maka ia keluar dan mempersembahkan kurban kepada para dewa dan para dewa langsung mengerumuni kurban itu seperti lalat karena sudah sangat ingin makan daging. Enlil (dewa yang paing kuat) kaget ketika mengetahui Utnapishtim selamat, tetapi ia senang dengan persembahan Utnapishtim. Akhirnya Utnapishtim diubah menjadi dewa, dan dewa berjanji tidak akan memberikan lagi air bah.

Jelas ada kemiripan sekaligus perbedaan antara kisah dalam literatur-literatur ini dengan kisah dalam Kejadian 1-11.

Sekalipun beberapa literatur itu lebih tua dari kitab Kejadian, kemiripan yang ada bukan berarti Musa mencontek literatur-literatur itu. Ini hanya menunjukkan bahwa Kejadian 1-11 menjawab pertanyaan yang sama yang sering dipertanyakan manusia zaman itu. Tetapi jawabannya sangat berbeda karena Kejadian 1-11 adalah wahyu dari Tuhan, cerita yang sesungguhnya, cerita yang asli dari Sang Pencipta.

Kita boleh yakin pada waktu itu ada kisah yang beredar baik dalam bentuk oral maupun tulisan mengenai sejarah awal manusia. Seluruh manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, maka kisah-kisah mengenai taman Eden, kejatuhan dalam dosa, dsb, pasti terus disampaikan turun temurun sampai zaman Nuh. Setelah air bah terjadi, semua manusia kemudian adalah keturunan Nuh juga (karena hanya Nuh dan keluarganya yang masih hidup). Maka ketika mereka menyebar (dicatat dalam Kejadian 11), mereka pasti juga membawa kisah mengenai peristiwa-peristiwa sebelum air bah dan kisah air bah itu sendiri dari nenek moyang mereka yaitu Nuh dan keluarganya.

Tetapi ketika kita membaca literatur-literatur kuno tersebut, ternyata kita melihat sudah terjadi distorsi yang besar sekali, cerita sudah menjadi sangat berbeda dengan cerita asli seperti yang diwahyukan Tuhan. Penyebabnya? Selain mungkin disebabkan oleh penyampaian yang tidak akurat, pasti juga disebabkan karena dosa, manusia tidak lagi menyembah Allah yang benar.
Dari kacamata ini, kita melihat Kejadian 1-11 sangat luar biasa. Di tengah-tengah zaman yang menerima, secara mutlak, konsep politheisme dan manusia adalah budak para dewa, tiba-tiba muncul kisah dengan konsep yang total berbeda, totally different world view. Tidak ada konsep seperti itu di zaman itu.

Dan dari kacamata ini juga, kita melihat betapa baiknya Tuhan memberitahu pada kita kebenaran yang sesungguhnya. Allah memberitahu kebenaran supaya manusia kenal Allah yang sejati. Darimanakah kita mengetahui semuanya kalau bukan dari wahyu Tuhan? Sungguh, wahyu Tuhan adalah penyingkapan apa yang tak mungkin manusia ketahui. Kalau begitu, bagaimana mungkin ada manusia yang sok tahu sesuatu yang Allah tidak singkapkan?