Thursday, May 03, 2007

Puasa

Salah satu disiplin rohani yang saya jalankan, tetapi masih sangat kurang, adalah berpuasa. Puasa tidak banyak dijalankan oleh orang Kristen zaman ini. Allan H. Sager dalam buku Gospel-Centered Spirituality mengutip Richard Foster: “Mengapa memberikan uang, misalnya, tanpa perdebatan diakui sebagai salah satu elemen dari kesalehan Kristen sementara berpuasa begitu diperdebatkan? Kita memiliki sama atau mungkin lebih banyak bukti dalam Alkitab tentang berpuasa daripada memberikan uang. Mungkin dalam masyarakat kita yang makmur ini, berpuasa melibatkan pengorbanan yang jauh lebih besar daripada memberikan uang”. Kalimat ini terngiang-ngiang di telinga saya.

Sebagai salah satu bentuk disiplin rohani dan kesalehan Kristen, saya percaya ketika kita melakukannya, banyak pengalaman rohani yang mungkin kita dapatkan.

Beberapa kali saya menjelaskan kepada jemaat bahwa berpuasa adalah bentuk merendahkan diri. Berpuasa membuat kita sadar bahwa kita cuma manusia yang lemah dan butuh Tuhan. Ketika kita berpuasa kita disadarkan bahwa dalam hal yang sangat sederhana, hanya tidak makan selama beberapa jam saja, kita sudah merasa sakit perut dan lemah. Maka ketika sisi kemanusiaan itu dimunculkan, di situlah kita sadar kita cuma manusia dan bukan Tuhan.

Tetapi ada satu pengalaman rohani baru yang saya dapatkan waktu berpuasa baru-baru ini. Mungkin ada yang tahu pepatah ‘A hungry man is an angry man’? Coba saja jika di dalam acara retreat, sampai pada jam makan dan pembicara masih meminta waktu ditambah, apa yang terjadi? Itulah yang saya alami. Ketika saya berpuasa dan tetap bekerja, saya menjadi tidak nyaman. Rasa lapar bercampur lelah membuat saya sensitif dan mudah tersinggung. Tetapi ketika itulah saya sadar, “Hei, bukankah berpuasa mustinya membuat sadar bahwa kamu manusia yang lemah? Lalu mengapa kamu bersikap seperti tuan, ingin dimengerti dan dihormati, bukan seperti hamba?”

Saya belajar bahwa ‘merasa diri lemah dan butuh Tuhan’ itu satu hal. Tetapi ‘merasa diri lemah dan bersikap sebagai orang lemah’ itu satu hal lagi. Dan saya yakin masih ada banyak aspek lagi tentang kelemahan yang masih harus saya mengerti dan alami.