Sunday, November 28, 2010

Pelayanan Anak Muda

Salah satu karunia yang saya sadar Tuhan berikan kepada saya adalah melayani anak muda. Saya sangat suka dengan anak muda, berbaur dengan mereka, menemani mereka dalam pergumulan hidup dan perjalanan hidup rohani mereka.

Saya berasal dari sebuah gereja kecil di Jakarta. Di situ saya melayani sebagai pembimbing remaja. Dan di situ juga saya mulai mengembangkan kesukaan saya melayani anak muda. Pada waktu masuk ke sekolah teologi, saya harus mengakui bahwa sekolah teologi tidak mengembangkan kesukaan saya melayani anak muda. Sebaliknya saya menjadi makin kaku dan ja'im.

Satu tahun praktek pelayanan di gereja tidak mengubah itu. Satu tahun berikutnya melayani di sebuah gereja yang isinya 99% anak muda hanya berhasil mengubah saya sedikit. Satu tahun berikutnya lagi melayani sebagai misionaris juga tidak mengubah apa-apa, kecuali 1 hal yang penting: membuat saya kangen dengan suasana persekutuan yang hangat, khususnya di tengah anak muda seperti yang pernah saya alami. Pelayanan selama lima tahun berikutnya di tengah anak-anak muda GKY Green Ville barulah mengubah segalanya. I always thank God for them.



Saya tidak pernah merasa ahli dalam pelayanan anak muda, bahkan saya merasa kurang sekali belajar melayani anak muda. Saya hanya berusaha menyediakan diri untuk menjadi 'koko' dan 'bapak' rohani mereka walaupun tidak selalu berhasil.

Ada beberapa concern saya akan pelayanan anak muda di gereja-gereja, khususnya gereja Injili:

1. Kebanyakan gereja tidak punya hamba Tuhan yang khusus melayani anak muda, youth pastor. Kalaupun punya, coba lihat siapa yang dijadikan youth pastor? Biasanya mereka yang baru lulus sekolah teologi. Alasannya? Kamu muda, maka ya cocoknya pelayanan anak muda. Dan begitu hamba Tuhan itu makin senior, makin berkembang, dia dipindahkan ke tempat lain. Mungkin menjadi pembina komisi yang lebih dewasa atau bahkan sebagai gembala gereja. Maka pelayanan anak muda selalu sekedar menjadi 'batu loncatan', persiapan menuju pelayanan lain yang 'lebih penting'.

2. Sekolah teologi tidak mempersiapkan orang untuk menjadi youth pastor. Pelayanan anak muda (Youth ministry) biasanya diajarkan hanya sebagai teori. Dan sangat jarang lulusan sekolah teologi yang punya passion untuk pelayanan anak muda. Biasanya (kebanyakan) lulusan sekolah teologi akan mengatakan mereka suka 'pembinaan', suka 'mengajar'. Terus terang saya tidak pernah mengerti apa yang mereka maksud dengan 'pembinaan' dan 'mengajar'. Membina siapa? Mengajar apa? Untuk menjadi seperti apa? Apa yang mau diajarkan (bukan materi yang saya maksudkan)?

Seringkali orang mengatakan "anak muda adalah masa depan gereja". Satu sisi, saya setuju. Mereka adalah masa depan gereja, artinya di masa depan merekalah yang akan menjadi pemimpin-pemimpin gereja. Tapi di sisi lain, saya tidak setuju. Menjadikan anak muda hanya sebagai "masa depan gereja" membuat mereka tidak penting di "masa ini". Masa ini, hari ini, mereka adalah anak Tuhan yang harus dirangkul dan dituntun karena hari ini pun hidup mereka berharga bagi Tuhan.

Saya bersyukur bahwa sekarang pun Tuhan masih memberikan saya kesempatan melayani anak muda, di GKY Singapore. I also thank God for them. Tapi kesulitan waktu seringkali membuat saya menyesal tidak bisa berbuat lebih banyak untuk mereka.


Saya tidak tahu pelayanan apa yang akan saya lakukan nanti setelah menyelesaikan studi saya di Singapore. Saya tidak merindukan jabatan, saya hanya merindukan fungsi, mengerjakan yang harus saya kerjakan. Tapi kemanapun, saya akan terus membagikan concern akan pelayanan anak muda.