Tuesday, December 13, 2011

Hidupku Adalah Pelayanan BagiMu?

Kalau kita mau coba definisikan, apa sih pelayanan? Kalau kita definisikan pelayanan sebagai sibuk2 dekor, rapat, paduan suara, liturgis, maka kita salah. Semua itu hanyalah aktifitas dalam rangka pelayanan. Maka PELAYANAN itu sendiri pasti lebih besar dari semua itu. 

Ada memang yang mendefinisikan dengan sangat besar, bahwa pelayanan adalah hidup kita. Tema yang banyak dipakai: “Hidupku Adalah Pelayanan BagiMu”. Betul sekali, tapi makna pelayanan jadi buram. Apa artinya “hidupku adalah pelayanan bagiMu”? Semua orang punya hidup. Apakah kalau dalam hidup itu kita melayani dalam aktifitas gereja, hidup jujur dalam pekerjaan, mungkin kadang mengajak orang ke gereja, lalu pasti “hidupku adalah pelayanan bagi Tuhan”?

Mungkin lebih baik kita melihat ‘big picture’ nya dulu.

Allah punya kehendak, maksud, tujuan di dunia ini. Allah punya hati, apa yang Dia senang dan tidak senang. Allah harus ditinggikan, dimuliakan oleh ciptaanNya. Maka melayani Tuhan berarti menjalankan kehendak, maksud, tujuan Allah. Pelayanan berarti melakukan apa yang Allah senang. Pelayanan berarti meninggikan Allah, memuliakan Allah dan menjadikan dunia juga meninggikan Allah, memuliakan Allah.

Dengan cara apa? Allah tidak kenal yang namanya part time. Allah tidak kenal yang namanya ‘kalau sempat’. Allah mau seluruh hidup. Seperti yang Yesus ajarkan: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, akal budimu, kekuatanmu.

Mungkin gambaran prajurit akan menolong kita. Paulus bilang, seorang prajurit hanya berpikir bagaimana menyenangkan komandannya. Dunia dan hidup seorang prajurit adalah berperang. Dia hanya punya satu arah, satu tujuan, satu hati, melayani perintah komandannya dalam berperang. 

Bagi prajurit ‘big picture’ nya adalah: perang. Tapi prajurit hidupnya tidak cuma perang. Dia juga harus urus makan, dia harus bersihkan senjata, dia harus cuci baju, dll. Tapi dalam pikirannya harus tetap dia adalah prajurit. Dia masak, makan, cuci baju, bersihkan senjata, karena dia prajurit yang baik. Walaupun yang dia lakukan banyak macamnya, tapi pikirannya hanya satu: saya adalah prajurit. Ada big picture.

Dan apalagi waktu harus perang sungguhan, dia harus pergi perang. Itulah hidupnya. Walaupun dalam hidupnya dia tidak hanya perang, karena ada banyak yang terkait yang harus dia lakukan: makan, cuci baju, dll. Tapi sambil lakukan apapun juga, pikirannya tetap: saya adalah prajurit. Hidupnya adalah perang.

Sama. Bagi kita ada big picture: Maksud Tuhan, hati Tuhan. Ingin supaya dunia meninggikan Allah, memuliakan Allah. Ini perangnya.

Memang kita juga harus makan, harus urus ini dan itu, harus lakukan banyak hal. Kita punya macam2 tanggung jawab sosial di masyarakat, dengan keluarga, teman, dengan lingkungan kita, dsb. Tapi big picture itu tidak boleh hilang. Kita harus ingat bahwa kita lakukan itu semua dalam rangka hidup bagi Tuhan, menjalankan maksud Tuhan, kehendak Tuhan, menyenangkan Tuhan dan ingin orang meninggikan Allah.

Pada waktu ada panggilan untuk ikut perang yang lebih real, mungkin bersaksi kepada teman, mungkin lakukan aktifitas pelayanan di gereja, mungkin pergi ke ladang misi, atau apapun itu, kita harus ikut. Tapi kita ikut bukan karena kita sempet, “ya bantu dikit2”, “ya saya suka sih seru”. Ini perang! Kita sedang menjalankan maksud Tuhan, supaya orang meninggikan Tuhan, memuliakan Tuhan.

Maka kita perlu evaluasi hidup kita dengan cara ini.

Apakah kita sedang mengerjakan maksud Tuhan? Apakah kita sedang perang untuk Tuhan?

Hidupku adalah pelayanan bagiMu. Betul. Tapi bagaimana menjadikan hidup pelayanan bagi Tuhan? Semua pekerjaan asal kita lakukan baik2, berarti pelayanan? Punya waktu bantu2 dikit di gereja, berarti pelayanan? Tidak.

Kita harus tanya apa yang Tuhan mau? Kemana, atau pakai gambaran perang tadi, di front mana Tuhan mau kita berperang? Kita harus taat dan berperang di situ. Kalau ada hal-hal terkait lain yang kita perlu lakukan, bekerja, ikut ini itu, tanggung jawab ini itu, semua tetap kita lakukan dalam rangka berperang. Big picture tidak hilang!

Banyak orang bekerja, ikut kelompok hobby ini itu, ikut aktifitas sosial ini itu, tanpa pernah berpikir semua dalam rangka perang bagi Tuhan, semua dalam rangka melayani Tuhan. Maka dia memisahkan hidupnya menjadi dua: pelayanan dan bukan pelayanan.

Dan ironisnya banyak orang yang melakukan aktifitas pelayanan, sibuk ini dan itu, juga tanpa pernah berpikir bahwa itu adalah perang bagi Tuhan. Tidak pernah pikir apa yang Tuhan mau, suka, inginkan. Tidak pernah pikir bahwa dia harus sekuat tenaga, segenap jiwa, hati dan akal budi, mengasihi Allah. Maka mungkin dia melakukan aktifitas pelayanan yang bukan PELAYANAN.

Satu pemikiran terakhir. Kita perlu proporsi. Tidak mungkin kita prajurit tapi kerjanya hanya cuci baju terus. Apa betul Tuhan tidak panggil untuk perang lebih real? Berapa proporsi antara waktu yang kita pakai untuk bekerja, ikut kegiatan ini dan itu, dengan perang yang lebih real? Tanya Tuhan!

Kadang saya kecewa melihat orang yang mau habiskan waktu banyak sekali untuk pekerjaan. Tidak apa kalau itu bagian yang harus dia lakukan. Tapi di luar pekerjaan, dia ambil lagi kegiatan lain yang adalah hobby. Ok kalau memang harus. Lalu dia ambil lagi kegiatan lain, aktif disini dan disana karena suka. Dan akhirnya pelayanan yang langsung, perang yang lebih real, sedikit saja. Alasannya? Bukankah “Hidupku adalah pelayanan bagi Tuhan”? Benarkah? Coba pikir lagi!

Saya tidak mengatakan bahwa yang pelayanan full time pasti lebih baik karena dia berperang real terus. Hidup kita adalah mengikuti panggilan Tuhan, apapun itu. Maka apapun panggilan Tuhan, itu medan perang kita. Tapi saya mau kita bertanya, benarkah kita berpikir begitu? Benarkah yang sekarang saya lakukan adalah panggilan Tuhan? Benarkah hati saya terbakar untuk lebih lagi meninggikan Tuhan, memuliakan Tuhan dan mengajak orang lain juga meninggikan Tuhan dan memuliakan Tuhan?