Saya makin menyadari bahwa saya bukan mesin dan hidup saya tidak steril dari masalah. Segala sesuatu bisa direncanakan (dan menurut rencana harusnya sekarang saya sudah di ujung Bab 6). Secara perhitungan, seharusnya saya bisa menyelesaikan sampai sekian dalam waktu sekian. Kenyataannya tidak pernah begitu. Ada masanya otak ini buntu, badan sakit, mood hilang, ide terbang. Ada masanya juga masalah demi masalah menghantam dan saya tidak mampu bekerja. Apa boleh buat, saya bukan mesin.
Ditambah lagi saya makin menyadari sesuatu yang dari dulu sebenarnya saya sudah sadar: Saya ini lambat berpikir. Kadang saya bisa cepat, kalau yang sifatnya sederhana. Tapi begitu menyangkut sesuatu yang mendalam, saya lambat sekali. Saya perlu waktu membaca, berpikir, buuaanyak trial and error, terus begitu… dan itu lama.
Dalam segala kelemahan ini saya makin melihat kasih karunia Tuhan. Walaupun lambat, saya tidak mungkin bisa sampai di tahap ini kalau bukan karena Tuhan. Maka, sekali lagi, saya hanya bisa memohon pertolongan Tuhan.
Beberapa bulan lalu, dalam percakapan dengan beberapa orang, saya berkata bahwa saya sudah mau menyerah. Pikiran itu sempat agak “matang”! Saya sudah mulai memikirkan alasan-alasan untuk tidak menyelesaikan studi – dari yang mulia sampai yang kurang mulia. Tetapi, akhirnya, saya sampai pada satu kesimpulan: Selama masih ada waktu dan kesempatan, saya harus dan akan berjuang. Maka, selama ada waktu dan kesempatan, selamat tinggal dulu semua alasan untuk tidak menyelesaikan studi.
Saya sangaaattt berharap tidak ada perbaikan besar untuk Bab 4 yang sudah dikumpulkan. Besok, saya siap menyambut Bab 5 – tidak tahu akan berapa sulit dan berapa lama saya mengerjakannya. Tapi, mudah-mudahan, saya bisa menyelesaikannya dalam 4 bulan.
Err... I want to stay alive...