Banyak gereja mengadakan kelas katekisasi sebagai kelas persiapan untuk dibaptis/sidi. Sayang
sekali kelas ini sering dianggap kelas ‘terpaksa’ yang harus diikuti karena mau dibaptis/sidi. Padahal kelas katekisasi, kelas pembinaan, atau kelas apapun untuk belajar kebenaran seharusnya bukanlah kelas membosankan yang terpaksa harus diikuti. Belajar kebenaran itu menyenangkan, menarik dan membebaskan. Mungkin apa yang pernah saya lakukan dengan kelas katekisasi bisa membantu memberikan ide, khususnya bagi anda yang majelis atau hamba Tuhan.
Di GKY Singapore saya mengajar kelas katekisasi dengan Pengakuan Iman Rasuli, dan kemudian ditambah dengan topik2 lain. Sangat disayangkan, banyak gereja yang walaupun mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli setiap minggu, banyak jemaatnya yang tidak mengerti maknanya dengan baik. Padahal Pengakuan Iman Rasuli adalah alat yang sangat berharga untuk mengajar jemaat. Apa yang kita percaya tentang Allah Tritunggal? Apa artinya 'dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria’? Apa artinya ‘gereja yang kudus dan am’? Apa yang kita percaya dengan ‘kebangkitan tubuh’? dst.
GKY sebetulnya memiliki buku panduan katekisasi yang terdiri dari 16 bagian. Tetapi karena di GKY Singapore saya pontang-panting mengajar sendirian kelas katekisasi, kelas pra nikah, dsb, maka saya memutuskan untuk memadatkan kelas katekisasi menjadi hanya 8X pertemuan. Tidak ada topik yang dikorbankan tapi saya memilih hal-hal yang penting dan menjadikan kelas katekisasi sangat padat. Berikut adalah urutannya:
Pertemuan 1: Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi (Apa artinya percaya kepada Allah, siapa Allah, dan konsep Allah Tritunggal)
Pertemuan 2: Aku percaya kepada Yesus Kristus… (Nama Yesus Kristus, Dwi Natur Yesus dan maknanya bagi kita, Kesengsaraan, Kebangkitan, Kenaikan dan Kedatangan Yesus yang kedua kali)
Pertemuan 3: Aku percaya kepada Roh Kudus (Karya Roh Kudus, Karunia Roh Kudus dan berbagai kesalahmengertian tentang Roh Kudus)
Pertemuan 4: Aku percaya kepada Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus (Pengertian tentang gereja)
Pertemuan 5: Aku percaya kepada pengampunan dosa, kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal (Manusia diciptakan Allah, jatuh dalam dosa, jalan keselamatan dan jaminan keselamatan)
Pertemuan 6: Alkitab (Alkitab adalah Firman Allah, Memberiklan ringkasan benang merah Alkitab, Saran praktis bagaimana bersaat teduh)
Pertemuan 7: Ibadah dan Sakramen (Konsep ibadah, Perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus)
Pertemuan 8: Kisah Gereja, Kisahku (Sejarah gereja singkat, Sejarah GKY, Peranku sebagai anggota GKY: kebaktian, doa, persembahan, pelayanan)
Saya sedang berpikir bahwa seharusnya tambah
Pertemuan 9 untuk membahas bagaimana hidup sebagai orang percaya, bagaimana bertumbuh, berdoa, dan membaca Alkitab. Menurut saya 9X pertemuan itu sudah mencakup hal-hal paling dasar dalam kekristenan.
Tema-tema di atas berguna bukan hanya untuk mereka yang baru akan dibaptis/sidi tapi bagi semua orang Kristen. Saya sangat
concern dengan banyaknya orang Kristen yang tidak lagi mengerti hal-hal paling dasar dalam kekristenan, mengenai pokok-pokok iman yang seharusnya mereka pegang. Salah satu cara yang bisa tapi jarang kita ‘pergunakan’ adalah kelas katekisasi. Maka di GKY Singapore, kelas itu kami buka untuk umum. Tentunya ada kewajiban hadir bagi yang ingin dibaptis/sidi, tapi bagi yang sekedar ikut mereka bebas untuk datang/tidak datang, bebas memilih untuk datang di pertemuan yang mana. Maka kelas katekisasi itu kami sebut sebagai
Basic Christianity Class.
Ada satu tambahan ide lagi. Sejak tahun 2004 saya mengajar kelas katekisasi untuk remaja di GKY Green Ville (di sana kelas katekisasi dibagi dua: untuk yang usia remaja dan dewasa). Setelah beberapa kali memimpin kelas itu, sekitar tahun 2005 atau 2006 saya menambahkan ‘pertemuan kelompok’ di dalam kelas katekisasi. Kalau tidak salah ide ini saya dapatkan dari membaca buku “Post Modern Youth Ministry”. Setiap selesai pertemuan, peserta akan masuk ke dalam kelompok dengan pembimbingnya untuk mendiskusikan lebih lanjut apa yang sudah dibahas dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan. Saya melihat pola ini sangat baik. Dan akhirnya pola ini juga dipakai juga oleh kelas katekisasi umum (dewasa) di GKY Green Ville sampai sekarang.
Banyak hal bisa kita lakukan dengan kelas katekisasi. Kita bisa mengadakan Retreat di akhir kelas katekisasi. Tidak perlu banyak khotbah, tapi minta mereka banyak berdoa dan bersekutu dengan Tuhan. Kita bisa, seperti gereja awal, mengingatkan betapa seriusnya baptisan dengan meminta mereka berpuasa sebelum menerima baptisan/sidi. Tentunya banyak ide lain yang tidak semuanya bisa diterapkan di semua tempat. Tapi sungguh, kelas katekisasi, tidak seharusnya menjadi kelas ‘terpaksa’ tapi kelas mengajarkan kebenaran yang menarik, menyenangkan, dan membebaskan.