sekali tonggak-tonggak pemberi tanda. Beberapa tonggak itu sifatnya umum, seperti: Tahun baru, Natal, Paskah, dll. Beberapa sifatnya sangat pribadi (dan biasanya ini banyak sekali) seperti: Ulang tahun, lulus sekolah, mulai bekerja, pembukaan bisnis, ulang tahun pernikahan, dst, dst. Manusia selalu tertarik dengan tonggak-tonggak itu.
Tonggak-tonggak itu ibarat pos perhentian di dalam
perjalanan hidup. Ketika sampai di sebuah tonggak, kita merasa sudah menyelesaikan
satu babak. Maka kita cenderung berhenti, mengingat apa yang di belakang,
mengevaluasi, lalu mengambil tekad, menarik nafas panjang…. dan mulai berjalan
lagi ke tonggak berikutnya.
Tonggak-tonggak itu ibarat “Bab” dalam buku. Mereka menjadi
penanda untuk memudahkan kita mengingat apa yang terjadi di antara tonggak yang
satu dengan yang lain. Bayangkan sulitnya membaca buku yang tanpa pembagian Bab,
langsung bersambung dari halaman 1 sampai 300!
Tonggak-tonggak itu ibarat bendera warna-warni di tengah
hamparan pasir coklat. Mereka membuat hidup menjadi tidak monoton. Tiap kali mencapai
tonggak yang baru, seperti ada
semangat yang baru, harapan yang baru, senyum yang baru.
Tetapi tonggak demi tonggak yang kita lalui bukan hanya mendorong kita untuk maju... terus... tanpa arah... tanpa ada ujungnya...! Tonggak demi tonggak yang kita lalui bukan hanya menjadi penanda sudah berapa jauh kita berjalan tetapi juga memberikan tanda sudah berapa dekat kita pada ujung jalan. Maka tonggak-tonggak itu ada, diberikan Tuhan, untuk menolong kita hidup lebih bijaksana.
Hari ini sudah 1 Januari 2014. Maka, selamat tahun baru! Kita sudah sampai di satu tonggak lagi!
Saatnya berhenti,
menoleh ke belakang,
mengevaluasi,
menemukan kekuatan baru dari Tuhan,
lalu memandang ke depan,
mengambil tekad,
menarik nafas panjang….
dan mulai berjalan
lagi ke tonggak berikutnya dengan lebih bijaksana.
Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebelum
gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan
manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak
manusia!"… Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan
puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab
berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan
murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
-Mazmur 90-