Pertama, orang yang berlutut berdoa sambil menengadahkan tangannya.
Kedua, orang yang berdoa sambil mengulurkan tangannya ke atas.
Seringkali ketika melihat penggambaran seperti itu saya merasakan ada koneksi dengan hati saya.
Mungkin karena menengadahkan tangan sebagai sikap berdoa menunjukkan sikap seseorang yang membutuhkan Tuhan dan memohon supaya Tuhan memberikan kekuatan di tengah pergumulan hidupnya. Seakan-akan dia sedang memohon, berulang kali, “Tuhan, berkatilah aku… berkatilah aku!”
Mungkin juga karena mengulurkan tangan ke atas sebagai sikap berdoa menunjukkan sikap seseorang yang dalam keadaan tertekan dan berusaha menggapai ke Tuhan. Saya ingat Mazmur 77:3 “Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu…” Istilah “terulur” berarti “menggapai ke atas”. Pemazmur bercerita bahwa di dalam usahanya mencari Tuhan pada hari kesusahannya, tangannya terulur tanpa lelah! Seakan-akan dia memohon, berulang kali, “Tuhan, kasihanilah aku.... kasihanilah aku!”
Saya tidak bisa sepenuhnya menjelaskan mengapa dua penggambaran di atas lebih menggerakkan saya dibanding yang lainnya. Pergumulan hidup dan kesusahan yang saya alami sangatlah tidak berarti dibanding banyak orang kudus lain. Tetapi sebagai orang yang penuh dengan kelemahan, semakin lama semakin saya merasakan kebutuhan akan belas kasihan Tuhan dan berkat Tuhan. Saya membutuhkan Tuhan!
Beberapa waktu lalu saya menemukan gambar di bawah ini dari Logos dan saya jadikan sebagai wallpaper di laptop saya.
Saya tahu bahwa di dalam anugrahNya, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan saya dan jauh dari saya. Tetapi, pertolongan Tuhan diberikan kepada mereka yang menantikannya dengan rendah hati. So I want to pray like that!