Eugene Peterson adalah seorang penulis yang sangat saya kagumi. Bono? Saya hanya tahu namanya tapi tidak pernah mendengar albumnya. Sorry, saya memang agak kuper soal dunia entertainment. Bono mengenal Eugene Peterson juga dari buku-bukunya, khususnya The Message (Alkitab terjemahan dengan bahasa sehari-hari) yang sangat terkenal. Sementara Peterson tidak pernah mendengar tentang Bono sebelumnya :-)
Video ini cukup panjang tapi saya menikmati menontonnya sampai habis. Beberapa percakapan yang sangat menarik bagi saya:
Dalam wawancara dengan Dean Nelson (mulai di menit 1.45), Dean bertanya mengapa Peterson menolak ketika Bono mengundangnya untuk hang out with U2. Peterson menjawab bahwa waktu itu dia sedang mengejar deadline menerjemahkan Perjanjian Lama.
Dean: “You may be the only person alive who would turn down the opportunity just to make a deadline. I mean, come on, it’s Bono!”
Eugene: “Dean, he was Isaiah!”
lol :-)
Bono bicara tentang Mazmur 23 (mulai di menit 10.30) dan dia menyanyikan Mazmur 23.
Percakapan tentang honesty di dalam Mazmur (mulai di menit 12.25).
Bono: “I would love if this conversation would inspire people who are writing these beautiful voices, who are writing these, say, beautiful gospel songs, write a song about their bad marriage, write a song about how, you know, they are pissed off about the government… why I am suspicious of Christians is because of this lack of realism. And I love to see more of that in life, in art, and in music.”
Percakapan tentang violence (16.10). Eugene mengatakan betapa pentingnya imprecatory psalms (mazmur yang berisi permohonan akan penghakiman, malapetaka dan kutukan bagi musuh).
Eugene: “If we have to get some way in context, and the context is our Bible and our whole psalter, some way in context that tell people how mad we are.”
Lalu Bono teringat akan Mazmur 35:1 dimana Eugene menterjemahkannya dengan sangat baik: “Harass these hecklers, God, punch these bullies in the nose.”
Adakah cara melihat mazmur-mazmur seperti itu melalui kacamata Yesus dan berharap untuk mengerti violence dan non-violence?
Eugene: "Well, yeah, the crucifixion. There’s violence, there got to be some kind of response… I’m glad that we have a cross in every room in this house. But when I look at those, I don’t think decoration, I think this is the world we live in. And it’s a world with a lot of crosses. And I just would like to spend my life doing something about that, through Scripture, through preaching, through friendship. And now my years here are getting shorter and don’t know how many years left but I don’t wanna escape the violence.”
That touched me.
Video ditutup beautifully dengan doa dari Eugene Peterson di background.
Ada tiga kesan tambahan yang saya dapat:
Pertama, seorang penulis pernah mengatakan suara Eugene Peterson seperti suara orang yang banyak bergumul di dalam dark nights. Suara saya yang sekarang lagi serak-serak basah membuat saya merasa agak mirip dengan dia (lol) – ok ini nggak penting.
Kedua, Eugene menyebut Bono sebagai “companion in the faith”. Bagaimanapun bedanya Eugene dan Bono, tapi mereka sama-sama beriman dan sedang berjalan dalam perjalanan iman, so yes they are “companion in the faith.” Bisakah kita belajar melihat saudara kita sesama orang Kristen, seberapapun bedanya dengan kita, seperti itu?
Ketiga, saya kagum dengan kesederhanaan Eugene. Saya sudah banyak membaca bukunya maka sedikit banyak tahu tentang hidupnya. Tetapi melihat video ini,… saya semakin mengagumi dia. Di dalam kitab Testaments of the Twelve Patriarchs (sebuah kitab kuno orang Yahudi), ada satu istilah yang sering muncul “walk in singleness/simplicity” – bukan hanya di dalam hal materi, tapi juga di dalam hati, fokus, simpel, nggak neko-neko. Saya kira Eugene sangat tepat melukiskan hidup yang seperti itu.
Here is the video: