Sunday, November 21, 2010

The Summons

Tanpa terasa sudah satu setengah tahun saya di TTC. Tapi karena masalah semester lalu, maka semester yang baru selesai ini adalah semester kedua bagi saya. Sama seperti pada waktu penutupan semester pertama (silakan lihat di sini), saya pun bersyukur dan terharu pada penutupan semester kedua ini.

Di dalam kebaktian penutupan semester 12 November yang lalu, ada sebuah lagu yang dinyanyikan: The Summons. Saya pernah mendengar dan menyanyikan lagu itu sebelumnya, tapi hari itu hati saya sangat tersentuh. Saya percaya lagu itu diurapi Tuhan untuk menyentuh hati banyak orang karena saya tahu ada 2 teman yang juga menulis di blognya tentang lagu ini.

Di bawah ini adalah teksnya:

Will you come and follow me if I but call your name?
Will you go where you don’t know and never be the same?
Will you let my love be shown
Will you let my name be known
Will you let my life be grown in you and you in me?
 
Sejujurnya saya bertanya kepada diri sendiri, "will I ?" Selama beberapa waktu ini saya banyak merenungi hidup rasul Paulus. Paulus adalah orang besar, bukan sekedar karena dirinya, tapi karena ketaatannya pada Tuhan. Saya ingin taat kepada Tuhan seperti dia, tapi maukah saya? It's not easy!


Will you leave yourself behind if I but call your name?
Will you care for cruel and kind and never be the same?
Will you risk the hostile stare
Should your life attract or scare?
Will you let me answer pray’r in you and you in me?
 
Saya ingat ketika Paulus disalahmengerti bahkan difitnah. Dia tanggung itu bagi Tuhan dan bagi gereja yang sangat berharga bagi Tuhan. Hidup dia menarik banyak orang tapi juga dibenci banyak orang. Ada kalanya dia sangat keras ketika menyangkut prinsip, ada kalanya dia menasihati dengan tegas, dan ada kalanya dia lembut. Tapi dia biarkan Tuhan bekerja melalui dia, merawat gereja Tuhan dan menanggung resiko karenanya.


Will you let the blinded see if I but call your name?
Will you set the pris’ners free and never be the same?
Will you kiss the leper clean
And do such as this unseen,
And admit to what I mean in you and you in me?
 
Kadang saya bisa melakukan pekerjaan yang tidak dilihat orang, menolong orang yang kesulitan, berdoa bagi banyak hal, menemani mereka yang sedang sedih, menjadi teman di saat kesusahan, mempersiapkan mereka yang akan meninggal, menghabiskan waktu entah berapa banyak untuk menuntun satu orang demi satu orang. Tapi bisakah ketika orang tidak melihat semua itu dan menuduh saya salah, saya hanya berkata dalam hati bahwa saya melakukan maksud Tuhan?


Will you love the “you” you hide if I but call your name?
Will you quell the fear inside and never be the same?
Will you use the faith you’ve found
To reshape the world around
Through my sight and touch and sound in you and you in me?
 
Pelayanan keluar dari dalam hidup yang ada tatapan, sentuhan, suara Tuhan. Hidup seperti itu akan membentuk sekitarnya. Ketika Tuhan sungguh ada di dalam hati, seperti air yang merembes masuk ke setiap pori-pori hati kita, ah... betapa bedanya hidup kita. Tapi pertanyaannya, seberapa dalam saya menempatkan Tuhan di dalam hati dan hidup saya?


Lord, your summons echoes true when you but call me name
Let me turn and follow you and never be the same
In your company I’ll go
Where your love and footsteps show
Thus I’ll move and live and grow in you and you in me. 

Ah, ini bagian yang paling sulit. Seringkali orang berpikir bahwa ketika seseorang menjadi hamba Tuhan, dia sudah menyambut panggilan Tuhan menyerahkan diri sepenuhnya. Salah! Menyambut panggilan menjadi hamba Tuhan adalah mengambil 1 langkah ketaatan, tapi mengikut Tuhan adalah pilihan yang harus terus dibuat seumur hidup. Langkah ketaatan itu harus terus diambil. Dan saya sangat ingin mengikut Tuhan, bersama Tuhan dan bertumbuh di dalam Tuhan, terus menerus, tapi saya lemah.
 
Tuhan, perdengarkanlah lagi panggilanMu. Tunjukkanlah kasih dan jejak langkahMu. Supaya saya bergerak, hidup dan bertumbuh di dalam Engkau dan Engkau di dalam saya. Tolonglah saya yang lemah.