Saya tertarik membaca buku ini sebagai buku biografi. Ternyata biografi
Edwards hanya dibahas di
bagian awal dan mengambil tempat tidak sampai 20% saja
dari buku ini. Sisanya adalah pembahasan dari beberapa tulisannya dan
khotbahnya.
Setelah selesai membaca bagian biografi itu, hampir saja saya tidak
meneruskannya karena merasa pembahasan tulisan dan khotbah Edwards akan
membosankan. Tapi setelah saya teruskan sedikit, ternyata Stephen J. Nichols
berhasil mengerjakan tugasnya dengan baik. Pilihannya atas beberapa tulisan dan
khotbah Edwards sangat baik dan cara dia menguraikannya pun menarik.
Edwards adalah seorang tokoh besar. Martin Lloyd Jones mengatakan: “Saya
tergoda, mungkin dengan bodoh, untuk membandingkan orang Puritan dengan
pegunungan Alpen, Luther dan Calvin dengan pegunungan Himalaya, dan Jonathan
Edwards dengan Gunung Everest! Bagiku dia selalu tampak seperti orang yang
paling mirip dengan rasul Paulus.”
Tulisan-tulisan Edwards tidak mudah untuk dibaca karena sangat rumit dan
ditulis dengan gaya dan konteks abad ke-18. Maka Nichols menulis buku ini
sebagai introduksi untuk mengenal Edwards dan khususnya pemikirannya yang
berpengaruh besar dalam kekristenan. Sejak tahun 1950 saja, ada kira-kira 3000
buku, disertasi, artikel yang ditulis mengenai Edwards. Nichols memberikan
beberapa alasan mengapa Edwards sangat menarik:
Pertama, hidup pribadinya menarik. Dia adalah kakek dari wakil presiden ke-3
Amerika Serikat. Dia diangkat menjadi gembala di gereja paling bergengsi di
Amerika pada usia 26, dan ironisnya dipecat 22 tahun kemudian. Dia melayani
sebagai misionaris kepada orang Indian dan kemudian menjadi presiden dari
Princeton University. Dia juga seorang suami dan ayah yang sangat baik dari 11
orang anak, penuh kasih dan perhatian kepada mereka. Dia juga membimbing separuh
dari Amerika karena banyaknya calon gembala yang magang pelayanan di bawah
bimbingannya.
Kedua, dia juga adalah “prince of pastors”, khotbahnya dan jiwa
penggembalaannya luar biasa.
Ketiga, dia menunjukkan hidup yang sangat berpikir. Dia menyimpan banyak
sekali buku catatan dari masa dia kuliah sampai akhir hidupnya. Di sana dia
menulis berbagai pemikiran dan ide, kadang hanya beberapa baris kadang beberapa
halaman. Dia bisa kembali ke sebuah catatan beberapa puluh tahun kemudian dan
menambahkan refleksi baru. Dia mengembangkan sistem tulisan cepat dan referensi
silang yang begitu detil dan tersamar sehingga sangat sulit untuk dipecahkan.
Dia tidak pernah berhenti berpikir. Sambil menunggang kuda, ketika mendapat ide
dia akan duduk dan menulis. Ketika musim dingin dan tidak bisa berhenti, dia
menempelkan potongan kain dengan warna tertentu di bajunya untuk mengingatkan
dia akan ide tertentu yang sempat muncul. Ketika sampai di tempat tujuan,
bajunya bisa sudah penuh dengan potongan kain berwarna warni.
Keempat, Edwards memikirkan dan menulis berbagai topik yang sangat luas. Dia
menyelidiki alam dan kegiatan laba-laba terbang, dia menyelidiki Alkitab,
mempelajari etika, dan bergumul dengan pertanyaan teologi. Maka hari ini
berbagai ahli dari bidang literatur, sejarah, filsafat, teologi, para gembala
dan jemaat, semua mempelajari dan membaca Jonathan Edwards.
Kelima, Edwards menarik karena ketaatannya yang sepenuhnya kepada Tuhan. Di
dalam diri Edwards kita melihat keseluruhan – hati, jiwa, pikiran, dan
kekuatan – yang diberikan untuk Tuhan.
Banyak orang Kristen tahu sedikit tentang Jonathan Edwards – paling tidak
namanya. Tapi kesulitan dan tidak tahu harus mulai dari mana untuk membaca
Edwards. Buku ini bukan saja memperkenalkan kehidupan dan karya Edwards, tetapi
juga memberikan referensi buku-buku mana yang membahas tentang Edwards.
Good book!