Tuesday, July 21, 2015

NIV (New International Version) Bible: Sesat? Pro LGBT?

Beberapa waktu ini di berbagai kelompok Kristen di Indonesia ramai dibicarakan tentang NIV Bible. Isu ini menjadi ramai karena NIV Bible adalah Alkitab bahasa Inggris yang paling banyak digunakan (mungkin termasuk di Indonesia).

Ada beberapa isu yang diangkat, tetapi dua yang paling besar adalah: Pertama, "ditemukan" banyak ayat yang hilang di dalam NIV. Pembandingnya adalah KJV (King James Version). Ada banyak ayat yang ada di dalam KJV dan Alkitab bahasa Indonesia, yang ternyata tidak ada di dalam NIV. Kedua, NIV diterbitkan oleh Zondervan yang dimiliki Harper Collins yang juga menerbitkan Satanic Bible dan The Joy of Gay Sex.

Awalnya saya enggan meresponi debat seperti ini karena sebenarnya isu ini, khususnya yang pertama, adalah isu yang kunoooo sekali. Meminjam istilah Larry Hurtado, itu adalah isu Zombie – sudah dibunuh tapi bangun lagi, dibunuh bangun lagi, dibunuh bangun lagi. Cape sekali meladeninya. Saya juga tahu bahwa di belakang munculnya isu ini adalah para “pemuja” KJV yang sangat ngotot. Tetapi, apa boleh buat, karena hebohnya isu ini, saya pikir ada baiknya memberi tanggapan singkat untuk menolong orang-orang Kristen yang jadi bingung karena ini.

Berikut ini adalah sedikit sejarah di balik Perjanjian Baru kita, khususnya KJV (King James Version).

Kita tahu bahwa kitab-kitab di dalam Perjanjian Baru ditulis di dalam bahasa Yunani. Tetapi, tidak ada satupun naskah asli hasil tulisan langsung para penulis pertama (Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Paulus, Petrus, Yakobus, dll) yang masih ada sampai sekarang. Semua mungkin sudah hancur karena pada waktu itu mereka menulis di atas dua macam material: Papirus (kertas yang dibuat dari pohon papirus) dan Perkamen (dari kulit hewan). Maka naskah Perjanjian Baru yang kita miliki adalah hasil salinan.

Orang-orang Kristen mula-mula menyalin hasil tulisan para penulis pertama itu dan menyebarkannya. Naskah itu kemudian disalin lagi dan disebarkan lagi. Demikian seterusnya. Maka kita menemukan banyak sekali naskah Perjanjian Baru tersebar di banyak sekali tempat!

Seiring dengan penyalinan demi penyalinan, sangat wajar terjadi human errors. Ada yang tidak disengaja, misalnya terlompat 1 baris atau terlompat 1 kata. Ada juga yang disengaja, misalnya seorang yang menyalin naskah untuk jemaatnya merasa tulisan sang rasul terlalu sulit untuk dimengerti, maka dia berpikir ada baiknya kalau sedikit dia tambahkan keterangan. Ada beberapa jenis human errors seperti ini yang terjadi. Darimana kita tahu? Dari membandingkannya dengan naskah-naskah lain. Para ahli teks mengerjakan ini (dengan cara yang astaganaga susahnya) dan mempertimbangkan setiap kemungkinan. Satu hal lagi yang perlu diketahui: Hampir semua naskah yang kita miliki tidak lengkap Matius-Wahyu, tetapi terpisah-pisah, ada yang 1 kitab saja, dan ada yang berisi beberapa kitab.

Ketika gereja semakin tersebar, dirasakan perlu adanya terjemahan Alkitab di dalam bahasa-bahasa lain. Salah satu terjemahan yang paling terkenal waktu itu adalah Vulgate (bahasa Latin).

Singkat cerita, pada abad ke 16, setelah penemuan mesin cetak, seorang bernama Erasmus memutuskan untuk menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani (waktu itu naskah yang dipakai secara luas adalah Vulgate - Bahasa latin). Tetapi, dia tidak bisa menemukan naskah kuno yang berisi lengkap seluruh Perjanjian Baru. Ditambah lagi waktu itu dia diburu waktu untuk menyelesaikan proyek penerbitan itu. Maka dia menggunakan dua naskah bahasa Yunani yang adalah salinan dari abad 12 dan tergolong inferior (kurang reliable), satu hanya berisi Injil dan satu lagi hanya berisi Kisah Para Rasul dan surat-surat. Erasmus membandingkan naskah itu dengan 2-3 naskah lain dan mengoreksinya sesuai pendapatnya sendiri. Untuk kitab Wahyu, dia hanya menemukan 1 naskah Yunani saja dari abad 12 yang, celakanya, halaman terakhirnya hilang (berisi 6 ayat). Maka untuk mengisi 6 ayat itu dan juga beberapa ayat lain di Perjanjian Baru yang Erasmus rasa kurang jelas, dia mengambil Vulgate (bahasa Latin) dan menerjemahkannya ulang ke bahasa Yunani! (Bayangkan, dulu orang terjemahkan naskah Yunani ke Latin (Vulgate), sekarang dia terjemahkan ulang dari Latin ke Yunani, seakan-akan ini naskah aslinya). Hasil akhir karya Erasmus adalah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani yang sangat tidak reliable! Edisi hasil karya Erasmus ini disebut Textus Receptus (Received Text).

Belakangan, ada naskah-naskah lain yang ditemukan lagi oleh Erasmus. Maka dia membuat beberapa perbaikan pada Textus Receptus. Edisi terakhir Textus Receptus versi Erasmus diterbitkan pada tahun 1535. Tetapi, sampai edisi akhir itu, Erasmus hanya menggunakan beberapa naskah saja dan naskah tertua yang dia gunakan berasal dari abad 10 saja. Textus Receptus kemudian direvisi lagi oleh Robertus Stephanus (sampai 4 edisi) dan Theodore Beza (sampai 9 edisi). Setiap revisi berusaha memperbaiki kekurangan yang ada berdasarkan penemuan naskah-naskah lain.

Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani yang disebut Textus Receptus inilah yang digunakan untuk diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi Alkitab KJV. Sekalipun KJV yang sekarang kita miliki tidak diterjemahkan dari Textus Receptus edisi pertama, tetapi KJV pada dasarnya dibuat berdasarkan naskah Yunani yang kurang reliable karena relatif "muda". Harus diakui bahwa KJV adalah terjemahan bahasa Inggris yang sangat indah. Tetapi, dalam banyak ayat, dia tidak reliable. KJV ini juga mengalami beberapa kali revisi.

Kalau ada yang tertarik mempelajari mengenai ini, boleh membaca buku Bruce Metzger, The Text of the New Testament, 4th edition. 

Setelah Textus Receptus, ada ribuan naskah Yunani lain yang ditemukan yang jauh lebih tua dan jauh lebih reliable. Naskah-naskah itu dikumpulkan, diteliti, dibandingkan, dengan berbagai cara yang asataganaga susahnya. Kemudian para ahli merekonstruksi naskah Perjanjian Baru bahasa Yunani yang mendekati aslinya. Seorang ahli Perjanjian Baru berani mengatakan naskah hasil rekonstruksi modern ini bisa dikatakan 99% sama dengan naskah asli tulisan para penulis pertama. Perbedaannya, kalaupun ada, hanya di tempat-tempat yang tidak signifikan dan tidak akan mempengaruhi doktrin apapun. Sekarang ini, teks Perjanjian Baru bahasa Yunani yang standar diterima adalah Nestle-Aland Greek New Testament (sekarang edisi ke-28) atau juga disebut United Bible Societies Greek New Testament. Alkitab bahasa Inggris versi modern, termasuk NIV, diterjemahkan dari naskah hasil rekonstruksi ini.

Tentu setiap versi Alkitab akan menggunakan teks hasil revisi terakhir pada waktu ia diterbitkan. Para penterjemah KJV menggunakan teks Yunani hasil revisi terakhir yang tersedia waktu itu yaitu Textus Receptus. Para penterjemah NIV (dan juga versi Alkitab lainnya) juga menggunakan teks Yunani hasil revisi terakhir di zaman masing-masing. Singkat kata, KJV diterjemahkan dari Textus Receptus yang berisi naskah-naskah Yunani yang ratusan tahun lebih muda dari yang digunakan NIV. Artinya KJV mengumpulkan kesalahan penyalinan yang jauh lebih banyak. Sementara NIV diterjemahkan dari naskah Yunani hasil perbandingan ribuan naskah kuno dan adalah hasil karya ratusan orang selama puluhan tahun.

Sekarang saya bisa mulai menjawab mengenai ayat-ayat yang “hilang” dari NIV, seperti Mat 17:21, 18:11, 23:14, Mark 7:16, 9:44, 9:46, Luk 17:36, Yoh 5:4, dst. Ayat-ayat itu bukan hilang tetapi memang tidak ada di dalam naskah asli! Saya sederhanakan ceritanya menjadi begini: Textus Receptus menggunakan naskah Yunani dari abad ke-10 dan ke-12. Di dalam naskah-naskah itu, ditemukan ayat-ayat itu. Maka KJV yang diterjemahkan dari Textus Receptus memasukkan ayat-ayat itu. Tetapi, kemudian ditemukan naskah-naskah Yunani yang jauh lebih tua dan reliable yang ternyata tidak ada ayat-ayat itu! Maka terjemahan yang lebih modern seperti NIV tidak memasukkannya. Alkitab bahasa Indonesia, karena pertimbangan tertentu, memasukkan ayat-ayat itu tetapi diberi tanda kurung (walaupun tidak semua, karena pertimbangan yang saya tidak tahu). Beberapa versi Alkitab bahasa Inggris menempatkannya di catatan kaki. Apapun cara yang dipakai, maksudnya jelas, ayat-ayat itu ada pada beberapa naskah, tetapi tidak ada pada naskah-naskah Yunani yang lebih tua dan reliable.

Tuduhan lain yang juga disebutkan adalah hilangnya beberapa kata “penting” di dalam NIV. Saya sebutkan dua contoh saja: “only begotten” di Yohanes 1.14,18; 3.16,18 dan “sodomite” di Ulangan 23.17. Khusus untuk kata “sodomite,” dikaitkan dengan Dr. Marten Woudstra yang dulu menjadi ketua komite penerjemahan Perjanjian Lama dari NIV yang dituduh adalah seorang gay.

Frase “only begotten” dari “monogenes” (Yunani) diterjemahkan oleh NIV menjadi “one and only”. Permisi tanya, salahnya dimana?? Setiap terjemahan pasti bergumul bagaimana menerjemahkan dengan setia, artinya tidak merubah arti tapi bisa dimengerti dengan jelas dan tidak disalah mengerti oleh pembaca modern. That is translation! Tidak salah monogenes diterjemahkan "one and only". Istilah “begotten” dalam KJV juga tidak salah (Catatan: istilah ini justru lebih mudah disalah mengerti seakan Yesus dicipta oleh Allah - dan ini yang dipakai oleh Saksi Yehuwa).

Mengenai kata “sodomite” dalam KJV di Ulangan 23.17, untuk jelasnya bisa dibandingkan dengan terjemahan lain:

There shall be no whore of the daughters of Israel, nor a sodomite of the sons of Israel. (KJV)

None of the daughters of Israel shall be a cult prostitute, and none of the sons of Israel shall be a cult prostitute. (ESV)

Di antara anak-anak perempuan Israel janganlah ada pelacur bakti, dan di antara anak-anak lelaki Israel janganlah ada semburit bakti. (LAI)

No Israelite man or woman is to become a shrine prostitute. (NIV)

Di zaman itu di kuil-kuil penyembahan berhala ada pelacur-pelacur, pria dan wanita, yang melayani orang yang datang. Orang-orang itu menyembah berhala melalui berhubungan seks dengan pelacur-pelacur itu. Istilah ini yang muncul di dalam teks bahasa Ibrani. Maka ESV memperjelasnya dengan istilah “cult prostitute” untuk pria dan wanita. Alkitab bahasa Indonesia menggunakan istilah “pelacur bakti” untuk wanita dan “semburit bakti” untuk pria. NIV menggunakan istilah “shrine prostitute” untuk pria dan wanita. Kalau dibandingkan dengan teks bahasa Ibrani, justru KJV yang salah. Terlepas dari benar atau tidaknya tuduhan terhadap Dr. Marten Woudstra, saya tidak melihat hubungannya dengan hilangnya kata “sodomite” di dalam NIV.

Terakhir, mengenai Zondervan yang dimiliki oleh Harper Collins. Karena Harper Collins juga menerbitkan Satanic Bible dan The Joy of Gay Sex, maka NIV dituduh juga mendukung yang sama. Ini logika yang sangat aneh.

Pada tahun 1987, perusahaan News Corporation milik konglomerat Rupert Murdoch membeli Harper & Row (berdiri tahun 1817). Tahun 1990, mereka membeli William Collins & Sons (berdiri tahun 1819). Gabungan dua perusahaan itu membuat nama divisi penerbitan di bawah News Corporation itu menjadi Harper Collins. Zondervan sendiri dibeli pada tahun 1988. Harper Collins adalah raksasa dunia penerbitan dengan banyak sekali “anak perusahaan” - berbagai penerbit yang berada di bawahnya. Salah satu anak perusahaan di bawah Harper Collins adalah Avon yang menerbitkan Satanic Bible. Anak perusahaan lainnya adalah Harper Resource yang menerbitkan The Joy of Gay Sex. Seberapa besar pengaruh CEO Avon dan CEO Harper Resource terhadap CEO Zondervan? Kita tidak tahu. Mereka sama-sama anak perusahaan di bawah Harper Collins. Masing-masing penerbit di bawah Harper Collins mungkin saja mandiri, selama menghasilkan keuntungan, di bawah payung perusahaan konglomerat News Corporation.

Yang pasti, proyek penerjemahan NIV dimulai tahun 1965 dan diterbitkan pertama kali tahun 1978. Versi yang populer digunakan adalah hasil revisi tahun 1984. NIV kemudian direvisi menjadi TNIV yang terbit tahun 2005. Pada tahun 2011, muncul edisi revisi lagi yang menggantikan semua edisi yang terdahulu.

Apakah NIV Bible (tahun 1984) yang sangat populer itu pro LGBT karena Zondervan dimiliki oleh Harper Collins? Padahal Zondervan baru dibeli oleh Harper Collins di tahun 1988!

Apakah NIV edisi 2011 pro LGBT seperti yang dituduhkan? Saya bahkan bingung darimana asalnya tuduhan ini! TNIV (2005) ditolak oleh sebagian kalangan Injili karena mengganti beberapa istilah menjadi gender-inclusive. Misalnya “God created man” menjadi “God created human beings” walaupun istilah Allah sebagai “Father” tetap tidak diganti. Perubahan ini bukan atas dorongan kaum LGBT, tetapi kaum feminis yang mengeluh bahwa terjemahan Alkitab terlalu patriarkis. Maka di ayat-ayat yang artinya memang bukan "pria saja" tetapi "pria dan wanita", NIV merubah terjemahannya. Versi revisi 2011 sudah mempertimbangkan berbagai masukan lagi dan, walaupun tetap mengalami penolakan sebagian orang, dipuji oleh banyak kalangan.

Perlu diketahui bahwa teks NIV bukan dimiliki oleh Zondervan tetapi oleh Biblica (dulu: International Bible Society). Zondervan hanya diberikan lisensi oleh Biblica untuk menjadi distributor NIV Bible di USA. Untuk di UK, Biblica memberikan lisensi kepada Hodder & Stoughton.

Kembali ke tuduhannya, apakah karena Zondervan (distributor NIV di USA) dimiliki oleh Harper Collins yang juga memiliki Avon (yang menerbitkan Satanic Bible) dan Harper Resource (yang menerbitkan The Joy of Gay Sex), maka NIV pro LGBT dan juga satanic? Saya hanya bisa mengelus dada :-( Bukan karena saya ingin membela Zondervan, apalagi Harper Collins, tetapi tuduhan itu tidak berdasar dan tidak masuk akal sama sekali.

Saya juga tidak mengatakan NIV Bible adalah terjemahan yang sempurna! Tidak! Tidak ada terjemahan yang sempurna. Semua pasti ada kekurangan di sana sini. Tetapi, menuduh bahwa NIV sengaja menghilangkan ayat tertentu atau kata tertentu karena sesat, pro LGBT, atau satanic, hanya bisa dimunculkan oleh orang-orang aneh – dalam hal ini para “pemuja” KJV.

Committee on Bible Translation (CBT) yang bertanggung jawab untuk teks NIV Bible berisi orang-orang Injili yang sangat committed kepada Alkitab sebagai Firman Tuhan. Silakan cek nama-nama mereka.


Catatan akhir:

Sekalian membahas isu ini, belakangan ada berita muncul Alkitab kaum LGBT: Queen James Bible. Dari apa yang saya baca, Alkitab ini tidak ada bedanya dengan KJV, hanya ada 8 ayat yang diganti supaya lebih LGBT -friendly. Tidak ada dasar sama sekali untuk penggantian ayat-ayat itu selain untuk mencocokkan dengan agenda si penerbit. Alkitab ini diterbitkan oleh Queen James – tidak jelas siapa. Maka anggap saja ini hasil karya orang iseng atau orang aneh, that’s it.