Internet mempercepat informasi. Apa yang kita tulis dalam sekejap mata bisa dibaca oleh orang di belahan dunia lain. Tidak perlu susah2, ada banyak jaringan untuk mempublikasikan diri kita, lewat facebook, mailing list, twitter, blog, dll. Ketik, tekan tombol ‘publish’ (atau tombol apapun itu) dan voila… siapa saja bisa membacanya.
Kita merasa berkuasa karena semua terserah kita. Ingin menulis apa? Silakan! Ingin marah? Silakan! Ingin menyatakan frustasi? Silakan! Terserah kita tulis apa, karena ini facebook kita, twitter kita, blog kita. Tidak ada yang bisa menghalangi kita menulis apapun dan… kita berkuasa untuk menekan tombol ‘publish’ itu.
Kita lupa ada satu – yang sangat penting dan besar – yang tidak mampu kita kontrol: pembaca! Maksud saya apa yang kita tulis akan dibaca orang! Apa yang kita tulis, sedikit banyak, mempengaruhi orang! Apa yang kita tulis membuat orang berpikir sesuatu tentang kita!
Sama seperti tindakan dan perkataan, tulisan juga keluar dari diri kita dan menghasilkan dampaknya. Sekali keluar ia tidak bisa dihentikan lagi. Kita tidak berkuasa lagi atasnya. Ia bisa menolong, bisa merusak, bisa membangun, bisa menyakiti! Dan sama seperti tindakan dan perkataan, tulisan juga mempengaruhi penilaian orang kepada kita.
Saya tidak habis pikir banyak orang yang lupa bahwa menulis di dunia maya bukanlah menulis di ruang private tapi public! Ketika ‘sharing’ di dunia maya, banyak orang mengungkapkan kekesalannya kepada si ini, si itu, tanpa dia sadar si ini dan si itu (atau kenalannya) membaca tulisannya. Banyak (orang Kristen) yang mengeluh teruuusss… sehingga orang lain cape membaca tulisannya dan bertanya2 apakah dia punya iman? Banyak orang yang menulis apa saja yang ada di perasaannya tanpa berpikir benarkah dia mau orang lain tahu? Untuk apa orang lain tahu? Bagaimana ketika orang lain tahu? Banyak orang yang bercerita hal pribadi dan kemudian bingung atau marah ketika orang lain tahu! Aneh bukan? Tapi inilah fenomena baru, ‘sharing’ di dunia maya dengan ilusi ‘terserah saya’. Betulkah?
Bahkan sebetulnya ketika kita ingin ‘publish’ atau ‘posting’ sesuatu, kita harus berpikir dulu apakah yang kita tulis berguna? membangun? perlu? Buat apa kita menghabiskan waktu ratusan ‘friends’ kita membaca sesuatu yang tidak perlu!? (1 menit X 200 orang = 3 jam 20 menit waktu yang terbuang). Bukankah waktu-waktu itu lebih baik dipakai untuk hal yang lebih berguna? Tapi sekali lagi inilah juga fenomena baru, semua orang berilusi ‘saya adalah pusat perhatian’! Betulkah?
Seperti di dunia realita, tiap hal harus kita pikirkan baik2, demikian pula di dunia maya. Mungkinkah kita sudah terlalu banyak bersentuhan dengan dunia maya sehingga kita kurang mengerti dunia realita lagi?