Kuliah baru saja dimulai, belum sampai tiga minggu. Saya sudah mulai merasa agak kewalahan. Saya melihat teman-teman sudah begitu sibuk belajar. Mereka sudah melakukan riset ini dan itu, mereka sudah tenggelam dalam buku-buku, pendek kata mereka sudah "in" dengan studi. Sementara saya masih tertatih-tatih mengikuti.
Sebenarnya semangat belajar saya sedang cukup tinggi. Topik yang sedang saya pelajari saat ini juga cukup menarik bagi saya. Tetapi berbagai kesibukan (atau mungkin kurang ahlinya saya mengatur waktu) banyak menghalangi waktu belajar saya. Ditambah lagi saya harus banyak melakukan penyesuaian dengan suasana akademis yang sudah lama saya tinggalkan. Semua itu mulai membuat saya khawatir (walaupun saya tahu Tuhan berkata jangan khawatir).
Sekian tahun lamanya saya merindukan kesempatan untuk studi lanjut. Sekian tahun di ladang pelayanan membuat saya sangat sadar akan kekurangan saya. Saya ingin sekali mempersiapkan diri untuk dipakai Tuhan lebih lagi. Saya ingat pada waktu saya akan pergi studi, beberapa jemaat menyatakan bahwa menurut mereka saya tidak perlu studi lagi. Saya tahu bahwa bagi jemaat yang penting adalah saya melayani dan berkhotbah, dan jikalau itu sudah baik (menurut mereka) maka itu sudah cukup. Saya juga tahu bahwa studi lanjut mungkin tidak akan membuat pelayanan dan khotbah saya lebih baik (sekali lagi menurut jemaat kebanyakan). Tetapi studi teologi seperti membentuk fondasi rumah yang memang tidak kelihatan, tetapi memakan waktu lama dan biaya mahal. Fondasi yang kuat tidak menjamin di atasnya ada rumah yang sedap dipandang. Tetapi tanpa fondasi yang kuat tidak mungkin didirikan rumah yang sedap dipandang sekaligus kokoh. Itu yang sedang saya coba lakukan.
Saya kira saya harus mengingatkan diri sendiri terus menerus bahwa saya harus studi sebaik mungkin karena waktu studi seperti ini mungkin tidak akan pernah terulang lagi dalam hidup saya. Dan saya ingin setelah studi saya (tepatnya Tuhan) bisa mendirikan rumah yang sedap dipandang sekaligus kokoh.
Tolong doakan saya..