Jawaban yang paling umum adalah “sesuatu yang dilakukan buat Tuhan.” Kalau kita gali jawaban itu lebih jauh, kita akan menemukan bahwa seringkali yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam nuansa Kristen dan tidak dibayar (bukan berarti ini benar lho..). Ini artinya super luas!
Tetapi, kadang saya bertanya betulkah semua yang disebut “pelayanan” itu benar-benar pelayanan?
Kita tahu bahwa pelayanan bisa dikritisi dari berbagai macam sisi. Kita bisa melihat motivasinya. Kita bisa melihat caranya. Apakah motivasi dan caranya memuliakan Tuhan? Tetapi, satu sisi dari pelayanan yang jarang kita perhatikan adalah efektivitasnya. Apakah betul yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang baik untuk kerajaan Tuhan?
Saya berikan beberapa contoh.
Contoh 1:
Sebuah gereja membentuk suatu tim yang bertanggung jawab untuk mengawasi pelayanan di kota lain. Tim itu menerima laporan dari mereka yang melayani di kota itu, lalu memberi masukan, kritikan, bahkan mengambil keputusan. Tetapi, mereka tidak sepenuhnya mengerti pelayanan di kota itu. Mereka juga bukan orang yang memiliki konsep teologis dan strategis yang kuat untuk itu. Seluruh anggota tim merasa sedang "melayani". Tetapi, bagi orang-orang yang berada di garis depan pelayanan di kota itu, apa yang dilakukan tim itu sama sekali tidak menolong malah sebaliknya menghambat. Maka betulkah anggota tim itu sedang mengerjakan pelayanan?
Contoh 2:
Seorang ibu yang suaranya tidak enak didengar ingin "melayani" dengan menyanyi solo di dalam kebaktian. Orang-orang berkata “mau pelayanan kok dilarang?” Tetapi, kalau kebaktian adalah waktu dimana gereja mengajak semua yang hadir menyembah Tuhan dengan lebih baik, apakah dengan menyanyi solo dia membuat jemaat menyembah Tuhan dengan lebih sungguh? Maka betulkah dia sedang mengerjakan pelayanan?
Contoh 3:
Sebuah kelompok musik tanjidor ingin "melayani" dengan mengiringi pujian di dalam kebaktian. Tetapi ketika mereka mengiringi pujian di dalam kebaktian, jemaat sulit untuk menyanyi dengan baik. Jemaat sulit untuk berkonsentrasi menyembah Tuhan dengan diiringi orkestra Betawi itu. Tetapi, seluruh anggota kelompok musik tanjidor itu merasa mereka melayani Tuhan dengan talenta mereka. Betulkah mereka sedang mengerjakan pelayanan?
Saya bisa berikan banyak contoh lain. Tetapi saya kira contoh-contoh di atas cukup menjelaskan maksud saya.
Bisakah kegiatan-kegiatan di atas disebut pelayanan? Karena saya tidak ingin menghakimi, anggaplah kegiatan-kegiatan di atas sebagai "pelayanan" yang kurang pas disebut pelayanan.
Di mana sebetulnya kesalahan “pelayanan” dalam contoh-contoh yang saya sebutkan di atas? Pada contoh 1, kesalahannya mungkin adalah pengaturan struktur organisasi. Pada contoh 2, kesalahannya adalah talenta yang tidak cocok. Pada contoh 3, kesalahannya adalah tidak sesuai dengan kebutuhan.
Tetapi, kesamaannya adalah apa yang mereka lakukan tidak menghasilkan sesuatu yang baik untuk kerajaan Tuhan. Mereka mungkin tulus, betul-betul mengerjakannya untuk Tuhan. Mereka mungkin juga memberi yang terbaik yang mereka bisa. Tetapi, apa yang mereka lakukan tidak efektif.
Saya tidak bermaksud mengatakan pelayanan selalu harus menghasilkan sesuatu yang jelas, kelihatan, dan terukur. Tidak. Banyak hal yang kita lakukan dalam Kerajaan Tuhan sifatnya menanam dan tidak langsung terlihat hasilnya. Maka kalau kita menanam dan tidak melihat hasilnya sampai puluhan tahun sekalipun, tidak apa! (Asalkan motivasi dan caranya benar, benihnya benar, dan kita yakin Tuhan mau kita lakukan itu). Tetapi pertanyaannya betulkah kita menanam? Jangan-jangan yang kita lakukan justru sedang menghambat atau, lebih parah lagi, merusak. Pelayanan tidak harus efisien (tidak memboroskan waktu, usaha, dan uang) tetapi harus efektif (mencapai hasil yang diinginkan - sekalipun lama sekali)!
Maka jangan asalkan tidak dibayar dan dalam nuansa Kristen, lalu berkata "saya ini kan pelayanan". Coba tanyakan kepada diri sendiri: “Betulkah yang saya lakukan ini menghasilkan kebaikan bagi Kerajaan Tuhan? Dengan cara bagaimana?”
Pertanyaan lebih jauh adalah: “Apakah ini adalah yang terbaik yang bisa saya lakukan untuk Kerajaan Tuhan? Atau saya bisa melakukan yang lain, yang lebih efektif, yang lebih berguna untuk Kerajaan Tuhan, yang tidak saya lakukan karena ngotot dengan yang ini?”
NB: Saya tahu tulisan ini menyederhanakan banyak hal. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Saya hanya berharap tulisan ini mengajak kita lebih kritis dalam mengerjakan pelayanan.