Kemarin setelah kebaktian, seorang jemaat memberikan saya buku ini: Permata di Balik Air Mata.
Isinya tentang pergumulan sepasang suami istri hamba Tuhan: Hendra dan Esther J. Rey untuk pergi dan kemudian melayani di China.
Saya baru saja selesai membaca buku itu. Isinya sangat sederhana, kisah-kisah biasa tentang pergumulan, doa, pimpinan Tuhan, kejutan-kejutan mukjizat Tuhan, dan kesulitan hidup dan pelayanan di China.
Buku ini membuat saya bernostalgia. I was there. Beberapa kesan dan pengalaman yang mereka ceritakan serupa dengan yang saya alami. Dengan segala hal yang sering membuat saya kesal di sana, tapi tetap perasaan saya adalah: I miss China.
Buku ini juga membuat saya 'terbakar'. Walaupun pelayanan saya dulu di China tidak persis seperti pelayanan Pak Hendra dan Ibu Esther, tetapi beberapa hal serupa dengan yang saya lakukan. Saya ingat kondisi gereja di sana, tempat-tempat pelatihan, murid-murid yang pernah saya ajar, ketegangan karena harus selalu siap lari, kesepian yang sulit diceritakan, macam-macam. Mungkin sekarang saya mulai terlalu 'nyaman'.
Saya tidak pernah melupakan mereka yang di China, tapi jujur saya sudah lama tidak berdoa bagi mereka. Saya akan berdoa lagi... kiranya Tuhan memberkati pekerjaanNya di China, melindungi dan terus menguatkan anak-anakNya.