Thursday, November 20, 2014

The Contemplative Pastor: Returning to the Art of Spiritual Direction - Eugene H. Peterson

Buku ini adalah salah satu buku pastoral terbaik yang pernah saya baca. Eugene Peterson seperti imaginative. Kata pengantar yang ditulis Rodney Clapp dimulai dengan kalimat: "If Eugene H. Peterson were not a Presbyterian, he might be a monk." Saya lumayan setuju :-) Bukan hanya itu, tetapi saya yakin buku ini betul-betul touch a nerve bagi banyak hamba Tuhan.
biasa menulis buku ini dengan gaya bahasa yang khas, menarik, mendalam,

Berikut ini saya terjemahkan dan ringkaskan beberapa paragraf tulisannya di halaman awal buku ini:

Kata benda yang sehat tidak membutuhkan kata sifat. Kata sifat membuat berantakan kata benda yang baik. Tetapi jika kata benda itu sudah dirusak atau dijangkiti oleh kebudayaan, maka kata sifat diperlukan.

"Pastor" dulu adalah kata benda yang seperti itu - penuh semangat dan kuat. Tetapi waktu saya melihat bagaimana panggilan "pastor" itu dihidupi di Amerika dan waktu saya mendengar nada dan juga konteks dimana orang membicarakan "pastor", saya sadar apa yang saya dengar di dalam kata itu berbeda dengan apa yang orang lain dengar. Dalam pemakaian umum, kata benda "pastor" sudah menjadi lemah, diejek, dan dicairkan dengan oportunisme. Maka kata itu sangat membutuhkan kata sifat yang memperkuatnya. 

Untuk itu, saya menawarkan tiga kata sifat untuk memperjelas kata benda "pastor": unbusy (tidak sibuk), subversive (merombak apa yang sudah mapan dengan tindakan yang tidak terang-terangan), dan apocalyptic (mengisi dan membentuk pikiran/imajinasi orang dengan realita kerajaan Allah).

Di bagian lain, dia menjelaskan tentang kata sifat "unbusy" itu dengan kalimat yang tidak pernah saya lupa:

Kata sifat "busy" (sibuk) jika dikenakan kepada "pastor" harusnya berbunyi di telinga kita seperti "berzinah" dikenakan kepada seorang istri atau "menggelapkan uang" dikenakan kepada bankir. Karena [busy pastor] adalah sebuah skandal memalukan, sebuah penghinaan menghujat.

Mulai mengerti mengapa saya menyukai buku ini? :-)

Setelah menjelaskan ketiga kata sifat yang dia usulkan untuk memperjelas kata benda "pastor," dia mulai membahas apa yang dilakukan seorang "pastor" between Sundays (di hari selain hari Minggu). Setiap bab memberikan insights yang sangat menarik. Dia tidak mengusulkan bagaimana kita mengisi waktu atau aktivitas apa yang harus dilakukan seorang pastor, tidak! Tetapi, dia selalu membongkar konsep kita yang lama dan mencoba menggantinya dengan yang baru. Saya kira dia sedang melakukan pelayanan "subversive" melalui tulisannya.

Membaca buku ini, saya yakin akan membuat kita terganggu dan merenung - dan memang itulah yang diinginkan oleh Eugene Peterson.

Selamat membaca!