Saya baru saja selesai membaca buku ini, sebuah autobiografi setebal 317
halaman. Memang tidak terlalu tepat disebut autobiografi karena dia tidak
menuliskan sejarah hidupnya, tetapi berbagai cerita yang membentuk hidupnya
sebagai seorang pastor. Mungkin seperti yang dia sebutkan dalam judul,
genre buku ini memang lebih tepat disebut: A Memoir.
Sudah lama saya mengagumi Eugene Peterson dan buku-bukunya pun mempengaruhi
pelayanan
saya. Buku yang satu ini memberikan sekelumit kisah di balik penulisan
buku-bukunya yang lain, peristiwa apa, pemikiran apa, momen apa, yang mendorong
dia menuliskan buku-bukunya.
Dari buku-bukunya yang lain, saya mendapatkan pengertian bagaimana menjadi
seorang pastor, yang tidak dibentuk oleh konsep umum dunia tentang
pastor tetapi dibentuk oleh Alkitab. Eugene membuat saya melihat
keunikan panggilan saya dan kedalaman misteri yang terlibat di dalamnya. Dia
menjadi sahabat saya dalam menjalani panggilan sebagai seorang pastor.
Dan buku ini melengkapi apa yang saya tahu tentang dia, pemikirannya dan
konsepnya tentang panggilan seorang pastor.
Dia melihat bahwa berbagai peristiwa dalam hidupnya yang seperti tidak
berkaitan satu sama lain, ternyata adalah bagian dari puzzle yang
membentuk hidupnya menjadi seorang pastor. Dia menulis tentang
cerita-cerita masa lalunya - tentang ayahnya, ibunya, pamannya, pendetanya, dll
- yang membangkitkan imajinasinya tentang kehidupan, tentang pelayanan, tentang
pastor. Lalu dia bercerita tentang bagaimana dia menjadi
pastor, siapa saja yang menjadi sahabatnya menjalani panggilannya, dan
berbagai peristiwa yang dia alami dalam kehidupan sebagai pastor.
Membaca buku ini, saya merasa dia tidak mencoba menggurui dengan
berbagai konsep dan teori menjadi seorang pastor. Eugene menempatkan dirinya
sebagai seorang yang dibentuk dan dipanggil Tuhan menjadi seorang
pastor. Seorang manusia biasa yang lemah, tapi terus berjalan dengan
sahabat-sahabat sesama pastor. Seperti sedang berada di bukit, dia
memperlihatkan bunga-bunga, duri-duri, jalan yang pernah dia lalui dan jalan
yang berbahaya, dalam kehidupan pastor.
Salah satu yang sangat menarik – dan langsung saya share ke istri
saya adalah kisahnya tentang istrinya. Istrinya, Jan, terpanggil menjadi
pastor’s wife. Dan itu bukan pelengkap, bukan posisi yang ada job
description-nya, tetapi pastor’s wife juga adalah sebuah
panggilan, vocation, holy order.
Saya berharap setiap pastor membaca buku ini. Bukan saja membacanya
tetapi menjadikannya sebagai model untuk memikirkan panggilan dan kehidupan
mereka sendiri.
Dan terakhir, saya juga berharap para pemimpin gereja, para majelis,
pengurus, membaca buku ini. Ini akan menolong mereka untuk menjadikan gereja
mereka sebagai gereja. Ini akan menolong mereka untuk menolong pastor
mereka menjadi pastor.