Ada satu peran hamba Tuhan di dalam ibadah yang jarang disadari: Menjadi role model.
Di banyak gereja, pada waktu ibadah, gembala dan juga hamba Tuhan lainnya biasanya akan duduk di barisan paling depan (di beberapa gereja, mereka bahkan duduk di mimbar menghadap jemaat). Satu hal yang sering tidak disadari, baik oleh hamba Tuhan maupun jemaat sendiri, selama ibadah berlangsung ada banyak mata yang akan berulang kali memperhatikan hamba Tuhan di depan itu. Bukan hanya pada waktu dia berdiri di mimbar memimpin pujian atau doa, bukan hanya ketika dia duduk menghadap jemaat, tetapi bahkan juga pada waktu dia duduk membelakangi jemaat.
Jemaat sendiri mungkin tidak terlalu sadar. Tetapi kalau saja dilakukan survei berapa banyak dan berapa sering jemaat "melirik" hamba Tuhan yang ada di depan membelakangi mereka, hasilnya bisa mengejutkan.
Di banyak gereja, pada waktu ibadah, gembala dan juga hamba Tuhan lainnya biasanya akan duduk di barisan paling depan (di beberapa gereja, mereka bahkan duduk di mimbar menghadap jemaat). Satu hal yang sering tidak disadari, baik oleh hamba Tuhan maupun jemaat sendiri, selama ibadah berlangsung ada banyak mata yang akan berulang kali memperhatikan hamba Tuhan di depan itu. Bukan hanya pada waktu dia berdiri di mimbar memimpin pujian atau doa, bukan hanya ketika dia duduk menghadap jemaat, tetapi bahkan juga pada waktu dia duduk membelakangi jemaat.
Jemaat sendiri mungkin tidak terlalu sadar. Tetapi kalau saja dilakukan survei berapa banyak dan berapa sering jemaat "melirik" hamba Tuhan yang ada di depan membelakangi mereka, hasilnya bisa mengejutkan.
Maka apa yang dilakukan hamba Tuhan di dalam ibadah akan mempengaruhi
jemaat. Tentu pengaruhnya tidak akan langsung terasa, tetapi bertahap dan
menyebar. Setelah berbulan-bulan atau mungkin beberapa tahun, pengaruhnya akan
terlihat.
Kalau hamba Tuhan tidak serius beribadah, sering keluar di tengah ibadah,
menerima telpon, main handphone, ngobrol, maka jemaat sangat mungkin juga akan tidak serius beribadah. Mungkin banyak yang akan bolak-balik keluar, bercanda, bisik-bisik di tengah
ibadah, dst. Kalau hamba Tuhan sikapnya dari belakang terlihat tidak serius
menyanyi, misalnya tengok kiri kanan, melipat tangan, menengok ke belakang, atau apa lah yang ketahuan
sama jemaat, maka jemaat sangat mungkin juga
tidak akan serius menyanyi.
Tentu sikap hamba Tuhan bukan satu-satunya faktor yang menentukan keseriusan jemaat dalam beribadah. Tetapi, sulit dipungkiri, itu faktor yang ikut menentukan.
Saya pernah beberapa kali melayani di gereja yang sangat jelas hamba Tuhan nya tidak serius beribadah. Suasana ibadah di situ sangat terasa berantakan. Ketika gereja itu kemudian berganti gembala, dan beberapa waktu kemudian saya
kembali melayani di sana, saya terkejut melihat perubahannya. Jemaat menyanyi
dengan sungguh dan mendengar khotbah dengan serius. Dari
sekian banyak penyebab yang mungkin, tidak bisa dipungkiri salah satunya adalah faktor teladan hamba Tuhan nya. Sepanjang ibadah, dia duduk di depan, menyanyi dengan
sungguh, dan serius mendengarkan khotbah.
Saya ingat Prof. Bruce Leafblad pernah berkata, "Jangan tanya apakah hamba Tuhan
menjadi role model atau tidak di dalam ibadah. Jawabannya: Pasti!" Pertanyaannya
apakah dia role model yang baik atau buruk.
Maka caveat pastor!
Maka caveat pastor!