“Sombong” jelas adalah sesuatu yang tidak disukai baik oleh Tuhan maupun oleh manusia. Cari saja
kata “sombong” di dalam Alkitab, kita akan menemukan betapa dibencinya sifat ini. Tetapi manusia umumnya punya kesombongan ini di dalam hatinya.
Mungkin jarang dari kita yang sombong terang-terangan seperti di sinetron. Si sombong itu seringkali tersembunyi. Begitu baiknya dia bersembunyi di dalam hati kita sehingga kita merasa tidak sombong. Maka hati ini perlu dikorek, penutupnya dibuka, supaya si sombong itu bisa ditarik keluar dan diusir.
Caranya sederhana, coba lihat bagaimana perasaan kita ketika dipuji oleh orang lain. Sebelum melakukan sesuatu yang besar, kita berdoa, mohon Tuhan yang pimpin, kita berjanji “segala kemuliaan bagi Tuhan,” tetapi begitu selesai dan pujian berdatangan? Kalau ada sesuatu yang merayap dalam hati kita dan berkata: “Wow, hebat juga gua!” Gotcha! Kita menemukan si sombong itu ada di hati kita.
Cara kedua, coba lihat apakah kita sering bermain permainan “lihat aku”. Waktu kecil kita suka melakukan sesuatu yang dilihat oleh orang tua kita, “Pa..ma.. lihat nih..” Waktu dewasa kita memang tidak mengucapkan itu lagi, malu dong… Tapi mungkinkah sebetulnya kita masih memainkan permainan yang sama? Kita ingin orang tahu ketika kita berbuat baik. Kita ingin orang tahu ketika kita memberi dalam jumlah yang besar. Mungkin itulah sebabnya ada orang yang tidak mau memberi persembahan dalam jumlah yang kecil dan rutin, tetapi lebih suka memberi jumlah besar dalam proyek besar! Kita ingin orang tahu ketika kita berkorban. Demikian seterusnya. Gotcha! Kita menemukan lagi si sombong itu dalam hati kita.
Masih banyak cara lainnya. Tapi saya ingin memberi satu lagi saja. Ini jenis pengujian yang lain. Kalau dua yang di atas memeriksa adanya si sombong dengan melihat apakah saya sombong, maka yang satu ini memeriksa adanya si sombong dengan melihat reaksi saya ketika “disombongin”. “Disombongin” bukan dalam arti dibangga-banggain oleh orang lain tetapi ketika kita diperlakukan dengan sombong oleh orang lain. Orang itu membesarkan diri, congkak, angkuh, sombong di hadapan kita dan memperlakukan kita jauh di bawahnya. Dengan kata lain kita “disombongin”.
Ketika kita “disombongin” oleh orang lain, apa reaksi kita? apa perasaan kita? Apakah kita ingiiiinnn sekali berkata, “Astagaaa… ini orang nggak tahu diri banget! Baru gitu aja sombongnya minta ampun! Emangnya gua musti bilang wow gitu? Dia pikir dia hebat begitu? Huh.. amit-amit!” Dan sebenarnya ada satu kalimat yang mungkin tidak terucapkan, “Kalau aja dia tahu siapa gua…” atau “Dia pikir gua butuh dia? Dia pikir gua nggak bisa?” Gotcha! Kita menemukan lagi si sombong itu di dalam hati kita.
Maka jelas melatih diri untuk tidak sombong tidaklah mudah. Dia akan bersembunyi dan membuat kita merasa sudah bebas darinya padahal dia terus akan muncul lagi dan muncul lagi. Maka sama seperti terhadap semua dosa lainnya, ini bukan pembersihan satu kali tetapi terus menerus. Kita perlu terus mengingat siapa kita ini dan siapa Tuhan. Kita perlu terus mengingat segala anugrah Tuhan bagi kita. Kita perlu terus membuka hati untuk Roh Tuhan bekerja, membersihkan hati ini, membawanya sesuai dengan Firman, mengangkatnya untuk mengagumi Tuhan, dan menggerusnya dari kebiasaan dosa.
Sulit? Ya, pasti! Kita tidak akan bisa melakukannya sendirian. Kita perlu anugrah Tuhan untuk mengenali kesombongan di dalam hati kita dan mengusirnya keluar.