Tuesday, April 06, 2010

Sombong Dan Disombongin

Kita tahu apa itu sombong dan melalui banyak hal kita selalu diingatkan untuk tidak sombong. Ternyata ada perwujudan lain dari kesombongan yang jarang kita perhatikan, dan itu muncul ketika kita - saya sebut itu sebagai - "disombongin". 

Belajar untuk tidak sombong adalah satu hal. Tapi belajar untuk menerima disombongin adalah hal lain lagi. Esensinya sama tapi nuansanya berbeda.

Belajar untuk tidak sombong sudah sangat sulit. Kita harus selalu mengingat kelemahan kita, mengingat bahwa apa yang kita miliki semuanya dari Tuhan dan bukan dari kita, mengingat bahwa di atas kita selalu masih ada orang lain. Kita tidak boleh membanggakan diri dan menunjukkan kehebatan atau superioritas kita dengan tujuan dipuji. Itulah belajar untuk tidak sombong.

Tapi ketika kita merasa sudah lumayan, cukup tidak sombong, tiba-tiba datanglah seseorang yang sangat sombong. Dia merendahkan kita, terang-terangan menganggap kita lebih rendah dari dia dan membanggakan dirinya di depan kita, padahal menurut penilaian kita, dia masih lebih buruk dari kita. Gayanya dan bualannya bahkan membuat sebagian orang percaya. Saat itu apa yang terjadi? Pertama, sebal. Kedua, marah. Ketiga, dalam hati muncul pikiran "gile ni orang, masih bagusan juga gua". Keempat, kalau orang lain percaya sama kesombongannya, kita gatal sekali untuk kasih tahu orang-orang kejelekan dia dan kebagusan kita.

Saya kira banyak dari kita pernah punya pengalaman seperti di atas. Pertanyaannya, kalau kita bereaksi seperti itu ketika disombongin, apakah betul kita sudah tidak sombong? Saya kira kita tahu jawabannya.

Maka belajar untuk tidak sombong memang adalah satu hal dan belajar untuk menerima disombongin adalah hal lain lagi. Tapi esensinya sama. Mungkin lebih baik kita katakan, pada waktu kita disombongin, itulah saatnya kita melihat lebih dalam lagi ke dalam hati kita dan bertanya "apa betul saya tidak sombong?"