Salah satu sifat yang sangat menonjol dari iblis adalah “oportunis” – pandai
mengambil keuntungan dari situasi yang ada.
“…jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia
sangat menggoda engkau,…” (Kej 4:7)
Pada saat kita melakukan kesalahan, “tidak berbuat baik”, dosa sudah
mengintip di depan pintu dan sangat menggoda! Iblis menantikan saat kita lemah,
saat kita berbuat bodoh, saat kita melakukan yang tidak terpuji. Saat itulah…
tinggal tunggu waktu dosa akan menguasai kita karena dia sudah mengintip di
depan pintu. Istilah “ia sangat menggoda engkau” mungkin lebih baik
diterjemahkan “ia sangat bernafsu untuk memiliki engkau”.
“Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya
dan menunggu waktu yang baik.” (Luk 4:13)
Ayat ini muncul tepat di akhir kisah Yesus dicobai Iblis di padang gurun.
Tiga kali Iblis mencobai Yesus dan tiga kali pula Yesus melawan dan akhirnya
mengusir dia. Yesus menang! Horeee…! Tapi kalimat berikutnya sangat mengerikan:
Iblis mundur dari pada Yesus dan menunggu waktu yang baik! Iblis kalah saat itu,
tapi dia tidak menyerah. Dia akan datang lagi dan mencobai lagi “pada waktu yang
baik.” Kapan itu? Oh, dia sangat tahu kapan waktu yang baik itu.
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1
Pet 5:8)
Petrus menggambarkan Iblis seperti singa – menunjukkan keganasannya. Singa
itu mengaum-aum – tanda kebuasan dan kelaparan. Tapi yang sangat mengerikan
adalah: Singa yang mengaum-aum itu berjalan keliling dan mencari orang yang
dapat ditelannya! Dia tidak tinggal diam. Dia berjalan keliling dan mencari
mangsa… siapa saja yang dapat ditelannya.
Waktu kita mulai marah-marah.. dia berkata “Aha!” Waktu hati kita penuh
kepahitan… dia berkata lagi “Aha!” Waktu kita kesepian, waktu kita tidak puas
dengan hidup kita, waktu kita entertain dosa dalam pikiran kita, dia
berkata “Wow.. aha..aha..aha!!!” Apapun keadaan kita, dalam kelemahan kita
sebagai manusia, dia akan masuk dan memanfaatkannya untuk menjatuhkan kita.
Kalau Iblis begitu oportunis, apa yang harus kita lakukan?
Satu-satunya yang bisa menjaga kita dari kejatuhan adalah kalau hati kita
terus menerus “tune up” dengan Allah. Seperti mobil ketika
terus dipakai bisa menjadi tidak pas lagi, mesin mulai kotor, baut mulai kendor,
karet mulai aus, maka ia perlu di tune up lagi supaya kembali sesuai
dengan standar yang seharusnya. Demikian pula hidup kita.
Ada banyak sekali hal yang membuat kita lelah dan letih. Ada banyak sekali
godaan di sekitar kita. Ada banyak sekali hal yang membuat kita menginginkan
yang tidak benar. Kita perlu di “tune up” lagi supaya kembali sesuai
dengan standar yang seharusnya – Tuhan sendiri.
Tapi berapa sering kita perlu “tune up”? Sesering mungkin!
Tidak seperti mesin mobil yang bisa bertahan lama tanpa tune up,
kita tidak bisa! Dengan sangat mudah dan cepat, keadaan hati kita menjadi
berantakan dan siap untuk diterkam oleh iblis. Pagi hari kita bisa membaca
Alkitab dan berdoa, bahkan berjanji untuk hidup bagi Tuhan, tapi siang harinya
kita bisa lupa semuanya. Maka sesering mungkin, terus menerus,
continuously, kita perlu “tune up” hati kita dengan Allah.
Mungkin itu berarti setiap kali muncul pikiran yang tidak baik, kita berhenti
sejenak dan berdoa mengingat akan kekudusan Tuhan. Mungkin itu berarti setiap
kali kita kuatir, takut, kita berhenti sejenak dan mengingat kebesaran Tuhan.
Mungkin itu berarti dalam keadaan “baik” pun kita sering berhenti sejenak untuk
menyadari kehadiran-Nya, mengingat janji-Nya dan perintah-Nya.
Orang-orang yang disebut giants dalam kerohanian berdoa. Kita juga
berdoa. Tapi perbedaan mereka dengan kita adalah: Mereka berdoa
continuously. Bukan berarti mereka tidak bekerja… tapi mereka terus
menerus hidup bersama Tuhan. Mereka terus “tune
up” dengan Allah.
Hanya dengan demikianlah, kita menutup kesempatan bagi Iblis - si raja
oportunis itu, untuk menerkam kita.