Wednesday, March 24, 2010

John - The Apostle of Love

Rasul Yohanes seringkali disebut sebagai "the beloved disciple" (murid yang dikasihi) di dalam Alkitab. Tetapi gereja kemudian juga menyebutnya sebagai "the apostle of love" (rasul kasih).

Membaca tulisan Yohanes dalam Injil dan juga surat-suratnya, membuat saya mengerti mengapa ia disebut seperti itu. Di dalam Injil Yohanes, dia mencatat perintah Yesus untuk murid-muridNya, orang-orang yang percaya kepadaNya, supaya mereka saling mengasihi: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh 13:34-35). Bukan 1X dia tuliskan ini tetapi beberapa kali dengan kalimat yang mirip untuk menekankan maksudnya: Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu (Yoh 15:12); Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain (Yoh 15:17).

Di dalam surat 1 Yohanes, dia mengulang perintah Yesus untuk saling mengasihi di antara sesama orang percaya (saudara) dengan berbagai cara. Ketika saya membaca surat 1 Yohanes, kadang saya merasa lelah dengan kalimat-kalimat yang seperti pengulangan terus menerus. Untuk mengutip beberapa saja:

Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan (1 Yoh 2:10)

Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut (1 Yoh 3:14)

Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah (1 Yoh 4:7)

Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasihNya sempurna di dalam kita (1 Yoh 4:12)

Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1 Yoh 4:21)

Dalam surat yang sangat pendek (105 ayat), entah berapa kali dia mengulang perintah-perintah seperti itu. Saya sangat tertarik ketika Rodney Whitacre (dalam IVPNTC: John) mengutip dua kisah dari gereja mula-mula tentang Yohanes:

Waktu Yohanes sudah sangat tua, setiap kali dia dibawa ke pertemuan jemaat dia akan selalu berkata, "Little children, love one another." Ketika murid-muridnya bosan dengan perkataannya, mereka bertanya, "Guru, mengapa engkau selalu mengatakan itu?" Dan Yohanes menjawab "Ini adalah perintah Tuhan. Jika ini saja dilakukan, sudah cukup" - Jerome (abad ke-4-5)

Ketika Yohanes bertemu dengan seorang penjahat yang bertobat tapi jatuh lagi ke dalam dosa, dia mendorong penjahat itu untuk bertobat dan berkata, "Jika harus, aku akan rela menderita kematian bagimu, sebagaimana Tuhan menderita bagi kita, bagi hidupmu, aku akan berikan hidupku" - Clement of Alexandria (abad ke-2-3)

Dia bukan saja mengulang-ulang perintah tentang kasih di dalam tulisannya, tetapi juga di dalam perkataannya dan tindakannya. Yohanes, sungguh tepat disebut "the apostle of love." We really have much to learn from him.

Sunday, March 21, 2010

What Wives Wish Their Husbands Knew About Women

James Dobson adalah salah seorang penulis topik keluarga yang sangat saya sukai. Buku Dobson ini adalah salah satu buku yang saya baca waktu baru menikah. Saya sudah tidak ingat persis isinya tetapi beberapa nasihat bijaknya saya ingat sampai sekarang. Buku ini mengajar saya untuk sensitif dan bertanggung jawab kepada kesejahteraan emosi istri saya.

Terjemahan bahasa Indonesia untuk buku ini diberi judul yang sangat buruk "Istri Anda Rewel?" Kalau ada suami yang merasa something wrong dalam relasinya dengan istrinya (maksudnya: istrinya rewel), lalu ia membeli buku ini untuk mencari solusi, bisa anda bayangkan reaksi istrinya, "Jadi maksudmu aku rewel??!!".

Berkali-kali ketika mendengar masalah sepasang suami istri, saya langsung teringat untuk merekomendasikan buku ini. Menurut saya banyak masalah akan bisa dihindarkan kalau saja suami mau memperhatikan perasaan istri. Nasihat bijaknya: "Kesejahteraan emosi istri adalah tanggung jawab suami!"

Dalam perbincangan di kelas pra nikah GKY Singapore, saya teringat untuk merekomendasikan lagi buku ini. Maka waktu pergi ke toko buku rohani, saya mencoba mencarinya. Harganya tidak terlalu mahal. Tetapi yang sangat saya sayangkan adalah covernya yang buruk, kertasnya yang tidak bagus dan terlebih lagi typography-nya yang sangat tidak menarik (hurufnya kecil dan tidak enak untuk dibaca). Meminta orang membaca buku sudah cukup sulit, apalagi jika bukunya tidak sedap dipandang seperti ini.

I hope somebody will reprint this book in a better edition. Anybody, please!?

Thursday, March 04, 2010

Ia Sengaja Tinggal Dua Hari Lagi

"...Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit... Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengarnya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, dimana Ia berada" (Yoh 11:3, 5-6)

Kita tahu kisah ini. Ketika Yesus mendengar berita tentang Lazarus dari Betania, Ia sengaja tinggal dua hari lagi dan baru berangkat Betania. Dan apa yang terjadi? Lazarus sudah mati. Biasanya orang melihat kisah ini sebagai kesengajaan Yesus, menunggu Lazarus mati, untuk kemudian membangkitkannya. Penundaan Yesus menyebabkan Lazarus mati dulu sebelum Yesus tiba. Tetapi bukan itu kisahnya.

Yesus tinggal dua hari lagi di tempat dimana Dia berada baru kemudian berangkat, tetapi pada waktu tiba di Betania, Lazarus sudah empat hari meninggal.

Ada beberapa kemungkinan:
1. Jarak antara Betania dan tempat Yesus berada adalah empat hari perjalanan. Setelah pembawa berita itu sampai kepada Yesus, Yesus tinggal dua hari lagi dan tepat ketika Yesus akan berangkat Lazarus pun meninggal. Maka setelah Yesus berjalan empat hari ke Betania, Lazarus sudah empat hari meninggal.

2. Jarak antara Betania dan tempat Yesus berada adalah dua hari perjalanan. Maka tepat saat pembawa berita itu sampai kepada Yesus, Lazarus pun meninggal. Maka Yesus tunggu dua hari lagi, lalu berjalan dua hari lagi, dan ketika sampai di Betania, Lazarus sudah empat hari meninggal.

3. Jarak antara Betania dan tempat Yesus berada adalah satu hari perjalanan. Maka tepat ketika pembawa berita itu baru berangkat, Lazarus meninggal. Ketika dia sampai kepada Yesus, Lazarus sudah satu hari meninggal. Yesus tinggal dua hari lagi dan berjalan 1 hari lagi, maka pada waktu sampai di Betania, Lazarus sudah empat hari meninggal.

Kemungkinan manapun, bukan penundaan Yesus yang menyebabkan Lazarus meninggal. Karena sekalipun Yesus langsung berangkat setelah menerima berita, Lazarus tetap sudah meninggal ketika Yesus sampai di Betania.

Lalu untuk apa Yesus tinggal dua hari lagi?

Biasanya orang yang meninggal dikubur pada hari yang sama. Empat hari sudah Lazarus berada di dalam kubur, tubuhnya pasti sudah mulai membusuk. Tidak akan ada keraguan bahwa dia sungguh-sungguh meninggal.

Rodney Whitacre mengutip sebuah teks Yahudi yang mengutip tulisan dari abad ke-3 yang mengatakan bahwa para peratap harus terus datang ke kubur selama tiga hari karena orang yang meninggal masih terus ada di situ. Jiwa akan terus ada disitu dan berpikir untuk kembali ke tubuh, tetapi ketika melihat tubuh yang mulai rusak, jiwa pergi dan mengabaikan tubuh. Itu kepercayaan orang Yahudi. Maka tangisan akan memuncak pada hari ketiga karena itu adalah hari terakhir orang yang meninggal itu hadir disana. Maka ketika Lazarus disebutkan sudah empat hari meninggal, ini menambah dramatis mukjizat yang akan dilakukan Yesus. Lazarus sungguh sudah mati, tubuhnya sudah membusuk dan bahkan tidak ada orang Yahudi yang bisa berkata bahwa jiwanya masih di situ! Di tengah segala ketidak-mungkinan, Yesus membangkitkan Lazarus!

Kita tidak tahu persis mengapa Yesus tinggal dua hari lagi sebelum berangkat, kita hanya bisa menduga. Tetapi satu hal yang kita tahu, seperti yang dikatakan Whitacre "His delay leads to a greater blessing." Penundaan Yesus, memimpin kepada berkat yang lebih besar, bagi Lazarus, bagi Maria dan Marta, dan bagi orang-orang Yahudi yang hadir di situ atau mendengar kisah itu.