
sekarang menjadi Professor di Duke Divinity School. Dia dikenal sebagai salah seorang pengkhotbah paling terkenal di USA dan juga seorang penulis yang sangat produktif.
Beberapa tahun lalu saya membaca bukunya yang satu ini, sangat tertarik, tetapi kemudian entah mengapa hanya sempat membacanya sedikit. Belakangan ini saya tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai apa itu “Pastor,” dan saya kembali ke buku ini. Kalau tidak karena kesibukan studi dan tebalnya buku ini (336 halaman), saya bisa tidak berhenti membaca buku ini terus menerus sampai habis dalam sekali duduk. Sangat menarik!
Berikut adalah judul-judul bab dalam buku ini:
1. Ordination: Why Pastors?
2. Ministry for the Twenty-first Century: Images of the Pastor
3. The Pastor as Priest: The Leadership of Worship
4. The Priest as Pastor: Worship as the Content and Context of Pastoral care
5. The Pastor as Interpreter of Scripture: A People Created by the Word
6. The Pastor as Preacher: Servant of the Word
7. The Pastor as Counselor: Care That Is Christian
8. The Pastor as Teacher: Christian Formation
9. The Pastor as Evangelist: Christ Means Change
10. The Pastor as Prophet: Truth Telling in the Name of Jesus
11. The Pastor as Leader: The Peculiarity of Christian Leadership
12. The Pastor a Character: Clergy Ethics
13. The Pastor as Disciplined Christian: Constancy in Ministry
Satu persatu topik di atas dia bahas dengan sangat baik. Kadang mungkin dia agak bertele-tele, tetapi selalu insightful. Berkali-kali di tengah membaca buku ini, saya harus berhenti dulu mencoba menanamkan apa yang dia tuliskan di hati dan pikiran saya.
Di dalam satu buku ini, dia sudah membahas semua, atau hampir semua, topik penting yang perlu dibahas dalam pelayanan seorang “Pastor.” Maka saya kira buku ini akan sangat tepat menjadi textbook kuliah Teologi Pastoral di seminari.

PASTOR: A READER FOR ORDAINED MINISTRY
Seseorang menjadi “pastor” adalah karena panggilan. Kemudian dia akan belajar bagaimana menjadi “pastor” yang baik melalui berbagai pengalaman jatuh bangun dalam pelayanan pastoral. Tetapi, alangkah baiknya, kalau dia memikirkan, mempelajari, merenungkan, tentang pelayanannya sebagai seorang “pastor” dengan sistematis dan teologis. Alangkah baiknya kalau dia juga duduk di bawah kaki para “mentors” yang bijak, yaitu para “pastors” di masa lalu, dan belajar dari mereka.
Maka saya merekomendasikan buku ini dan juga companion-nya, khususnya untuk para “pastors,” dan juga semua orang yang tertarik untuk mengerti apa dan bagaimana seharusnya pelayanan seorang pemimpin gereja yang disebut “pastor.”