Maafkan saya kalau apa yang saya tuliskan di bawah ini tidak enak untuk dibaca, tetapi saya ingin sekali mengungkapkan ini khususnya bagi rekan-rekan hamba Tuhan. Pengalaman sekian tahun melayani sebagai pengkhotbah mengajar saya untuk tidak lagi merasa bangga ketika diundang berkhotbah. Ketika suatu tempat mengundang kita untuk berkhotbah, ada beberapa macam alasan yang mungkin ada:
1. Kita diundang berkhotbah karena "politik".
Maksud saya, mungkin karena kita punya posisi dan orang tidak enak jika tidak mengundang kita (saya banyak mendengar kasus seperti ini, yang mengundang sebenarnya terpaksa mengundang atau yang mengundang hanya ingin supaya hubungan baik terjaga). Mungkin juga karena posisi kita maka kalau kita diundang, akan ada kerja sama dan pengertian yang lebih baik antara dua pihak: gereja kita dan gereja dia. Mungkin juga karena kalau kita diundang, si pengundang berharap kita juga akan balik mengundang dia (serius!). Atau alasan-alasan lainnya (tidak mungkin saya sebutkan semuanya), yang pada intinya adalah kita diundang bukan karena mereka mengenali karunia berkhotbah dalam diri kita tetapi karena keuntungan yang didapat dengan mengundang kita.
2. Kita diundang berkhotbah justru karena khotbah kita jelek (atau minimal tidak terlalu bagus)!
Maafkan saya kalau terlalu keras. Saya tahu ada hamba Tuhan yang sengaja mengundang pengkhotbah tamu yang memang tidak terlalu bagus khotbahnya supaya dirinya tidak terlihat terlalu jelek kalau nanti dibanding-bandingkan oleh jemaat. Ada yang mengundang pengkhotbah yang bagus dari luar kota, tapi tidak mau mengundang pengkhotbah yang bagus dari kota yang sama. Ada yang mengundang pengkhotbah yang bagus dari sinode gereja lain, tapi tidak mau mengundang pengkhotbah yang bagus dari sinode gereja yang sama. Macam-macam variasinya tapi semua intinya sama: insecurity.
3. Kita diundang berkhotbah karena relasi.
Maksudnya kita diundang berkhotbah hanya karena si pengundang kenal dengan kita. Lagi-lagi, karena dia tidak enak jika tidak mengundang kita dan ingin menjaga relasi dengan kita. Dia tidak akan mengundang kita kalau dia tidak kenal.
4. Kita diundang berkhotbah karena "selera" yang salah.
Saya seringkali tidak habis pikir bagaimana mungkin orang suka dengan khotbah tertentu, yang objectively sangat buruk. Ada orang yang hanya melihat kharisma, ada yang melihat masa lalu (dulu dia bagus, tapi ingat itu "DULU"), ada yang melihat humor, dan ada juga yang melihat gaya tertentu sebagai khotbah yang "dalam" dan bagus tanpa mengerti isinya. Banyak orang tidak bisa menilai khotbah (kiranya Tuhan mengampuni kesalahan kami yang kurang mengajar dengan baik).
5. Kita diundang berkhotbah karena anda memang diberi Tuhan karunia berkhotbah.
Point saya adalah, apa sih yang dibanggakan ketika diundang untuk berkhotbah? Nothing! Kalaupun kita diundang karena kita memang punya karunia berkhotbah, lalu apa yang dibanggakan? Itu dari Tuhan! Ide khotbah, kemampuan bicara, dan kuasa yang menyertai, semua dari Tuhan! Apalagi kalau kita diundang berkhotbah karena alasan-alasan yang salah, apa yang kita banggakan? Kebanggaan membuat kita tidak pernah memperbaiki diri.
Bagi para pengundang pengkhotbah, mari ingat kembali tanggung jawab kita kepada Tuhan. Jangan permainkan mimbar dan jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita. Jangan pakai hak mengundang pengkhotbah untuk kepentingan diri kita. Bagi para pengkhotbah, kita memang tidak pernah tahu motivasi si pengundang dan juga tidak perlu terlalu peduli, tapi kalau kita menerima undangan khotbah, tidak perlu bangga tapi mari berkhotbah sebaik-baiknya kepada jemaat Tuhan dan untuk Tuhan.
Sekali lagi maaf kalau saya terlalu keras. Saya hanya ingin kita aware dengan masalah ini.