Hidup kita terbentuk oleh pergantian tahun. Ada tahun-tahun dimana kita masih kecil, remaja, pemuda, dewasa, setengah baya dan menjadi tua. Kalender dipakai untuk menandai peristiwa-peristiwa itu, dimulai pada 1 Januari dan diakhiri pada 31 Desember. Setiap tahun hidup kita berjalan dalam kalender itu.
Kalender liturgi gereja (liturgical year) tidaklah sama dengan kalender biasa. Kalender liturgi gereja berpusat pada misteri hubungan Allah dan manusia. Waktu ditandai bukan dengan tanggal tapi dengan peristiwa-peristiwa penting bagi iman kita. Maka kalender liturgi gereja tidak dimulai pada 1 Januari, tapi pada minggu pertama Advent, mempersiapkan kita menyambut Natal. Tonggak berikutnya adalah masa Lent, mempersiapkan kita memasuki Jumat Agung dan Paskah. Berikutnya adalah Kenaikan Yesus, Pentakosta, dan akhirnya kembali ke masa Advent.
Tahun demi tahun, kalender liturgi gereja membawa kita tenggelam lagi dan tenggelam lagi dalam makna kehidupan Kristen. Kita bukan hanya mengingat: Yesus lahir, mati dan bangkit untuk kita, tapi kita dibawa untuk mencocokkan diri kembali dengan apa yang Allah kerjakan bagi kita. Tahun ini kita merenungkan Natal, lalu minta ampun dosa waktu Jumat Agung dan Paskah, tahun depan kita kembali melakukan yang sama. Tapi tiap tahun, kita diajak untuk melihat apakah kita makin mengikuti Yesus? Apakah kita bertumbuh makin mencintai Yesus? Kalender liturgi gereja mengajar kita arti mengikut Yesus.
Dua bulan lagi kita akan merayakan Jumat Agung dan Paskah. Sebelum itu, ada masa Lent. Masa ini adalah masa merendahkan diri di hadapan Tuhan. Masa ini mengajak kita sadar bahwa kita adalah manusia yang berdosa dan hina. Tanpa kasih Tuhan, kita semua pasti binasa! Maka selama masa ini, kita banyak berdoa, berpuasa, dan memohon ampun dosa. Secara khusus kita mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjauhkan diri dari berbagai hal yang mengalihkan perhatian kita dari Tuhan. Seperti masa Advent mempersiapkan kita menyambut Natal, demikianlah masa Lent mempersiapkan kita menyambut Jumat Agung dan Paskah.
Masa Lent diawali pada hari Rabu yang sering disebut sebagai Rabu Abu (Ash Wednesday). Di banyak gereja, biasanya waktu itu jemaat akan diberikan tanda salib di dahinya dengan abu. Di dalam Alkitab, abu di kepala adalah tanda berkabung. Tapi abu juga adalah simbol dari kefanaan kita, bahwa kita dicipta dari debu dan akan kembali menjadi debu.
Makna dari seluruh upacara tersebut adalah merendahkan diri, berduka atas dosa, dan mengingat bahwa kita adalah manusia yang fana. Kita hanya manusia, diciptakan dari debu dan akan kembali menjadi debu! Dan setelah itu bertanggung jawab kepada Tuhan.
Banyak orang Kristen di Indonesia yang berpikir bahwa Rabu Abu - dan juga Lent - adalah ‘milik’ gereja Katolik. Tetapi ini bukan tradisi milik gereja Katolik. Gereja mula-mula mulai memasukkan Lent di dalam kalender gereja mungkin sejak abad ke-2 atau ke-3, sekitar 1800 tahun yang lalu (sebelum ada pembedaan Katolik dan Protestan). Dan sekarang ini berbagai gereja di dunia dari Katolik, Lutheran, Presbiterian, Reformed, Methodis, Anglikan, dan Baptis, melakukannya.
Tahun ini, GKY Green Ville akan ikut menjalankan tradisi ini. Sesuai kalender gereja seluruh dunia, masa Lent akan dimulai pada hari Rabu tanggal 13 Februari. Maka di dalam Persekutuan Doa hari Rabu itu, kita akan bersama memulai masa Lent dengan Rabu Abu. Kita akan merenungkan kehidupan kita yang fana dan membutuhkan Tuhan. Setelah itu minggu demi minggu menjadi masa kita mempersiapkan diri memasuki Jumat Agung dan Paskah.
Tepat satu minggu sebelum Paskah nanti adalah Minggu Palem - Minggu memperingati Yesus masuk ke Yerusalem dan kemudian mati disalibkan di sana. Minggu Palem mengajak kita menyadari betapa bedanya menyembah Yesus “di mulut” dan “di hati”, seperti orang banyak yang bersorak “Hosana” dan “salibkan Dia”.
Minggu itu juga disebut sebagai Minggu Sengsara karena di situ Yesus bergumul dengan berat menjelang naik ke kayu salib. Di minggu itu, seluruh kuasa kegelapan bersatu melawan Allah. Dia pasti mati! Tapi bukan kematian biasa karena Yesus sendiri yang memilih untuk sengsara dan mati bagi kita. Selama minggu sengsara itu kita akan berpuasa dan berdoa lebih lagi, sampai akhirnya tiba Jumat Agung dan Paskah.
Mari siapkan diri kita untuk memasuki masa Lent ini. Jumat Agung dan Paskah sudah dekat!