Albert Mohler, The Conviction to Lead: 25 Principles for Leadership that Matters (Minneapolis: Bethany House, 2012), 220 pages.
Saya tertarik membaca buku ini karena dua hal.
Pertama, karena saya sadar bahwa menjadi gembala GKY Green Ville is no joke. Saya perlu mencari pertolongan dari orang lain untuk mengajari saya bagaimana memimpin. Tetapi, saya memilih untuk belajar dari orang yang saya percaya kualitas dan keyakinannya. Albert Mohler memenuhi kriteria itu.
Kedua, karena kisah dramatis di awal kepemimpinan Albert Mohler. Dia dipercaya untuk menjadi presiden dari Southern Baptist Theological Seminary pada usia 33 tahun di tahun 1993. Saat itu SBTS sudah berusia 144 tahun! Mohler sendiri baru empat tahun sebelumnya lulus dengan PhD dari sekolah itu. Dia diminta untuk membalikkan total arah dari seminari itu kembali kepada keyakinan iman semula dan dia harus menghadapi tentangan luar biasa dari mahasiswa dan hampir semua dosen yang ada. Sejak hari pertama dia memimpin, mahasiswa sudah berkumpul untuk demonstrasi dan setiap saat ada wartawan di depan kantornya. Hampir semua dosen kemudian mengundurkan diri. Tetapi, Mohler kemudian berhasil menjadikan SBTS kembali menjadi sekolah yang besar.
Buku ini berisi 25 bab pendek, masing-masing hanya sekitar 6-8 halaman. Setiap bab bisa dibaca dalam waktu singkat. Bahkan saya merasa buku ini sebaiknya dibaca sedikit demi sedikit daripada sekaligus. Tentu tidak semua bab itu bisa diterapkan di dalam semua konteks. Tetapi, banyak di antaranya yang memberikan inspirasi.
Hal paling penting yang menjadi dasar dari semua bab di dalam buku ini adalah seorang pemimpin harus memimpin berdasarkan keyakinan. Kepemipinan dimulai dengan tujuan dan bukan rencana. Keyakinan dan tujuan itulah yang harus terlihat dari seorang pemimpin dan menginspirasi orang yang dipimpinnya. Kemudian dia membahas banyak hal mengenai tantangan, kesempatan, dan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Berikut adalah beberapa judul bab dalam buku ini untuk memberikan gambaran:
Leaders Understand Worldviews
Leaders Are Thinkers
Leaders Are Teachers
The Leader and Power
Leaders Are Managers
The Leader as Writer
The Digital Leader
Sejujurnya dia meletakkan standar yang sangat tinggi – yang membuat saya ngeri. Tetapi, dia bukan menulis dari menara gading. Jelas bahwa apa yang dia tulis sudah dan sedang dia jalankan. He walks the talk.
Saya merasa perlu waktu lebih lama untuk membuat merenungkan apa yang dia tulis.
Recommended!
Wednesday, July 11, 2018
Friday, July 06, 2018
Penggambaran Sikap Doa
Dari sekian banyak penggambaran sikap orang ketika berdoa, saya tidak tahu mengapa dua gambaran di bawah ini paling menggerakkan hati saya.
Pertama, orang yang berlutut berdoa sambil menengadahkan tangannya.
Kedua, orang yang berdoa sambil mengulurkan tangannya ke atas.
Seringkali ketika melihat penggambaran seperti itu saya merasakan ada koneksi dengan hati saya.
Mungkin karena menengadahkan tangan sebagai sikap berdoa menunjukkan sikap seseorang yang membutuhkan Tuhan dan memohon supaya Tuhan memberikan kekuatan di tengah pergumulan hidupnya. Seakan-akan dia sedang memohon, berulang kali, “Tuhan, berkatilah aku… berkatilah aku!”
Mungkin juga karena mengulurkan tangan ke atas sebagai sikap berdoa menunjukkan sikap seseorang yang dalam keadaan tertekan dan berusaha menggapai ke Tuhan. Saya ingat Mazmur 77:3 “Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu…” Istilah “terulur” berarti “menggapai ke atas”. Pemazmur bercerita bahwa di dalam usahanya mencari Tuhan pada hari kesusahannya, tangannya terulur tanpa lelah! Seakan-akan dia memohon, berulang kali, “Tuhan, kasihanilah aku.... kasihanilah aku!”
Saya tidak bisa sepenuhnya menjelaskan mengapa dua penggambaran di atas lebih menggerakkan saya dibanding yang lainnya. Pergumulan hidup dan kesusahan yang saya alami sangatlah tidak berarti dibanding banyak orang kudus lain. Tetapi sebagai orang yang penuh dengan kelemahan, semakin lama semakin saya merasakan kebutuhan akan belas kasihan Tuhan dan berkat Tuhan. Saya membutuhkan Tuhan!
Beberapa waktu lalu saya menemukan gambar di bawah ini dari Logos dan saya jadikan sebagai wallpaper di laptop saya.
Saya tahu bahwa di dalam anugrahNya, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan saya dan jauh dari saya. Tetapi, pertolongan Tuhan diberikan kepada mereka yang menantikannya dengan rendah hati. So I want to pray like that!
Pertama, orang yang berlutut berdoa sambil menengadahkan tangannya.
Kedua, orang yang berdoa sambil mengulurkan tangannya ke atas.
Seringkali ketika melihat penggambaran seperti itu saya merasakan ada koneksi dengan hati saya.
Mungkin karena menengadahkan tangan sebagai sikap berdoa menunjukkan sikap seseorang yang membutuhkan Tuhan dan memohon supaya Tuhan memberikan kekuatan di tengah pergumulan hidupnya. Seakan-akan dia sedang memohon, berulang kali, “Tuhan, berkatilah aku… berkatilah aku!”
Mungkin juga karena mengulurkan tangan ke atas sebagai sikap berdoa menunjukkan sikap seseorang yang dalam keadaan tertekan dan berusaha menggapai ke Tuhan. Saya ingat Mazmur 77:3 “Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu…” Istilah “terulur” berarti “menggapai ke atas”. Pemazmur bercerita bahwa di dalam usahanya mencari Tuhan pada hari kesusahannya, tangannya terulur tanpa lelah! Seakan-akan dia memohon, berulang kali, “Tuhan, kasihanilah aku.... kasihanilah aku!”
Saya tidak bisa sepenuhnya menjelaskan mengapa dua penggambaran di atas lebih menggerakkan saya dibanding yang lainnya. Pergumulan hidup dan kesusahan yang saya alami sangatlah tidak berarti dibanding banyak orang kudus lain. Tetapi sebagai orang yang penuh dengan kelemahan, semakin lama semakin saya merasakan kebutuhan akan belas kasihan Tuhan dan berkat Tuhan. Saya membutuhkan Tuhan!
Beberapa waktu lalu saya menemukan gambar di bawah ini dari Logos dan saya jadikan sebagai wallpaper di laptop saya.
Saya tahu bahwa di dalam anugrahNya, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan saya dan jauh dari saya. Tetapi, pertolongan Tuhan diberikan kepada mereka yang menantikannya dengan rendah hati. So I want to pray like that!
Subscribe to:
Posts (Atom)