Ini adalah sebuah pertanyaan yang saya
kira mengganjal bagi banyak orang Kristen. John Piper kemudian di dalam buku itu
mencoba memberikan 6 jawaban. Saya akan coba ringkaskan 4 saja yang dia
sebutkan:
Pertama, Allah sedang membangunkan kita untuk siap menyambut kedatangan Kristus yang
kedua kali. Di dalam keadaan yang baik, kita seringkali hidup seakan2 Kristus
tidak akan datang. Padahal Tuhan meminta kita selalu waspada, berjaga2,
menantikan kedatangan Kristus. Maka di tengah pandemi ini, kita kembali dibangunkan
dan diingatkan bahwa Kristus bisa datang kembali kapan saja.
Kedua, Allah
sedang memanggil kita untuk hidup sesuai dengan kemuliaan Kristus yang tidak
terbatas. Seperti rasul Paulus berkata dalam Filipi 3:8: “Segala sesuatu
kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus Tuhanku, lebih mulia dari
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya
sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Jujur, seringkali kita
tidak hidup seperti itu. Kita menganggap dunia terlalu berharga dan bersinar. Sementara
kemuliaan Kristus menjadi redup di mata kita. Maka Allah memanggil kita
untuk kembali sadar bahwa yang terpenting, yang termulia, adalah Kristus, dan
pengenalan kita akan Kristus jauh lebih berharga dari semua di dunia.
Ketiga,
Allah memanggil kita untuk tidak mengasihani diri dan ketakutan, tapi dengan
sukacita dan berani melakukan pekerjaan baik untuk kemuliaan Allah. Penderitaan
dan kesulitan yang kita hadapi sekarang memanggil kita untuk melakukan
pekerjaan baik. Ada sangat banyak orang yang membutuhkan pertolongan,
penghiburan, kekuatan. Setiap kita bisa melakukan sesuatu. Dan Allah memanggil
kita untuk melakukannya dengan berani dan tetap bersukacita, demi kemuliaan
Allah.
Keempat, banyak
dari kita sudah mapan dan berada di dalam zona nyaman kita. Melalui pandemi ini
Tuhan sedang melonggarkan kemapanan kita dan membuat kita keluar dari zona nyaman
kita, karena ada sangat banyak perubahan dalam hidup kita. Tujuannya supaya
kita terbebas melakukan sesuatu yang baru dan radikal dan membawa Injil ke
tempat-tempat yang tidak terjangkau. Pandemi ini sepertinya
membuat misi dunia mengalami kemunduran, tetapi sesungguhnya hanya kemunduran
sesaat sebelum kemudian akan mengalami kemajuan dalam cara yang tidak
terpikirkan.
Kita memang tidak tahu
penyebab pasti pandemi ini. Apakah ini adalah sesuatu yang natural, alamiah
terjadi di dalam dunia? Atau memang virus buatan manusia dan kemudian kelalaian
manusia menyebabkan pandemi ini? Kita tidak tahu. Tetapi kita boleh yakin bahwa
Allah memegang kendali. Kalau Dia mengizinkan sesuatu terjadi, Dia punya maksud
dan Dia punya cara untuk membuat sesuatu itu menggenapi tujuan-Nya.
Maka apa yang disampaikan
John Piper saya kira menolong untuk kita memahami apa yang mungkin sedang Allah
lakukan. Dia mungkin sedang membangunkan kita untuk tidak nyaman dengan dunia
ini tapi bersiap menyambut kedatangan Kristus, untuk melihat kembali kemuliaan
Kristus dan bukan dunia, melakukan pekerjaan baik yang Dia inginkan, dan
menggenapi misi Allah dalam dunia ini. Atau ada hal2 yang Allah ingin kita
bertobat. Allah mungkin sedang melakukan itu.
Alangkah malangnya,
kalau setelah semua penderitaan dalam pandemi ini, kita tidak belajar apa2,
tidak berubah, dan tidak melakuan apa2. Kita menyia2kan penderitaan yang kita
alami.
John Piper kemudian
menutup bukunya dengan sebuah doa. Saya akan bacakan dalam terjemahan yang saya
buat. Biarlah ini juga menjadi doa kita:
Bapa, di momen terbaik
kami, oleh anugerah-Mu, kami tidak tertidur di dalam Getsemani.
Kami bangun dan
kami mendengarkan doa Anak-Mu.
Yesus tahu, jauh di dalam
Dia tahu, bahwa Dia harus menderita.
Tetapi di dalam
kemanusiaan-Nya yang sempurna, Ia berseru, “jikalau boleh, biarlah cawan ini
lalu.”
Dengan cara yang sama,
kami juga merasakan, jauh di dalam, bahwa pandemi ini ditetapkan, di dalam
hikmat-Mu, untuk tujuan-tujuan yang baik dan perlu.
Kami juga harus menderita.
Anak-Mu tidak berdosa. Kami berdosa.
Tetapi bersama dengan
Yesus, di dalam kemanusiaan kami yang tidak sempurna ini, kami juga berseru,
“jikalah boleh, biarlah cawan ini lalu.”
Bersegeralah, ya Tuhan, melakukan
pekerjaan keadilan dan kemurahan yang ingin Engkau lakukan. Jangan lupakan
tangisan orang-orang yang menderita. Karuniakanlah pemulihan. Karuniakanlah
kesembuhan. Kami berdoa, bebaskanlah kami – ciptaan-Mu yang malang dan tak
berdaya ini – dari kesengsaraan ini.
Tetapi jangan biarkan
penderitaan dan duka kami sia-sia, ya Tuhan. Murnikanlah umat-Mu dari ketidakberdayaan
terikat dengan materialisme yang kosong dan dari hiburan yang tanpa Kristus.
Biarlah kami tidak berselera terhadap umpan dari Setan. Potonglah dari kami
akar-akar dan sisa kesombongan dan kebencian dan jalan-jalan kami yang tidak
benar.
Karuniakanlah kepada kami
kapasitas untuk membenci sikap kami yang meremehkan kemuliaan-Mu.
Bukalah mata
hati kami untuk melihat dan mencicipi keindahan Kristus.
Condongkanlah hati
kami kepada firman-Mu, Anak-Mu, dan jalan-Mu.
Penuhilah kami dengan
keberanian yang penuh belas kasihan.
Nyatakanlah nama-Mu
melalui pelayanan umat-Mu.
Ulurkanlah tangan-Mu dalam
kebangunan besar demi dunia sedang binasa ini.
Janganlah kalimat yang
mengerikan di kitab Wahyu “Tetapi mereka tidak bertobat” berlaku untuk generasi
ini.
Sebagaimana Engkau telah
melukai tubuh, sekarang pukullah jiwa yang tertidur.
Jangan biarkan mereka
tetap tertidur di dalam kegelapan kecongkakan dan ketidakpercayaan.
Di dalam
kemurahan-Mu yang besar, katakanlah kepada tulang-tulang ini, “Hiduplah!”
Bawalah hati dan hidup jutaan orang sesuai dengan kemuliaan Kristus yang tidak
terbatas.
Dalam nama Yesus, amin.
Kiranya Tuhan menguatkan
iman setiap kita. Kiranya Tuhan mengasihani kita. Tapi mari jangan sia-siakan
pandemi ini, jangan sia-siakan penderitaan kita. Don’t waste your suffering! Biarlah ada sesuatu yang
terjadi di dalam diri kita. Tuhan memberkati.