Monday, October 19, 2015

Bocoran: Di Sekolah Teologi Belajar Apa sih?

Hampir semua jemaat di gereja Injili tahu ada yang namanya seminari/sekolah teologi. Hampir semua juga tahu bahwa pendetanya itu lulusan seminari/sekolah teologi. Tapi ternyata hampir semua sangat banyak jemaat yang tidak pernah kebayang tahu apa sih yang dipelajari di sana?

Beberapa kali saya pernah bertemu jemaat yang berpikir bahwa di sekolah teologi kami hanya belajar Alkitab berurutan dari Kejadian sampai Wahyu. Maka saya pernah ditanya, “udah sampai kitab apa?” Ada juga yang berpikir bahwa di sekolah teologi kami belajar membuat yang mudah menjadi sulit. Maka pesannya, “jangan belajar ketinggian, nanti jemaat nggak ngerti.”

Saya sangat concern dengan ini.

Pendidikan teologi seharusnya adalah untuk semua orang Kristen; dilakukan di gereja untuk semua jemaat! Semua orang Kristen seharusnya belajar tentang imannya, tentang dunia tempat dia hidup, dan bagaimana melayani di dunia ini.

Tetapi, seriusnya pendidikan teologi membuat mereka mereka yang terpanggil menjadi pelayan Firman, sakramen dan doa di gereja (hamba Tuhan) harus belajar dengan sangat intens. Itulah sebabnya muncul “pelatnas” yaitu sekolah teologi.

Tidak ada yang salah dengan itu. Tetapi sayangnya, akhirnya pendidikan teologi dipisahkan dari kehidupan jemaat, dan orang Kristen yang seharusnya belajar teologi jadi tidak belajar dan bahkan tidak mengerti apa sih yang dipelajari di “pelatnas”.


Ok, cukup keluh kesahnya. Saya ingin kasih “bocoran” sedikit apa sih yang dipelajari di sekolah teologi di program dasar seperti Sarjana Theologi (S.Th) atau Magister Divinitas (M.Div). Setiap seminari/sekolah teologi tentu punya kurikulum yang berbeda, tapi kurikulum utamanya sebenarnya mirip. Program S.Th dan M.Div adalah first degree dalam sekolah teologi, maka sifatnya menyeluruh. Bahasa kerennya rounded – artinya mempelajari berbagai aspek dan hal yang perlu sebagai persiapan menjadi hamba Tuhan. Pada waktu studi postgraduate barulah studinya spesifik.

Pada umumnya mata kuliah yang dipelajari di seminari/sekolah teologi di Indonesia adalah:

Studi Perjanjian Lama dan Studi Perjanjian Baru (ya betul, kami belajar Alkitab). Mempelajari dunia Alkitab (dunia sosial, politik, ekonomi, di zaman itu) dan mengenal 66 kitab di dalam Alkitab (penulisannya, latar belakangnya, dan tema-tema di dalamnya). Totalnya bisa 6 kuliah atau lebih untuk Studi PL dan juga PB.

Saya beri contoh. Mata kuliah Studi PB tentang Injil akan membahas: Latar belakang PB, survey mengenai sejarah orang Yahudi dari masa pemberontakan Makabe (167 SM) sampai hancurnya negara Yahudi (135 M), membahas juga mengenai perkembangan agama Yahudi di zaman itu, bait Allah, pemimpin agama, kitab suci, lalu literatur kuno di zaman itu. Kemudian juga teologi dari Injil –unik untuk setiap Injil- akan dibahas. Kemudian studi kritis terhadap Injil, yaitu berbagai teori yang dikeluarkan para ahli tentang Injil, juga diperkenalkan. Terakhir, beberapa bagian dari Injil akan dipelajari secara mendalam.

Doktrin (atau biasa dikenal sebagai Teologi Sistematika). Mempelajari berbagai macam doktrin: Alkitab, Manusia dan Dosa, Keselamatan, Gereja, Akhir Zaman, Allah, Kristus, Roh Kudus. Totalnya bisa 4 kuliah atau lebih.

Bahasa Yunani dan Bahasa Ibrani – Totalnya masing-masing biasanya 2 kuliah (jadi 4 kuliah).

Hermeneutika – Belajar tentang prinsip penafsiran Alkitab. Mengerti kesulitannya dan berbagai teori di baliknya.

Eksegese Perjanjian Lama
dan Eksegese Perjanjian Baru – Belajar bagaimana menggali Alkitab, setiap genre (jenis sastra) membutuhkan cara yang berbeda. Belajar bagaimana menganalisa struktur kalimat, analisa grammar, analisa kata, dst. Lalu mengenal teks Alkitab (misalnya perbedaan manuskrip yang dipakai) dan bagaimana menggunakan tools yang ada (lexicon, dictionary, grammatical analysis, dll). Masing-masing biasanya 1 kuliah.

Teologi Perjanjian Lama dan Teologi Perjanjian Baru (Teologi Biblika) – Belajar tema-tema teologis yang bukan dilihat per kitab tapi dari keseluruhan Alkitab, misalnya apa yang diajarkan Alkitab tentang Mesias, Anak Allah, Penebusan, Keadilan Allah, dst. Masing-masing biasanya 1 kuliah.


Sejarah Gereja – Dari mulai gereja mula-mula, penyebarannya, faktor-faktor di sekitarnya (politik, ekonomi, dll), sampai ke zaman gereja modern. Total biasanya 2 kuliah.

Homiletika – Belajar bagaimana berkhotbah.

Etika – Sederhananya adalah belajar prinsip membedakan right and wrong dan bagaimana mengambil keputusan, ditinjau dari sisi filsafat dan juga dari Alkitab. Bisa 1 atau 2 kuliah.

Lalu tiap seminari/sekolah teologi juga akan memasukkan mata kuliah lain seperti: Sejarah Teologi (bagaimana perkembangan pemikiran teologi di sepanjang zaman), Formasi pertumbuhan rohani (konsep pertumbuhan dan bagaimana seseorang bertumbuh), Kepemimpinan dan Manajemen gereja, Konseling pastoral, Misiologi (teori tentang misi), Perbandingan agama, Pendidikan Kristen, Musik gerejawi, Apologetika, Filsafat, dll. Masih banyak macam! Lagi-lagi, setiap seminari/sekolah teologi akan memasukkan mata kuliah yang berbeda.

Kira-kira seperti itu.

Maka bisa dibayangkan pendidikan teologi undergraduate, “pelatnas”nya hamba Tuhan, memang berusaha untuk rounded. Dari mulai yang fondasi seperti Alkitab dan doktrin, lalu ilmu lain yang berkaitan seperti sejarah, etika, dan filsafat, kemudian ketrampilan pelayanan seperti berkhotbah, pastoral konseling, kepemimpinan, dll.

Tidak semua mata kuliah bisa dijejelin karena ada batasan kredit (SKS). Tapi dengan apa yang dipelajari, dia tahu cukup banyak dari berbagai sisi, diperlengkapi dengan ketrampilan yang perlu, dan diharapkan punya modal untuk masuk ke dalam pelayanan dan mengembangkan pemikiran teologinya dalam pelayanan.

Mudah2an sedikit memperjelas :-)